KEPERAWATAN GERONTIK
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti mata
kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. mengetahui dan mampu
menyebutkan pengertian gerontologi dan
geriatri.
2. mengetahui dan mampu menyebutkan tujuan perawatan gerontologi dan geriatri
3. mengetahui
dan mampu menyebutkan pengertian
gerontologi dan geriatri
Pendahuluan
Perkembangan ilmu
Gerontik ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi karena sampai setengah abad yang lalu, ilmu memang belum dikenal.
Padahal ilmu kesehatan anak (pediatri) berkembang pesatnya. Berbagai istilah
berkembang terkait dengan lanjut usia (Lansia), Yaitu Gerontologi, Geriatri
serta keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatrik (Gerontological Nursing and
Geriatric Nursing).
Berbagai
istilah berkembang terkait dengan lanjut usia sehingga perlu dibedakan
pengertian antara Gerontologi dan Geriatri, walaupun berobjek sama, yaitu
Lansia.
Gerontologi berasal dari kata “ GEROS”
latin yang artinnya Lanjut Usia dan “Logos” yang berarti Ilmu.
- Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai masalah/faktor yang menyangkut lansia.
- Gerontology is Comprehensive study of Ageing and the Problem of the Aged. (Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalahnya.
- Gerontologi adalah pengetahuan yang mencakup segala bidang persoalan mengenai orang berusia lanjut, yang di dasarkan pada hasil penyelidikan ilmu ; antropologi, antropometri, sosiologi, pekerjaan sosial, kedokteran geriatrik, psikiatrik geriatrik, psikologi, dan ekonomi (menurut Pergeri)
- Gerontologi menurut Kozier, 1987 adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua.
- Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990)
- Gerontic Nursing / Gerontological Nursing, adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada setiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. Oleh karena itu perawatan lansia yang menderita penyakit (Geriatric Nursing), dan dirawat di rumah sakit merupakan Gerontic Nursing.
Tujuan Gerontologi
- membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirirnya berkaitan dengan proses penuaan
- Membantu mempertahankan identitas kepribadian lanjut usia.
- mempertahankan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia, baik jasmani, rohani, maupun sosial secara optimal.
- memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lanjut usia.
- memenuhui kebutuhan lanjut usia sehari-hari.
- mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
- mempercepat pemulihan / penyembuhan penyakit
- meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.
Geriatri, Berasal dari bahasa
Latin “ Geros” yang artinya lanjut usia dan “ Eatriea” yang artinya kesehatan / medikal. Banyak para
ahli mengemukakan definisi tentang geriatri, antara lain :
- Geriatry is branch of Medicine that deals with problems and disease of old age and ageing people. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut usia.
- Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek klinis, preventif, dan terapeutis bagi klien lanjut usia
- Geriatri adalah ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia dan akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelas bahwa objek geriatri adalah manusia lanjut usia.
- Geriatri adalah bagian ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan kekurangannya pada lanjut usia.
- Geratri adalah cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black & Jacob, 1997)
- Geriatric Nursing ; praktik keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987)
Tujuan Keperawatan Geriatri
- mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf yang setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
- memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental
- merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu.
- mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
- bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang).
|
Detrimantal dapat diartikan sebagai : B chromosomes in plants
Variation in number of the normal chromosomes is highly detrimental, but B chromosomes seldom have any detrimental effects unless many copies are present.
Variation in number of the normal chromosomes is highly detrimental, but B chromosomes seldom have any detrimental effects unless many copies are present.
PROSES MENUA
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti mata
kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. mengetahui dan mampu
menyebutkan pengertian proses menua.
2. mengetahui dan mampu menyebutkan teori-teori proses menua.
3. mengetahui
dan mampu menyebutkan tentang mitos
lanjut usia dan kenyataannya.
4. mengetahui
dan mampu menyebutkan tentang tipe-tipe
lanjut usia di Indonesia.
5. mengetahui
dan mampu menyebutkan tentang
perkembangan manusia dari lahir sampai akhir hayat
6. mengetahui
dan mampu menyebutkan tentang perubahan
akibat proses menua.
7. mengetahui
dan mampu menyebutkan tentang dampak
akibat proses menua
Pengertian Menua
Menua atau menjadi tua
adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi
tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa dan tua. Tiga tahap berbeda, baik
secara biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya : kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak
proporsional.
WHO
dan undang-undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab I
pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi
Darmojo dan Dr.H.hadi Martono (1994) mengatakan
bahwa “ menua “ (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara bertahap/perlahan
mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ.
Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia,
termasuk kehidupan seksualnya.
Proses menua
merupakan proses yang terus menerus
/berkelanjutan secara alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh “ mati “
sedikit demi sedikit.
Kecepatan
proses menua pada setiap individu pada organ tubuh tidak sama. Adakalanya
seseorang belum tergolong lanjut usia / masih muda, tetapi telah menunjukan
kekurangan yang Mencolok (Deskripansi). Adakalanya pula orang telah tergolong lanjut
usia, tetapi penampilannyua masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian harus diakui ada beberapa
penyakit yang sering dialami lanjut usia.
Manusia secara
lambat dan progresif akan kehilangan
daya tahan terhadap infeksi, dan akan
menempuh semakin banyak distorsi meteoritic dan structural yang disebut sebagai penyakit degeneratif.
Misalnya hipertensi, arteriosclerosis, diabetes mellitus, dan kanker, yang akan menyebabkan berakhir hidup dengan episode
terminal yang dramatis, misalnya stroke,
infark miokard, koma asidotik,
kanker metastasis, dan sebagainya
TEORI PROSES MENUA
Proses menua bersifat individual
:
- tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
- setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
- tidak ada satu faktorpun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
A. Teori
Genetik
Teori Genetik Clock.
Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh
terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori
ini menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetic untuk spesies
tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya (nucleus) memiliki suatu jam
genetic / jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang
berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis
ini berhenti berputar ia akan mati.
Pembagian /penjelasan Teori
Genetik :
- Teori Hayflick. Menurut studi Hayflick dan Moorehead (1961), penuaan disebabkan oleh berbagai factor, antara lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif dari tidak normalnya sel dan kemunduran sel dalam organ dan jaringan.
- Teori kesalahan. Dalam teori ini dinayatakan bahwa kesalahan dalam proses mekanisme pembuatan protein akan mengakibatkan beberapa efek. Penurunan ketepatan sintesis protein secara spesifik telah dihipotesiskan penyebabnya, yaitu ketidaktepatan dalam pasangan kodon mRNA antikodon tRNA.
Namun
penelitian terakhir ternyata bertentangan dengan teori kesalahan, yang
menerangkan bahwa tidak semua penuaan sel menghimpun molekul non-spesifik dan
penuaan itu tidak selamanya dipercepat ketika molekul non spesifik ditemukan.
- Teori DNA (lewat kelebihan DNA). Medvedev (1972) mengemukakan teori yang berhubungan dengan teori kesalahan. Ia perubahan biologis merupakan hasil akumulasi kesalahan dalam memfungsikan gen (plasma pembawa sifat). Perbedaan usia makhluk hidup mungkin merupakan suatu fungsi dari tingkat urutan genetic berulang (repeated genetic sequences), kesempatan untuik menjaga hasil akhir produksi gen selama evolusi atau selama hidup akan berkurang.
- Teori Rekaman. Rekaman (transcription) adalah tahap awal dalam pemindahan informasi dari DNA ke sintesis protein. Teori yang mengacu pada teori Hayflick itu mengatakan empat kondisi berikut :
1.
Dengan Peningkatan usia terjadi perubahan yang sifatnya
merusak mnetabolisme pasmititic cells yang berbeda.
2.
Perubahan merupakan hasil dari kejadian primer yang
terjadi pada inti kromatin.
3.
Perubahan itu terjadi dalam inti kromatin kompleks,
merupakan suatu mekanisme control yang
bertanggungjawab terhadap penampilan dan urutan penuaan primer.
4.
Mekanisme control itu meliputi regulasi transkripsi meskipun regulasi lain
dapat terjadi.
- Teori Mutasi Somatik
Teori ini hampir
sama dengan teori rekaman (transkripsi) dan teori kesalahan. Menurut teori ini penuaan terjadi karena
adanya mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan
dalam proses traskripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein /
enzyme. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akan terjadi penurunan
fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi,
sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994 ; Constantinides, 1994).
Manusia
mempunyai umur harapan hidup nomor dua setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin
terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian obata-obatan
tertentu.
Tabel : Catatan rentang hidup (life
Span) mahluk yanh hidup di alam bebas
(Sumber : Boedi
darmojo, Buku Ajar Geriatri, 1999)
NO
|
JENIS
|
UMUR (TAHUN)
|
NO
|
JENIS
|
UMUR (TAHUN)
|
1
|
Bulus
|
170
|
12
|
Kucing
|
30
|
2
|
Manusia
|
116
|
13
|
Anjing
|
27
|
3
|
Kerang
|
80
|
14
|
Sapi
|
20
|
4
|
Kakak Tua
|
70
|
15
|
Kelinci
|
18
|
5
|
Gajah
|
70
|
16
|
Ayam
|
14
|
6
|
Burung Hantu
|
68
|
17
|
Tikus
|
5
|
7
|
Kuda
|
62
|
18
|
Mencit
|
5
|
8
|
Simpanse
|
50
|
19
|
Kecoa
|
1
|
9
|
Gorila
|
48
|
20
|
Nyamuk
|
5 bulan
|
10
|
Beruang
|
47
|
21
|
Lalat
|
70 hari
|
11
|
Bangau
|
35
|
B. Teori
Nongenetik
- Teori penurunan system imun tubuh
Disebut juga auto-immune theory. Mutasi yang
berulang dapat menyebakan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali
dirinya dirinya sendiri (self Recognition). Jika mutasi yang
merusak membrane sel, akan menyebabkan system imun tidak mengenalinya sehingga
merusak nya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto
– imun pada lanjut usia
(Goldstein, 1989)
Dalam metabolisme di produksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang
pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan auto imun.
- Teori Kerusakan akibat radikal bebas (Free radical theory).
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh
karena adanya proses metabolisme atau proses pernafasan di dalam mitokondria.
Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena
mempunyai electron. Yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom
atau molekul lain yang menimbulkan berbbagai kerusakan atau perubahan dalam
tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (
kelompok atom ) mengakibatkan oskidasi oksigen bahan organic, misalnya
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat
beregenerasi. (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel.
Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti :
- Asap kendaraan bermotor
- asap rokok
- zat pengawet makanan
- radiasi
- sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
- Teori Menua Akibat Metabolisme.
Teori ini telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa
pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan
Alem, 1989 ; Boedhi Darmojo, 1999).
- Teori Rantai Silang (Cross Link Theori).
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan
radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membrane
plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
- Teori Fisiologis.
Teori ini merupakan teori
instrinsik dan ekstrinsik. Terdiri dari teori oksidasi stress, dan teori di
pakai – aus (wear and tear theory). Disini terjadi kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal)
C. Teori
Sosiologis
Teori
sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain :
- Teori interaksi sosial
Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut
usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan
status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi
Pokok-pokok social
exchange theory antara lain
:
1. masyarakat terdiri atas actor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing
2. Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu
3. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor
mengeluarkan biaya.
- Teori aktivitas atau kegiatan
1.
ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan
bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
serta dalam kegiatan sosial.
2.
lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan ativitas
tersebut selama mungkin
3.
ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia
4.
mempertahankan hubungan antara system sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
- Teori kepribadian berlanjut (Continuity theory).
Dasar
kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan teori interaksi sosial dan teori kegiatan. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi
oleh tipe personal yang dimilikinya.
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
manusia. Dengan demikian,
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, prilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah
walaupun ia telah lanjut usia.
- Teori pembebasan diri / penarikan diri (disangagement theory).
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan
dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lain.
Teori yang pertama ini (disangagement
theory) diajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambahnya usia, apalagi ditambah dengan dengan adanya
kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menaik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple
loss).
Menurut
teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari
kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan
diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
Dari penyebab terjadinya
proses menua tersebut, ada beberapa peluang yang kemungkinan dapat diintervensi
agar proses menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah
:
1.
meningkatnya radikal bebas
2.
memanipulasi system imun tubuh
3.
melalui metabolisme/makanan,
memang
berbagai “ misteri kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses
menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan.
Selain itu
factor resiko yang datang dari luar (eksogen), tidak boleh dilupakan
yaitu factor lingkungan dan budaya, gaya
hidup yang salah. Banyak factor yang
memengaruhi proses menua (menjadi tua)
antara lain ; herediter / genetic,
nutrisi / makanan, status
kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stress.
|
LANJUT USIA DI INDONESIA
Mitos Lanjut
Usia dan Kenyataanya
- Mitos konservatif :
Ada pandangan bahwa lanjut
usia pada umumnya :
- konservatif
- tidak kreatif
- menolak inovasi
- berorientasi ke masa silam
- merindukan masa lalu
- kembali ke masa anak-anak
- susah menerima ide baru
- susah berubah
- keras kepala
- cerewet
Faktanya tidak
semua lansia bersikap, berpikiran, dan berperilaku demikian.
- Mitos berpenyakit dan kemunduran
Lanjut usia
sering kali dipandang sebagai masa degerasi biologis disertai dengan berbagai
penderitaan akibat bermacam-macam penyakit yang menyertai proses menua (lanjut
usia merupakan masa penyakitan dan
kemunduran).
Fakta : memang
proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme
sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi saat ini telah banyak penyakit yang
dapat dikontrol dan diobati.
- Mitos Senilitas
Lanjut usia
dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan sel otak.
Fakta : 1.
banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar
2. daya pikir masih jernih dan
cenderung cemerlang
3. banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
- Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia
dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi beban
keluarganya.
Fakta : tidak
demikian. Banyak individu yang mencapai ketenaran, kematangan, kemantapan,
serta produiktivitas mental dan material di masa lanjut usia.
- Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa lanjut
usia minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks dalam hubungan seks
menurun.
Fakta : 1.
kebutuhan seks pada lanjut usia berlangsung normal
2. frekwensi hubungan seksual
menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.
- Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia
tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada lawan jenis.
Fakta : 1.
perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa
2. perasaan cinta tidak
berhenti hanya karena menjadi lanjut
usia.
- Mitos Kedamaian dan ketenangan
Menurut mitos
ini banyak orang berpendapat bahwa lanjut usia dapat santai, menikmati hasil
kerja dan jerih payahnya dimasa muda dan dewasanya. Badai dan berbagai
goncangan kehidupan seakan-akan telah berhasil dilalui.
Fakta : sering
ditemukan stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan
karena penyakit, kecemasan, kehawtiran, depresi, paranoid dan psikotik.
TIPE LANJUT
USIA DI INDONESIA
Mangkunegoro IV dalam surat WERDATAMA, Yang dikutip oleh H. I. Widyapranata
menyebutkan bahwa orang tua (Lansia)
dalam literature Lama (Jawa) dibagi 2 golongan yaitu :
- Wong Sepuh ; orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “ dwi tunggal “ mampu membedakan antar baik dan buruk, sejati dan palsu, Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau hambanya.
- Wong Sepah: Lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicara muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika dan romantika hidup).
Pujangga Ronggo Warsito (dalam surat Kalatida)
menyebutkan bahwa lanjut usia terbagi
dalam 2 kelompok, yaitu :
- Lanjut usia yang berbudi sentosa, orang tua ini meskipun diridhoi Tuhan Yang Maha Esa dengan rezeki, tetapi tetap berusaha terus disertai selalu ingat dan waspada.
- Lanjut usia yang lemah ; orang tua yang putus asa sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih saying Tuhan.
Dizaman sekarang (zaman
pembangunan ), banyak ditemukan bermacam-macam tipe lanjut usia, yang menonjol
antara lain ;
- tipe arif bijaksana :lajut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memnuhi undangan, dan menjadi panutan
- tipe mandiri ; lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan
- tipe tidak puas ; lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
- tipe pasrah ; lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap terbitlah terang “)., mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan
- Tipe bingung ; lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Lanjut usia
dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe ini antara
lain
- tipe optimis ; lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka memandang masa lansia dalam bentuk bebas dari tanggungjawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipe ini sering disebut lasia tipe periang (the rocking chairman).
- Tipe konstruktif ; lansia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunayi tolerasi yang tinggi, humoristic, fleksibel dan tahu diri. Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang mengahadapi proses menua dan menghadapi akhir
- tipe ketergantungan ; lansia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis, ia senang pension, tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak makan dan banyak minum
- tipe defensive ; lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan / jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat kompulsif aktif, anehnya mereka taku menghadapi “ menjadi tua ” dan menyenangi masa pension.
- tipe militan dan serius ; lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, bisa menjadi panutan
- tipe pemarah frustasi ; lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk. Lanjut usia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
- tipe bermusuhan ; lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga. Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.
- tipe putus asa, membenci, dan menyalahkan diri sendiri ; Lansia ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosial ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Lansia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lansia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya perkawinan yang tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan , membenci diri sendiri, ingin cepat mati.
Perawat perlu mengenal tipe
Lansia sehingga dapat menghindari kesalahan atau kekeliruan dalam melaksanakan
pendekatan perawatan.
Menurut kemampuan dalam diri
sendiri, Lansia dapat digolongkan dalam
kelompok sebagai berikut :
- Lanjut usia mandiri sepenuhnya
- Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
- Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
- Lanjut usia dibantu oleh badan sosial
- Lanjut usia panti sosial tresna werdha
- Lanjut usia yang dirawat di rumah sakit
- Lanjut usia yang menderita gangguan mental
Di Negara maju, kemampuan Lanjut usia untuk melakukan aktivitas normal
sehari-hari dijelajahi. Mungkin mereka
tidak memerlukan bantuan, dapat bangun, mandi, ke WC, kerja ringan, olah raga, pergi ke pasar,
berpakaian rapi, membersihkan kamar dan tempat tidur, lemari, mengunci pintu
dan jendela dan lain-lain yang dapat dilakukan secara normal. Salah satu factor yang sangat menentukan
adalah keadaan mental. Lanjut usia
mungkin mengalami demensia atau mengalami kemunduran fungsi berpikir.
PERKEMBANGAN MANUSIA DARI
LAHIR SAMPAI AKHIR HAYAT
Selama
hidupnya, manusia mengalami berbagai proses perkembangan, mulai dari lahir
(bayi), balita, prasekolah, masa sekolah, pubertas, dewasa muda, dewasa dan
Lanjut usia. Puncak perkembangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
- Sistem biologis ; mencapai puncak pada usia 20 – 30 tahun, kemudian secara perlahan-lahan/lambat melemah.
- Sistem sensori ; mencapai puncak pada usia 40 tahun lebih, selanjutnya mulai menurun
- Kebijaksanaan ; mencapai puncak pada usia 65 – 70 tahun kemudian mulai menurun
- Kepribadian ; aspek sosial dan spiritual senantiasa meningkat dengan berlanjutnya usia serta mencapai puincak pada usia 75 – 80 tahun.
Untuk
mempertahnkan kualitas hidup yang baik seseorang harus selalu berusaha
memelihara kesehatan dengan baik dan teratur agar tidak mudah dihinggapi
penyakit dan agar kemunduran faali berbagai organ tubuh dapat diketahui sedini
mungkin.
Kapan seseorang disebut Lanjut usia ?
Mengenai kapan disebut Lanjut
usia sulit dijawab secara memuaskan karena dari berbagai literature, terkesan
bahwa tidak ada batasan yang pasti tentang Lanjut usia. Umur yang dijadikan patokan sebagai Lanjut
usia berbeda-beda, umumnya berkisar 60-65 tahun.
Batasan umur (Lanjut usia) menurut para ahli :
1. Menurut WHO
ada 4 tahap yaitu :
Batasan
umur (Lanjut usia) Menurut WHO ada 4 tahap yaitu :
Menurut
WHO ada 4 tahap yaitu :
1.
Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahu)
2.
Lanjut usia (elderly) 60 – 74 tahun)
3. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun)
4.
Usia Sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)
2. Menurut
Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm). Guru Besar Universitas Gajah
Mada Fakultas Kedokteran, Periodisasi
biologis perkembangan manusia dibagi Sebagai
berikut :
1.
usia 0-1 tahun (masa bayi)
2. usia 1-6 tahun (masa pra sekolah)
3.
usia 6-10 tahun (masa sekolah)
4.
usia 10-20 tahun masa pubertas)
5. usia 40-65 tahun (masa setengah umur ,
prasenium)
6. usia 60 tahun ke atas masa Lanjut usia,
senium)
3. Menurut
Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog dari Universitas Indonesia). Lanjut usia
merupakan kelanjutan usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1.
Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun
2.
Fase verilitas, usia 40-50 tahun
3.
Fase prasenium, antara 55 – 65 tahun
4. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga
tutup usia
4. Menurut
Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ. Lanjut usia dikelompokkan sebagi
berikut :
1.
Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia
18/20-25 tahun)
2.
Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas
(usia 25-60/65 tahun)
3. Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70
tahun, terbagi :
4.
usia 70-75 tahun (young old)
5.
usia 75-80 tahun (old)
6.
usia lebih dari 80 tahun (very old)
5. Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa
adalah sebagai berikut :
1. usia 18-25 tahun (masa dewasa muda)
2.
usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)
3.
usia 40 – 65 tahun (masa dewasa tengah)
4. usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)
5. usia > 75 tahun (masa dewasa sangat
lanjut)
6. Menurut Hurlock (1979),
perbedaan Lanjut usia terbagi dalam 2 tahap, yaitu :
1. Early old age ( usia 60 - 70 tahun)
2. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas )
1. Early old age ( usia 60 - 70 tahun)
2. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas )
7. Menurut
Burnside (1979) ada 4 tahap Lanjut usia yaitu :
1.
Young old (usia 60-69 tahun)
2.
Middle Age Old ( usia 70-79 tahun)
3.
Old-old (usia 80-89 tahun)
4.
Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
8. Sumber
lain mengemukakan pengelompokan umur sebagai berikut :
- usia 60-65 tahun (elderly)
- usia > 65 – 75 tahun (Junior Old Age)
- usia > 75-90 tahun (Formal old age)
- usia > 90 – 120 tahun (Longevity old age)
Kalau
pembagian umur dari bebrapa ahli tersebut di telaah, dapat disimpulkan bahwa
yang disebut Lanjut Usia adalah
orang yang telah berumur 65 tahun ke atas
Namun di Indonesia batasan Lanjut Usia
adalah 60 tahun ke atas. Hal ini dipertegas dengan Undang-undang Nomor 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2.
Menurut
Undang-undang Nomor 4 tahun 1965,
bantuan penghidupan orang jompo Lanjut Usia
yang termuat dalam pasa 1 dinyatakan sebagai berikut : ” seseorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau Lanjut Usia setelah yang
bersangkitan mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari – hari, dan menerima
nafkah dari orang lain”, Hal ini sudah
tidak relevan lagi.
Saat ini
telah diberlakukan Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
Lanjut Usia pada Bab I pasal 1 ayat 2, yang di sebut dengan Lanjut Usia adalah
orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita.
Sebenarnya, umur manusia sebagai mahluk hidup terbatas
oleh peraturan alam. Umur manusia
maksimal sekitar 6 x umur masa bayi sampai dewasa ( 6 x 20 tahun = 120 tahun).
Mengapa menjadi tua merupakan masalah ?
Jawabnya : “ semua orang ingin panjang umur,
tetapi tidak ada yang mau menjadi tua “. Bagaimana jadinya ada 2
keinginan yang saling bertentangan.? Pernyataan
tersebut seolah-olah sama sekali memisahkan soal pertambahan usia dan soal
menjadi tua dan tidak pernah identik satu sama lain.
Birren and Jenner (1977), mengusulkan
untuk membedakan antara usia biologis, usia psikologis dan usia sosial.
1.
usia
biologis, yaitu jangka waktu seseorang
sejak lahir berada dalam keadaan hidup
tidak mati,
2. usia psikologis, yaitu kemampuan seseorang
untuk penyesuaian pada situasi yang dihadapinya
3. usia sosial. Yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
Umur memiliki pengertian yang berbeda –
beda yaitu :
1. umur kronologis ; yakni usia sejak seseorang
dilahirkan
2. umur biologis, yakni usia yang memberi
penilaian fungsi “ berbagai system organ tubuh seseorang, dibading dengan orang
lain pada kronologis yang sama “. Misalnya
dalam menentukan seorang wanita sudah cukup dewasa untuk menikah. Pada zaman dahulu, patokan yang digunakan adalah sejak wanita itu mulai mendapatkan
menstruasi / haid, padahal ada wanita dudah mendapatkan haid pada umur 11-13
tahun.
3. umur
psikologis, menunjuk pada kemampuan / kapasitas adaptif individu dibandingkan
dengan orang lain pada umur kronologis yang sama. Misalnya , kemampuan belajar, kecerdasan,
ingatan, emosi, motivasi, dan lain-lain, dapat diukur untuk memprediksikan sejauh mana
seseorang mampu menyesuaikan diri
terhadap situasi yang dihadapi
4. umur fungsional, mengukur tingkat
kemampuan individu untuk berfungsi di dalam masyarakat dibandingkan
dengan orang lain pada umur kronologis yang sama.
5. umur sosial,
menunjukkan sejauhmana peran
sosial dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang sama.
Usia Kronologis
Umumnya usia kronologis manusia dapat
digolongkan menjadi masa bayi,
kanak-kanak, masa pubertas, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa, dan masa lanjut usia.
PERUBAHAN
AKIBAT PROSES MENUA
A. PERUBAHAN FISIK DAN FUNGSI PADA LANSIA
1. SEL
1. Jumlah sel menurun / lebih sedikit
2. Ukuran sel lebih besar
3. Jumlah cairan tubuh dan cairan intra seluler
berkurang
4. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
4. Jumlah sel otak menurun
5. Mekanisme perbaikan sel terganggu
6. Otak menjadi atropi, beratnya berkurang 5 – 10 %
7. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan
melebar.
2. SISTEM
PERSARAFAN
1.
Menurunnya hubungan persarafan
2. Berat otak menurun 10 – 20 % (sel otak
setiap orang berkurang setiap harinya
3.
Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stres
4.
Saraf panca indra mengecil
5.
Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan
rendahnya ketahanan terhadap dingin
6. Kurang
sensitif terhadap sentuhan
7. Defisit
memori
3.
SISTEM PENDENGARAN
1.
Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun
2. Membran
timpai menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3. Terjadi
pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin
4. Fungsi
pendengaran semakin menurun pada lanjut
usia yang mengalami ketegangan / stres
5. Tinitus
(bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermitten)
6. Vertigo
( perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar)
4. SISTEM PENGLIHATAN
1.
Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap
sinar menghilang
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa),
menjadi katarak jelas menyebabkan gangguan penglihatan
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar,
daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap
5. Penurunan / hilangnya daya akomodasi
dengan manifestasi presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa
6. Lapang pandang menurun ; luas pandangan
berkurang
7. Daya membedakan warna menurun, terutama
warna biru atau hijau pada skala.
5. SISTEM
KARDIOVASKULER
1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2.
Elastisitas dinding aorta menurun
3.
Kemampuan jntung memompa darah menurun1 %setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun
(frekuensi denyut jantung maksimal = 200 – umur
4. Curah jantung menurun (isi semenit jantung
menurun)
5. Kehilangan elastisitas pembuluh darah,
efektiftas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi
dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri bisa menyebabakan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg mengakibatkan pusing mendadak
6. Kinerja jantung lebih rentan terhadap
kondisi dehidrasi dan perdarahan
7.
Tekanan
darah meningkat akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat. Sistole normal +170 mmHg, diastole + 95 mmHg
6. SISTEM PENGATURAN SUHU TUBUH
Pada pengaturan suhu tubuh, hipotalamus
dianggap berkerja sebagai suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu
tertentu. Kemunduran terjadi berbagai faktor yang memengaruhinya. Yang sering
ditemui antara lain :
- Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis + 35 derajat Celcius ini akibat metabolisme menurun.
- Pada kondisi ini lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat dan gelisah
- Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktifitas otot
7. SISTEM PERNAFASAN
- Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atropi, kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku
- Aktivitas silia menurun
- Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernafas menurun
- Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang
- Berkurangnya elastisitas bronkus
- Oksigen pd arteri nmenurun menjdi 75 mmH
- Co2 pada arteri tdk berganti. Pertukaran gas terganggu
- Refleks dan kemampuan untuk bauk berkurang
- Sensitivitas thdp hipoksia dan hiperkarbia menurun
- Sering terjadi emfisema senilis
- Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun seiring pertambahan usia.
8.
SISTEM PENCERNAAN
- Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease, yang biasa terjadi setelah usia 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang buruk
- Indra pengecap menurun, adaya iritasi selaput lendir yang kronis, atropi indra pengecap =+80%),hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit
- Esofagus melebar
- Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
- Peristatik lemah dan biasanya timbul konstipasi
- Fungsi absorbsi melemah (daya aborbsi terganggu, terutama karbohidrat)
- Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun aliran darah berkurang.
9. SISTEM REPRODUKSI
Wanita
- Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
- Ovari mengecut, uterus mengalami atrofi
- Atrofi payudara
- Atrofi vulva
- Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, sifatnya menjadi Alkali dan terjadi perubahan warna.
Pria
- Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur
- Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 thn, asal kondisi kesehatannya baik, yaitu :
a. hubungan seksual masih
dapat diupayakan sampai masa lanjut usia
b.
hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan
seksual
c. tidak perlu cemas karena
prosesnya alamiah
d. sebanyak + 75 % pria
usia diatas 65 thn mengalami pembesaran
prostat
10. SISTEM
GENITOURINARIA
1. Ginjal :
ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui
urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari
ginjal yang disebut Nefron (tepatnya
diglomerulus). Mengecilnya nefron
akibat atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 % sehingga fungsi
tubulus berkurang. Akibatnya kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat
jenis menurun, proteinuria (biasanya + 1), BUN (blood Urea Nitrogen) meningkat
sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
Keseimbangan
elektrolit dan asam lebih mudah terganggu
1. Renal
plasma flow (RPF), dan Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau klirens
kreatinin menurun secara linier sejak uisa 30 tahun (Cox Jr.dkk, 1985) jumlah
darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
2. Vesika
Urianaria. Otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi buang air seni (BAK) meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika urinaria sulit
dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine meningkat.
3. Pembesaran
Prostat.kurang lebih dialami 75 % oleh
pria usia di atas 65 tahun.
4. Atropi Vulva
Vagina.
Seseorang semakin menua, kebutuhan seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi
seksual seseorang berhenti.
Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun
secara bertahap setiap tahun. Tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua.
11. SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin. Kelenjar endokrin adalah
kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam
pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan dan metabolisme organ tubuh. Yang
termasuk hormon kelamin :
1.
Estrogen, progesteron, dan testosteron yang memelihara
alat reproduksi dan gairah
seks.
2.
Klenjar pankreas (yg memproduksi insulin dan sangat
penting dalam
memelihara gula darah
3. Kelenjar
adrenal, anak ginjal yang mempro-
duksi adrenalin. Kelenjar yg
berkaitan dengan hormon pria dan wanita. Yang bekerja dengan
meningkatkan
vasokontriksi sehingga darah ke
organ tertentu baik.
4. Produksi hampir semuahormon menurun
5. Fungsi tyroid dan sekresinya tidak berubah
6. Hipofisis ; pertumbuhan hormon ada, tetapi
lendah rendah dan hanya di dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi ACTH,
TSH, FSH, LH.
7. Aktivitas tyroid, BMR (Basal Metabolic
Rate), dan daya pertukaran zat menurun.
8. Produksi
aldosteron menurun
9. Sekresi
hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen, dan testosteron.
12. SISTEM INTEGUMEN
- KULIT, mengerut atau keriput, akibat kehilangan jaringan
- Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran bentuk sel epidermis).
- Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda coklat
- Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis
- Respon terhadap trauma menurun
- Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
- Rambut dalam hidung dan telinga menebal
8. Rambut
dalam hidung dan telinga menebal
9. Berkurangnya elastisitas kulit akibat
menurunnya cairan dan vaskularisasi
10.
Pertumbuhan kuku lebih lambat
11. Kuku
jari menjaid keras dan rapuh
12. Kuku
menjadi pudar, kurang bercahaya
13. Kuku
kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
14. Jumlah
dan fungsi kelenjar keringat berkurang
13. SISTEM MUSKULOSKLETAL
1. Tulang
kehilangan (cairan) dan semakin rapuh
2. Gangg. Tulang yakni mudah mengalami
demineralisasi
3. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun,
terutama vertebra, pergelangan
dan paha. Insiden osteoporosis dan
fraktur meningkat pada area tulang tersebut
4. Kartilago
yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak dan aus
5. Kifosis
6. Gerakan
pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
7. Gangg. Gaya berjalan
8. Kekakuan jaringan penghubung
9. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi
pendek (tinggingya berkurang)
10. Persendian membesar dan menjadi kaku \
11. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
12. Atropi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban,
otot kram, dan menjadi tremor,
(perubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami)
13.
Komposisi otot berubah sepanjang waktu
(miofibril digantikan oleh lemak, kolagen, dan jaringan parut
14. Aliran
darah ke otak berkurang sejalan dengan proses menua.
15. Otot
polos tidak begitu berpengaruh.
B. PERUBAHAN
MENTAL
- Dibidang mental atau psikis Lansia, perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit, atau tamak bila memiliki sesuatu.
- Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yg ditemukan pada hampir setiap Lansia, yaitu keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat.
- Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat
- Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa
- Jika meninggalpun mereka ingin secara terhormat, dan masuk surga
Faktor Yang
Mempengaruhi Perubahan Mental
- Perubahan fisik, khususnya organ perasa
- Kesehatan umum
- Tingkat pendidikan
- Keturunan (hereditas)
- Lingkungan
Perubahan keadaan kepribadian yg drastis, keadaan
ini jarang terjadi. Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan
seseorang, kekakuan karena faktor lain, misalnya penyakit.
3. KENANGAN (MEMORY)
Kenangan
jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yg lalu dan mencakup beberapa
perubahan. Kenangan jangka penek atau seketika (0-10 menit),
kenangan buruk bis ke arah demensi.
4. INTELEGIA QUOTION (IQ)
IQ tidak berubah dengan
informasi matematika dan perkataan verbal. Penampilan, persepsi, dan
keterampilan psikomotor berkurang.
Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan faktor waktu.
5. PERUBAHAN
PSIKOSOSIAL
Nilai seseorang sering diukur melalui
produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dgn peranan dalam pekerjaan. Bila
mengalami pensiun (purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan antara lain
:
1.
Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2.
Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan, posisi, yg
cukup tinggi, lengkap dengan semua fasilitas)
3.
Kehilangaan teman / kenalan / relasi
4.
Kehilangan pekerjaan /kegiatan dan :
a.
merasakan atau sadar terhadap kematian ,
perubahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih
sempit )
b. kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat pada penghasilan yg sulit/turun,
biaya pengobatan bertambah
c. Adanya
penyakit kronis dan ketidakmampuan
d. Timbul
kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
e. Adanya
gangg.Saraf panca indra, timbul kebutaan & ketulian
f.
Gangguan gizi
akibat kehilangan jabatan
g.
Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili
h.
Hilangnya kekuatan dan ketegpan fisik (perubahan terhadap gambaran diri)
6.
PERKEMBANGAN SIPRITUAL
- Agama / kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidpan (Maslow, 1970)
- Lansia usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari2 (Murray dan Zentner, 1970)
- Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing, perkembangan yg dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dgn cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan
DAMPAK
KEMUNDURAN
Kemunduran yg telah disebutkan
sebelumnya mempunyai dampak terhadap tingkahlaku dan perasaan orang yang memasuki lansia. Selain itu proses menua
diikuti “peningkatan sensitivitas emosional seseorang”. Semakin “perasa”-nya
orang yang memasuki Lansia.
Misalnya kemunduran fisik yg
berpengaruh terhadap penampilan
seseorang. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat
dan tidak diikuti gejala psikologis yang
luar biasa. Kecuali sedikit kemurungan,
rasa lesu, dan kemampuan seksualitas berkurang, terdapat pula penurunan kadar
hormon testosteron.
Pada wanita
terjadi menopause (berhentinya Haid). menopause terjadi dalam suatu proses yang
kadang-kadang sampai 2 tahun
Gejala yg timbul
pada menopause meliputi :
- gangg. Pada Haid ; haid menjadi tidak teratur, kadang2 terjadi perdarahan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
- Gelombang rasa panas (hot flush) : kadang2 timbul rasa panas pada wajah, leher, dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya keringat yang banyak. Perasaan panas ini berlangsung beberapa detik saja, tetapi bisa berlangsung sampai 30-60 menit.(1 jam)
3. Gejala Psikologis berupa rasa takut, tegang,
depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah tersinggung, gugup dan mental yang
kurang mantap. Bila masa mudanya
mempunyai kecen derungan mudah dipengaruhi keadaan emosionalnya, wanita tersebut akan lebih mengalami gangg.
Psikologis pada masa menopause.
4. keletihan,
yaitu rasa lelah yg di akibatkan berhentinya fungsi ovarium. Namun, tidak semua
rasa lelah dapat diartikan sebagai keadaan menopause. Sebaiknya dicari penyebab
lain
5. Keadaan
atropi jaringan
6. Rasa gatal
pada genitalia disebabkan kulit yg menjadi kering dan keriput.
7. Sakit dapat dirasakan diseluruh tubuh atau bagian
tubuh tertentu
8. Pusing /
sakit kepala. Keluhan dapat disebabkan oleh banyak hal misalnya tekanan darah
tinggi, adanya gangg. Penglihatan,atau akibat stres mental
9. Insomnia atau keluhan sulit tidur, hal ini dapat disebabkan oleh penyebab fisik
atau psikis (40 % dialami oleh Lansia.) Insomnia ini dapat terjadi untuk jangka
waktu pendek ataupun jangka panjang.
a. Penyebab faktor fisik, antara lain :
* sering kencing *
Kram betis
* sindrome tungkai bergerak (akatisia) * sakit gigi
b. Penyebab
faktor sosial, antara lain :
* pertengkaran keluarga’
* menonton TV sampai larut malam tidak teratur
(night life)
c.
Penyebab faktor emosional, antara lain
* kecemasan * marah tidak tersalurkan
* Depresi *
Masalah pibadi * Stres
d. Penyebab faktor medis, antara lain :
a. penyakit jantung, c. Diabetes melitus
b.
penyakit paru d. apnea
tidur
e. Penyebab faktor iatrogenik, antara lain
:
a.
teofilin c.
antihipertensi e. Activating
antideperesi
b. Diuretik d. Kortikosteroid
f. Penyebab Faktor perilaku, antara lain :
a.
terlalu banyak minum kopi (cokelat)
b.
waktu tidur yang berubah-ubah
10.
Palpitasi dan perubahan pada gairah seksual.
Hal ini disebabkan karena pengaruh hormonal dan pengaruh psikis.
gejala kejiwaan yg timbul bervariasi mulai
dari yang ringan sampai yang berat. Keluhan
yang sering timbul adanya rasa
takut, tegang, gelisah, mudah marah, mudah gugup, sukar berkonsentrasi
11.
Berubahnua libido / nafsu seks. Ada pandangan bahwa minat, dorongan, gairah dan
daya seks pada kehiduoan Lansia
mengalami penurunan. Kehidupan seksual adalah bagian dari kehidupan manusia.
Yang berarti kualitas kehidupan seksual itu ikut menentukan kualitas
hidup sesorang. Bila kehidupan seksual orang tersebut baik, maka kualitas hidup
orang tersebut juga baik dan sebaliknya.
Gangguan fungsi seksual umum pada wanita
lanjut usia
1. gangguan dorongan seksual (Seksual
desire / libido)
2. gangguan bangkitan seksual (seksual arousal)
3. gangguan orgasme
4. gangguan yang menimbulkan rasa sakit
sewaktu bersetubuh
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya gejala /
keluhan tersebut antara lain :
- penurunan aktivitas ovarium yang diikuti penurunan produksi hormon
- sosial-budaya, yaitu faktor lingkungan, keadaan sosial ekonomi yang memengaruhi keadaan gizi, kesehatan, dan taraf pendidikan
- faktor psikologis yang bergantung pada perilaku wanita tersebut.
Pada masa klimakterium ini, sebaiknya wanita
memeriksakan dirinya secara teratur, walaupun tidak ada keluhan. Hal ini
penting untuk mengetahui adanya kelainn yang mungkin terjadinya pada usia empat
puluhan, khususnya keganasan.
Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan :
1. mengetahui dan mampu menyebutkan masalah fisik umum pada lansia.
2. mengetahui dan mampu menyebutkan
pengertian masalah fisik umum dan penyebabnya.
3. mengetahui dan mampu menyebutkan masalah kekacauan mental akut pada lansia.
4. mengetahui dan mampu menyebutkan penyakit umum pada lansia.
A. MASALAH
FISIK UMUM
- mudah jatuh
- mudah lelah
- gangguan kardio vaskuler
- nyeri atau ketidaknyamanan
- berat badan (bb) menurun
- gangg. eliminasi
- gangg. ketajaman penglihatan
- gangguan pendengaran
- gangg. tidur
- mudah gatal
MUDAH JATUH
Jatuh
pada lansia merupakan masalah yg sering terjadi. Penyebabnya multi faktor. Banyak yang berperan di dalamnya baik
faktor intrinsik (dari dalam diri lansia) berupa : gangg. Gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,
kekakuan sendi, sinkope dan pusing.
Faktor ekstrinsik misalnya
lantai licin dan tidak rata, tersandung benda, penglihatan yg kurang karena
pencahayaan yang kurang terang, dsb.
Sekitar 30-50 % dari populasi Lansia yg berusia
(65 th ke atas) mengalami jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut
mengalami jatuh berulang. Perempuan lansia lebih sering jatuh dibandingkan
laki-laki lansia.
Berdasarkan data yang ditemukan di Sasana Tresna
Werdha Yayasan Karya Bhakti dar tahun 2001 sampai November 2002, dari 89 lansia
terdapat 25 orang yang mengalami jatuh dengan kejadian sebesar 28 %, yang
dirinci sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis kelamin, lansia
perempuan sebesar 80 %, dan Lansia laki-laki 20 %
2.
Berdasarkan usia, 70-79 th sebesar 52 %, 80-89 sebesar 44%, usia 90-99
tahun 4 %.
3. Berdasarkan faktor resiko, yg disebabkan oleh faktor intrinsik sebesar 60 %, dan
faktor ekstrinsik sebesar 32 %, sisanya 8 % campuran.
4. Berdasarkan
Frekuensi berulang jatuhnya lansia yang
Jatuh sebanyak 1 kali sebesar 60 %, jatuh 2
kali 12 %,
jatuh 3 kali 16 %, jatuh 4 kali 8%, jatuh
5 kali sebesar 4 %
5. Dari data tersebut sampai bulan November
2002 sebesar 27 % dan insiden kejadian jatuh yang terjadi pada oktober 2002
sebesar 10 %
6. Dari 25 Lansia Yang mengalami jatuh,
diperoleh data bahwa sebesar 52 % dari hasil pemeriksaan BMD yang dilakukan
tanggal 24 Agustus 2002 mengalami osteoporosis
7. Lansia yang sehat mempunyai resiko lebih
tinggi dibandingkan lansia yang lemah atau cacat untuk terjadinya fraktur dan
perlukaan akibat jatuh.
Apa yang dimaksud dengan jatuh ?
Jatuh adalah Fall
is a person coming to rest on
ground or another lower level. Menurut
Reuben (1996), dalam buku ajar geriatri (prof. DR. R. Boedi Darmojo, SpPD,K.Ger,
1999), jatuh adalah suatu Kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian, mengakibatkan Seseorang mendadak terbaring/terduduk dilantai
atau ditempat yang lebih rendah Dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka.
FAKTOR RESIKO
JATUH
perlu dimengerti
bahwa stabilitas tubuh ditentukan atau dibentuk oleh :
- Sistem sensori, pada sistem ini yang berperan adalah penglihatan dan pendengaran. Semua gangg atau perubahan pada mata dan telinga akan menimbulkan gangg. Penglihatan dan gangg. Pendengaran
2. Sistem Saraf Pusat
Penyakit
SSP seperti stroke dan Parkinson, hidrosefalus tekanan normal, sering diderita
oleh Lansia dan menyebabkan gangg. Fungsi SSP sehingga berespon tidak baik
terhadap input sensori (Tinneti, 1992)
3. Kognitif. Pada beberapa penelitian, demensia
diasosiasikan dengan meningkatnya resiko jatuh.
4.
Muskuloskletal. Faktor ini berperan besar
pada terjadinya jatuh Lansia (faktor murni). Gangg. Muskuloskletal menyebabkan
gangg. Gaya berjalan dan hal ini berhubungan dengan proses menua yang
fisiologis, misalnya
a.
Kekakuan jaringan penyambung
b.
Berkurangnya masa otot
c.
Perlambatan konduksi otot
d.
Penurunan visus / lapang pandang
Semua Hal itu menyebabkan :
1.
Penurunan range of Motion (ROM) sendi
2.
Penurunan kekuatan otot, terutama ekstremitas
3.
Perpanjangan waktu reaksi
4.
Goyangan badan.
Penyebab jatuh pada Lansia biasanya merupakan
gabungan
Beberpa faktor / multi faktor antara lain :
1.
Kecelakaan (penyebab utama ) (30-50%)
a. Murni kecelakaan, misal terpeleset, tersandung
)
b. Gabungan (misalnya lingkungan yang
licin dan kelainan akibat proses menua mata kurang awas/penurunan visus.
2. Nyeri kepala dan / atau vertigo
3. Hipotensi ortostatik :
a. hipovolemia (curah jantung rendah)
b. disfungsi otonom
c. terlalu lama berbaring
d. pengaruh obat hipotensi
4. Obat-obatan :
a. Diuretik/antihipertensi b.sedatif c. antipsikotik d. alkohol
5. Proses penyakit yang spesifik (misalnya
kardiovaskuler, stroke, parkinson, serangan kejang, dan penyk. Serebelum)
6. Idiopatik (tidak jelas penyebabnya)
7. Sinkope (kehilangan kesadaran secara
tiba-tiba) misalnya :
a. drop
attack (serangan roboh)
b. penurunan aliran darah ke otak
c. kelengar (silau) matahari
d. infark miokard
2. MUDAH LELAH
Hal ini
dapat disebabkan oleh :
- Faktor Psikologis(perasaan bosan, keletihan, atau depresi)
- Gangguan organik, misalnya :
a. anemia
b.
kekurangan vitamin
c. perubahan pada tulang
(osteomalasia)
d. gangg. Pencernaan
e. kelainan metabolisme (DM,
hipertiroid)
f. gangg. Ginjal dengan uremia
g. gangg. Faal hati
h. gangg. Sistem peredaran
darah dan jantung
3. Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat
jantung, obat yg melelahkan daya kerja otot.
3. GANGGUAN KARDIOVASKULER
1. Nyeri
dada, Hal ini dapat disebabkan oleh :
- Penyakit Jantung koroner yg dapat menyebabkan iskemia jantung (berkurangnya aliran darah ke jantung)
- Aneurisma aorta
- Radang selaput jantung
- Gangg. Pada sistem alat pernafasan, misalnya pleuro-pneumonia / emboli paru, gangg. Pada sistem saluran pernafasan atas
2. Sesak Nafas pada kerja Fisik
sesak nafas pada kerja fisik dapat
disebabkan oleh kelemahan jantung, gangg. Sistem saluran nafas, berat badan
berlebihan (gemuk) atau anemia.
3. Palpitasi
Palpitasi
dapat disebabkan oleh :
- gangg. Irama jantung
- Keadaan umum badan yang lemah
- Faktor psikologis dan lain-lain
Bila ke 3
gejala : nyeri dada, sesak nafas, dan berdebar-debar terjadi dalam waktu bersamaan
kemungkinan hal ini disebabkan oleh jantung.
4. Edema
Edema kaki dapat disebabkan oleh:
a) Kaki yang lama digantung (edema gravitasi)
b)
Gagal jantung
c) Bendungan pada vena bagian bawah
d) Kekurangan vitamin B1
e) gangguan penyakit hati
f) penyakit ginjal
g) kelumpuhan pada kaki (kaki yang tidak efektif)
d) Kekurangan vitamin B1
e) gangguan penyakit hati
f) penyakit ginjal
g) kelumpuhan pada kaki (kaki yang tidak efektif)
5. NYERI ATAU KETIDAKNYAMANAN
Nyeri Pinggang atau Punggung, Dapat disebabkan oleh :
- gangg. Sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang (osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis)
- Gangg. Pankreas
- Kelainan ginjal (batu ginjal)
- Gangg. Pada rahim
- Gangg. Pada kelenjar prostat
- Gangg. Pada otot badan
- HNP (hernia nucleus pulposus)
5. NYERI SENDI PINGGUL
Dapat
disebabkan oleh :
- gangg. Sendi pinggul, misalnya radangs sendi (artritis), sendi tulang yang keropos (osteoporosis)
- Kelainan tulang sendi, misalnya patah tulang (fraktur), dislokasi, dll
- akibat kelainan pada saraf punggung bagian bawah yang terjepit (HNP)
6. KELUHAN
PUSING
Dapat
disebabkan oleh :
- gangg. Lokal misalnya vaskuler, migrain (sakit kepala sebelah), mata (glaukoma/peningkt. IOP), kepala, sinusitis, furunkel, sakit gigi, dll
- Penyakit sistemis yang menimbulkan hipoglikemia
- Psikologis (perasaan cemas, depresi, kurang tidur, kekacauan pikiran dll
7. KESEMUTAN PADA ANGGOTA BADAN
Dapat disebabkan oleh :
- Gangg. Sirkulasi darah lokal
- Gangg. Persarafan umum (gangg. Pada kontrol)
- Gangg. Persarafan lokal pada bagian anggota badan
8.
BERAT BADAN MENURUN
Dapat disebabkan oleh :
- Pada umumnya, nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuan
- Adanya penyakit kronis
- Gangg. Pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu
- Faktor sosio ekonomi (pensiun dll).
Inkontinensia
urine dapat terjadi karena adanya faktor pencetus yang mengiringi perubahan
pada organ kemih akibat proses menua, misalnya infeksi saluran kemih, obat-obatan,
kesulitan bergerak, kepikunan, dan lain-lain
Semua yang membatasi mobilitas dapat mencetuskan
terjadinya inkontinensia urine fungsional atau memperburuk inkontinensia
persisten.
Kondisi tersebut antara lain : fraktur femur, stroke, penyakit parkinson, dan
artritis. Semua kondisi yang
menyebabkan poliuria dapat mencetuskan inkontinensia urine. Kelainan kontrol
pada kandung kemih
Penyebab kronis inkontinensia tidak dapat dihilangkan secara tuntas, tetapi
dapat dikurangi dan dikontrol. Dengan beberapa modalitas non farmakologis dan
terapi farmakologis. Penyebab kronis antara lain :
- Kelemahan otot dasar panggul atau instabilitas otot kandung kemih yg sudah berat
- Penyakit parkinson
- demensia
Type-tipe inkontinensia :
- Inkontinensia urine akut. Ini bila terjadi secara mendadak, sementara dan ini dapat disembuhkan.
- Inkontinensia urine kronis. Ini bersifat menetap, tidak dapat disembuhkan, tetapi gejala bisa dikurangi, dan dapat diklasifikasikan menjadi inkontinensia fungsional, urgensi, stress, overflow, dan campuran.
- Inkontinensia fungsional. Merupakan inkontinensia tanpa gangg. pada saluran kemih, dan merupakan akibat ketidakmampuan klien Lansia mencapai toilet sehingga tidak dapat berkemih secara normal. Penyebab yang sering ditemukan adalah dimensia berat, gangg. muskuloskletal, immobilisasi, lingkungan yang tidak mendukung, sehingga sulit untuk mencapai kamar mandi, dan adanya faktor psikoloogis seperti depresi.
4. Inkontinensia urgensi.merupakan
inkontinensia akibat ketidak mampuan untuk menunda berkemih. Ketika sensasi
untuk berkemih muncul, jumlah urine sedikit dan frekuensi berkemih sangat
sering. Inkontinensia tipe ini biasanya (tidak selalu) dikaitkan dengan
aktivitas otot kandung kemih berlebihan overaktif). Masalah neurologis sering
berhubungan dengan tipe ini seperti : stroke, dimensia, penyakit parkinson, dll. Tipe ini paling sering ditemukan pada lansia
5. Inkontinensia stres. Urine keluar ketika tekanan intraabdomen
meningkat seperti pada saat batuk, bersin, tertawa, atau latihan fisik. Hal ini disebabkan oleh melemahnya otot dasar
panggul. Keadaan ini sering terjadi
pada wanita Lansia dan juga pria. Inkontinensia ini mirip inkontinensia akibat
kandung kemih overaktif. Jumlah urine
yang keluar tanpa dikehendaki tersebut bervariasi dan sedikit sampai dengan
banyak.
6. Inkontinensia
overflow. Tipe ini dikaitkan dengan
overdistensi (menggelembungnya) kandung kemih. Keadaan ini lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan pada wanita. Biasanya
disebabkan oleh sumbatan anatomis, seperti pada hipertropi prostat, akibat
faktor saraf, atau obat-obatan. Pada wanita biasanya akibat melemahnya otot
destrusor biasanya akibat neuropati diabetik, trauma medula spinalis,
atau efek obat. Pasien biasanya mengeluh
adanya sedikit urine keluar tanpa adanya sensasi kandung kemih penuh. Inkontinensia ini terjadi bila
pengisian kandung kemih melebihi
kapasitas kandung kemih.
7. Inkontinensia
Campuran. Merupakan tipe
inkontinensia yang sering ditemukan pada pasien geriatri, umumnya merupakan
kombinasi tipe urgensi dan tipe stres. Pada pasien geriatri yg lebih muda, tipe
stres lebih banyak ditemukan. Tetapi semakin tua seseorang biasanya kombinasi
kedua tipe tersebut yang banyak ditemukan.
Untuk menegakkan diagnosa
inkontinensia urine, harus dilakukan
wawancara, dan pemeriksaan fisik secara seksama, dan bila perlu dilanjutkan
dengan beberapa pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan urodinamik.
p Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang baik, ditambah dengan pengisian akrtu catatan berkemih oleh pasien, dapat ditetapkan diagnosa inkontinensia
urine. Apakah inkontinensia akut reversibel, atau kronis persisten. Selanjutnya dapat ditentukan tipe inkontinensia urgensi, stres atau lainya
termasuk tipe campuran, dapat digunakan alat urodinamik.
INKONTINENSIA ALVI
p Merupakan jenis masalah kesehatan yang
cukup serius pada geriatri.
p Definisi : ketidakmampuan seseorang dalam menahan dan mengeluarkan
tinja pada waktu dan tempat yang tepat.
p Keadaan ini sangat mengganggu pasien Lansia
sehingga harus diupayakan mencari penyebab dan asuhannya dengan baik.
p
Penyebab inkontinensia Alvi :
- Obat pencahar perut
- Gangg. Saraf misalnya demensia dan stroke
- Keadaan diare (gangg. Kolorektum)
- Kelainan pada usus besar
- Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
- Neurodiabetik
9. GANGGUAN
KETAJAMAN PENGLIHATAN
p Gangguan ini dapat disebabkan oleh :
- Presbiopi
- Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang
- Kekeruhan pada lensa/katarak
- Iris mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang, dan mengalami depigmentasi, tampak ada bercak berwarna muda sampai putih
- Pupil konstriksi, refleks direk lemah
- Tekanan dalam mata (intra-okuler) meninggi, lapang pandang menyempit, yg sering disebut dengan glaukoma
- Retina terjadi degenerasi, gambaran fundus mata awalnya merah jingga cemerlang menjadi suram dan jalur-jalur berpigmentasi terkesan seperti kulit harimau.
- Radang saraf mata
10.
GANGGUAN PENDENGARAN
p Gangg. Pedengaran merupakan keadaan yg
menyertai proses menua. Gangguan pendengaran yg utama adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi. Yang merupakan
suatu fenomena yg berhubungan dengan Lansia, bersifat simetris, dengan
perjalanan yg progresif lambat (Mills, 1985) ada beberapa tipe presbiakusis,
yakni :
1. Presbiakusis sensorik. Patologinya berkaitan erat dgn hilangnya
sel rambut di membrana basalis kokhlea sehingga terjadi hilang pendengaran
frekuensi nada tinggi. Penurunan fungsi pendengaran biasanya pada usia pertengahan dan
berlangsung secara terus menerus perlahan progresif.
2. Presbiakusis nerural.
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spinalis. Letak dan
jumlah kehilangan sel neuronal
menentukan gangg. Pendengaran yg timbul (berupa gangg. Frekuensi pembicaraan
atau pengertian kata-kata, adanya inkoordinasi, kehilangan memori, dan gangguan
pusat pendengaran.
3. Presbiakusis
Metabolik. Patologi yg terjadi adalah
abnormalitas vaskuler strial berupa atropi
daerah apikal dan tengah dari kokhlea. Jenis ini biasanya terjadi pada
usia yang lebih muda.
4. Presbiakusis Mekanik.
Jenis diduga diakibatkan oleh terjadinya
perubahan mekanis pada membrana basalis koklea
sebagai akibat proses menua.
Secara audiogram, ditandai dengan
penurunan progresif sensitivitas
diseluruh daerah tes. Ini dapat disebabkan :
a. kelainan degeratif (otosklerosis)
b. ketulian pada Lansia seringkali dapat menyebabkan kekacauan
mental.
c. Tinitus (bising yang bersifat mendengung bisa bernada tinggi atau rendah
d. vertigo (perasaan tidak stabil seperti bergoyang/berputar
c. Tinitus (bising yang bersifat mendengung bisa bernada tinggi atau rendah
d. vertigo (perasaan tidak stabil seperti bergoyang/berputar
11. GANGGUAN
TIDUR
Irwin Feinberg mengungkapkan bahwa sejak
meninggalkan masa remaja, kebutuhan tidur seseorang menjadi relatif tetap. Luce dan Segal mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor
terpenting yg berpengaruh terhadap kualitas tidur. Keluhan kualitas
tidur seiring dengan bertambahnya
usia.
Gangg. Tidur saja menunjukkan indikasi adanya kelainan jiwa yg dini, tetapi
merupakan keluhan hampir 30% penderita yg berobat ke dokter.
p Gangguan tidur Dapat disebabkan oleh :
- Faktor ekstrinsik (luar), misalnya lingkungan yg kurang tenang
- Faktor intrinsik, baik organik maupun psikogenik. Organik berupa nyeri, gatal, kram betis, sakit gigi, tungkai bergerak (akatisia) dan penyakit tertentu yg membuat gelisah.
Psikogenik
misalnya depresi, kecemasan, stres, iritabilitas, dan marah yg tidak
tersalurkan.
12. MUDAH GATAL
l
Hal ini sering disebabkan :
- Kelainan kulit ; kering, degeratif (ekzema kulit)
- Penyakit sistemik ( diabetes melitus, gagal ginjal), penyakit hati (hepatitis kronis, alergi dll
B. Kekacauan
Mental Akut
l
kekacauan mental akut dapat disebabkan oleh :
infeksi dengan demam tinggi,, konsumsi alkohol,
penyakit metabolisme, dehidrasi
atau kekurangan cairan, gangguan fungsi otak, gangguan fungsi hati, atau radang
selaput otak (meningitis)
1.
Menurut
Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm). Guru Besar Universitas Gajah Mada Fakultas
Kedokteran, Periodisasi biologis
perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :
2.
Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog dari Universitas
Indonesia).
Lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian,
yaitu :
3.
Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ. Lanjut
usia dikelompokkan sebagi berikut :
4.
Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai
berikut :
5.
Menurut Hurlock (1979), perbedaan Lanjut usia terbagi
dalam 2 tahap, yaitu :
6.
Menurut Burnside (1979)
ada 4 tahap Lanjut usia yaitu :
PENYAKIT UMUM
PADA LANSIA
l
Ada
4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Stieglitz, 1954)
yakni :
- Gangg. Sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangg. Pembuluh darah di otak (koroner, ginjal dan lain-lain
- Gangg. Metabolisme hormonal, misalnya DM, klimakterium dan ketidakseimbangan tyroid.
- Gangg. Pada persendian, misalnya osteoartritis, Gout artritis ataupun penyakit kolagen lainnya.
- Berbagai macam neoplasma.
Menurut
The National Old People’s Council di Inggris, penyakit/gangguan Umum
pada lansia ada 12 macam yakni :
- Depresi mental
- Gangg. Pendengaran
- Bronkitis kronis
- Gangg. Pada tungkai/sikap berjalan
- Gangg. Pada koksa/sendi panggul
- Anemia
- Demensia
- Gangg. Penglihatan
- Ansietas / kecemasan
- Dekompensasio kordis
- DM, osteomalasia, hipotiroidisme
- Gangg. defekasi
Penyakit
Lansia di Indonesia
- peny. Sistem pernafasan
- Peny. Kardivaskuler dan pembuluh darah
- Peny. Pencernaan makanan
- Peny. Sistem urogenital
- Peny. Gangg. Metabolik/endokrin
- Peny. Pada persendian dan tulang
- Peny. Yg disebabkan oleh proses keganasan
Di
negara maju penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian
utama. Dan di negara berkembang
angka kematian terutama karena penyakit infeksi.
l
Menurut
SKRT (survei kesehatan rumah tangga) th 1992, ditemukan urutan peny. penyebab
kematian :
- TBC,
- Penyakit yg tidak jelas
- Trauma dan
- Infeksi lainnya seperti emfisema, bronkitis dan asma.
Timbulnya penyakit tersebut dapat
dipercepat atau diperberat oleh faktor luar misalnya ; makanan, kebiasaan hidup
yg salah, infeksi dan trauma.
Perjalanan dan penampilan serta sifat
penyakit pada Lansia berbeda dengan yg terdapat pada populasi lain.
Secara singkat bahwa penyakit lansia
disimpulkan sebagai berikut :
- Penyakit bersifat multipatologis/penyakit lebih dari satu
- Bersifat degeneratif, saling terkait dan silent
- Mengenai multi-organ/multisistem.
4. Gejala peny. Yg muncul tidak jelas/tidak khas
5. Sering terdapat polifarmasi dan iatrogenik
6. biasanya mengandung komponen psikologis dan sosial
7. Lansia lebih sensitif terhadap peny. Akut
8. peny. Bersifat kronis dan cenderung menimbulkan kecacatan lama sebelum
5. Sering terdapat polifarmasi dan iatrogenik
6. biasanya mengandung komponen psikologis dan sosial
7. Lansia lebih sensitif terhadap peny. Akut
8. peny. Bersifat kronis dan cenderung menimbulkan kecacatan lama sebelum
meninggal
Penyakit Pada Sistem Pernafasan dan
Kardiovaskuler
1.
Paru
Fungsi
paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yg disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada
semakin berkurang.
Beberapa faktor yang memperburuk fungsi paru antara lain :
- Debu
- Polusi udara
- Asap industri
- Kebiasaan merokok
- Obesitas
- Imobilitas
- Daya tahan tubuh menurun,
sehingga individu mudah terkena infeksi.
Infeksi yg sering diderita Lansia
adalah pneumonia yg merupakan penyerta peny. Lain, misalnya DM., payah jantung
kronis, dan peny. Vaskuler (Mangkunegoro, 1992)
Gizi buruk dan proses menua juga meningkatkan resiko TBC. Kanker Paru
sering ditemukan terutama pada Lansia
Perokok Berat. Mangunegoro (1992)
menyatakan : terdapat kecenderungan peningkatan frekuensi kanker paru
(pada perokok berat)
2. Jantung dan pembuluh darah
Peny.
Kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar dan disabilitas pada
Lansia, terutama usia 65 tahun ke atas dan 50 % terdapat di negara maju
(Kannel, 1992). Lansia umumnya mengalami pembesaran jantung (hipertropi).
Rongga bilik kiri juga mengalami penyempitan, akibat semakin berkurangnya
aktivitas.
Sel otot
jantung juga mengalami penurunan pembesaran (mengecil) hingga menyebabkan
menurunya kemampuan otot jantung. Denyut dan fungsi lain jantung juga menurun.
Pada lansia,
tekanan darah naik secara bertahap, elastisitas jantung pada Lansia usia 70 th
menurun sekitar 50 % dibandingkan dgn orang muda berusia 20 th. Oleh karena itu
tekanan darah (tensi) wanita lansia dapat mencapai m 170/90 mmHg, dan Pria
Lansia dapat mencapai 160/100 mmHg, masih dianggap normal.
Tekanan darah pada lansia meningkat saat
istirahat, walaupun tidak begitu besar. Terutama tekanan sistoliknya. Pada
Lansia, peningkatan tensi saat melakukan aktifitas fisik ini meningkat lebih
cepat dibanding dengan orang muda.
•
Denyut
jantung/nadi juga meningkat pada waktu melakukan aktivitas fisik. Pada saat
bekerja maksimal, denyut nadi akan mencapai angka masksimalnya. namun pada
Lansia ternyata menurun karena jantung tidak dapat mencapai frekuensi seperti
saat masih muda.
•
Rumus
untuk menghitung denyut nadi maksimal seseorang adalah 200 – usia.
Perubahan yg lebih bermakna pada Lansia adalah
proses arteriosklerosis dan pengapuran
dinding pembuluh darah dapat
terjadi dibanyak lokasi.
Jenis penyakit Jantung lain
yang juga banyak ditemukan pada Lansia adalah :
- Penyakit jantung paru menahun (korpulmonal)
- Peny. Jantung akibat tekanan darah tinggi
- Peny. Jantung akibat gangguan irama jantung.
- Penyakit jantung koroner merupakan peny. Jantung yang paling sering ditemukan pada Lansia, 20 % pria dan 12 % wanita yg berusia 65 tahun ke atas dan juga merupakan penyebab gagal jantung.
Wanita biasanya menderita penyakit
Jantung koroner (infark miokard) banyak ditemukan di Indonesia, terdiri atas :
- Angina pektoris, suasana sindrom klinis. Terjadi sakit dada yg khasm seperti dada ditekan atau terasa berat yg sering kali menjalar ke lengan kiri. Sakit /nyeri dada biasanya timbul saat melakukan aktivitas dan segera menghilang bila pasien beristirahat.
- Angina pektoris yg tidak stabil, yaitu keadaan angina oksigen tdk jelas bertambah
- Angina Prinzmetal. Serangan angina yg timbul justru pd saat istirahat.
- Infark miokard akut (IMA) ; nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu lebih dari 20 menit, akut, episode sinkope, hemiplegia, gagal ginjal, muntah dan kelemahan hebat.
Bila ketemu
pasien seperti itu sebaiknya dirujuk ke RS
•
Penyakit
jantung pulmonik dan penyakit jantung lainnya disebabkan oleh penyakit paru
primer (bronkitis kronis, emfisema pulmonum, bronkiektasis, dll)
•
Pada umumnya penderita jarang mencapai usia lanjut dan
lebih banyak terjadi pada pria perokok.
3. Hipertensi
a.
dari banyak
penelitian epidemiologi, di dapat bahwa dgn meningkatnya umur dan tekanan darah
meninggi, hipertensi menjadi masalah pada Lansia karena sering ditemukan
dan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari
seperuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskuler.
b.
Secara nyata kematian akibat stroke dan morbiditas
peny. Karvas menurun dengan pengobatan hipertensi. Saat ini penelitian
longitudinal telah membuktikan hal ini pada pengobatan hipertensi diastolik.
Hipertensi pada Lansia
dibedakan atas
- Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
- Hipertensi sistolik terisolasi ; tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
Pada
hipertensi sistolik, masih kotroversi
mengenai target tekanan darah yg dianjurkan, penurunnya bertahap sampai
sekitar sistolik 140-160 mmHg (R.P Sidabutar, 1974)
4. Penyakit
sistem pencernaan
•
Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses
perubahan kompleks karbohidrat menjadi disakarida
•
Fungsi ludah sebagai pelicin makanan berkurang sehingga
proses menelan lebih sulit
•
Keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak
diperut dsb disebabkan oleh karena makanan yang kurang dapat dicerna karena
menurunya fungsi kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan berkurangnya toleransi thd makanan, terutama yg
mengandung lemak.
Keluhan lain yg sering ditemui ialah sembelit (konstipasi) yg disebabkan
kurang kadar selulosa, kurangnya nafsu makan yg disebabkan oleh gigi yg sudah
lepas (ompong), gangguan motilitas esophagus, reflux disease ( terjadi akibat
isi lambung ke esopagus).
•
insidens ini mencapai puncak pada usia 60-70 thn
•
Lansia
juga mengalami kelemahan otot polos sehingga mengalami kesulitan menelan.
•
Kelemahan otot esofagus sering menyebabkan proses
patologis yg sering disebut hernia hieatus.
•
Penyakit
dan gangguan pada lambung meliputi :
1. Terjadi atrropi mukosa,
atropi sel kelenjar, yg menyebabkan
sekresi asam lambung, dan pepsin dari faktor instrinsik berkurang.
2. Gastritis adalah suatu
inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Insiden gastrritis meningkat dengan lanjutnya proses menua, namun seringkali
asimtomatik, atau dianggap sebagai sebaba normal karena proses menua.
3. Ulkus peptikum yg
terjadi di daerah esofagus, lambung, dan duodenum, walaupun kadar asam lambung
pada Lansia sudah menurun, insiden ulkus dilambung masih lebih banyak dibanding
ulkus duodenum.
Gejalanya :
a. biasanya tidak spesifik
b. penurunan badan
c. mual
d. perut terasa tidak enak.
5. Penyakit sistem urogenital
- PERADANGAN pada sistem urogenital ditemukan pada wanita lansia berupa peradangan kandung kemih, sampai peradangan ginjal, akibat sisa urine dalam vesika urinaria (kandung kemih)
- Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus kandung kemih dan adanya tumor yg menyumbat saluran kemih
- Pada pria usia > 50 th, sisa urin di kandung kemih dp disebabkan pembesaran kelenjar prostat (BPH), hipertropi prostat menyebabkan gangg. Berkemih. Bahkan kadang2 urine secara mendadak tidak dapat dikeluarkan sehingga untuk mengeluarkannya dipasang kateter
6. Penyakit Gangguan Endokrin
(Metabolisme)
- kelenjar endokrin dapat mengalami kerusakan yg bersifat age related cell loss, fibrosis, infiltrasi limfosit, dsb.
- Perubahan karena proses menua pada reseptor hormon, kerusakan permeabilitas sel, dsb dapat menyebabkan perubahan respon inti sel terhadap kompleks hormon reseptor.
- Semua jenis penyakit hormonal dapat terjadi pada lansia tetapi bentuk fungsi ini tidak khas seperti pada orang tua.
Salah satu
kelenjar endokrin dalam tubuh mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan dengan baik,
melalui vasokontriksi pembuluh darah bersangkutan, disebut ADRENAL / kelenjar
anak ginjal. Adapula yg merupakan stres hormon, yaitu hormon yg diproduksi
dalam jumlah besar dalam keadaan stres dan berperan penting di dalam mengatasi
stres. Oleh karena itu dengan
mundurnya produksi hormon, maka Lansia kurang mampu menghadapi stres.
Tidak jarang pada lansia ditemukan kemunduran
fungsi kelenjar tiroid sehingga Lansia
Tersebut tampak lesu dan kurang
bergairah
Kemunduran endokrin lainnya seperti ; klimakterium
/ menopause pada wanita yg mendahului proses tua yg mengakibatkan sindrome
dalam bentuk yg beragam. Pada
pria terjadi penrurunan sekresi kelenjar testis pada usia tertentu.
- Peny. Metabolik lainya adalah berkurangnya zat kapur dan bahan mineral sehingga tulang lebih mudah rapuh dan menipis (osteoporosis), DM.
- Komplikasi gangg. Endokrin khususnya DM dapat menyebabkan stroke yang menyebabkan hemiplegi dan hemiparesis.
7. Penyakit Persendian dan Tulang
- Penyak. Pada sendi ini adalah akibat degerasi atau kerusakan sendi yg banyak ditemukan pada lansia.
- Hampir 8 % orang yg berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendinya, misalnya linu, pegal, dan kadang-kadang terasa nyeri. Bagian yang terkena biasanya ialah persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul).
Biasanya nyeri pada persendian ini disebabkan oleh
GOUT.
•
Hal
ini disebabkan gang. Metabolisme asam urat dalam tubuh.
•
Terjadinya
osteoporosis menyebabkan tulang lansia mudah patah, dan sulit sembuh.
•
Biasanya
patah tulang terjadi karena Lansia tersebut jatuh. Jatuhnya dapat terjadi
karena kekuatan otot dan koordinasi kekuatan anggota badan secara keseluruhan
berkurang, mendadak pusing, penglihatan yg kurang baik, adanya peny.
Jantung yg diiringi gangg. Pada irama
jantung, cahaya ruangan kurang terang, dan lantai yg licin.
•
Tirah
baring yg lama dapat mempercepat terjadinya osteoporosis dan radang paru.
8. Proses Keganasan
- Penyebab terjadinya kanker sampai saat ini belum diketahui dgn pasti. Hanya tampak semakin tua seseorang, semakin mudah dihinggapi penyakit kanker.
- Pada wanita kanker banyak ditemukan pada rahim, payudara dan saluran pencernaan, biasanya kanker pada wanita dimulai pada usia 50 th.
- Pada pria kanker banyakj ditemukan pada paru, saluran pencernaan, dan kelenjar prostat.
- Bahan karsinogen, misalnya tembakau (rokok), sinar UV, sinar radioaktif, sinar – X yg berlebihan dan juga menimbulkan keganasan. Karena keganasan ini mejalar ke organ lain (metastase), harus diusahakan dicari sumber primer keganasan tsb.
9. Penyakit Sistem Persarafan
Penyakit sistem persarafan yg terpenting adalah
akibat pembuluh darah otak yg dapat
mengakibatkan perdarahan otak, menimbulkan stroke, kepikunan (demensia)
dan gangg. Saraf tepi yg menimbulkan
hambatan pergerakan sehingga mengakibatkan imobilisasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
LANJUT USIA
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran mata kuliah ini mahasiswa diharapkan :
1.
mengetahui
dan mampu menyebutka tentang pengertian asuhan keperawatan pada klien Lansia
dan klien geriatri.
2. mengetahui dan mampu
menyebutka tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian asuhan keperawatan
pada klien geriatri.
3. mengetahui dan mampu menyebutkan tentang proses keperawatan
geriatri
4. mengetahui dan mampu
menyebutka tentang tim geriatri.
PENDAHULUAN
Sering kali pasien lansia disalah artikan
sebagai pasien geriatri.
•
Padahal,
pasien Lansia belum tentu pasien Geriatri, sedangkan pasien Geriatri dengan
sendirinya merupakan pasien, lanjut usia.
•
Pasien
geriatri mempunyai sejumlah karakteristik yang membedakannya dari pasien dewasa
lainnya
•
Selain
itu pasien geriatri menunjukkan sejumlah gejala yang khas terdapat pada
populasi Lansia.
Dalam memberikan Askep kepada Lansia, perawat perlu memperhatikan beberapa
hal karena :
A. Populasi Lansia sangat heterogen. Artinya tidak semua
individu Lansia memerlukan Askep dalam bentuk dan jenis pelayanan yang sama.
Secara keseluruhan , lansia termasuk ke dalam golongan populasi yang rapuh
terhadap kesehatan, tetapi dalam derajat yang berbeda2. perbedaan dapat
terlihat dari kondisi Lansia yang :
1. Sehat
2. Setengah sakit setengah
sehat
3. sakit akut (akut
ringan, sedang, berat)
4. Sakit Kronis
5. sakit Gangg. Mental termasuk Demensia
6. Sakit terminal
7. Sakit tidak ada harapan untuk sembuh/hidup
Selain itu perawat juga harus memperhatikan aspek sosial dan ekonominya
5. sakit Gangg. Mental termasuk Demensia
6. Sakit terminal
7. Sakit tidak ada harapan untuk sembuh/hidup
Selain itu perawat juga harus memperhatikan aspek sosial dan ekonominya
B. Jenis Askep yang dibutuhkan
sangat bervariasi.
harus diingat bahwa heterogenitas populasi Lansia
yang ada disertai kenyataan bahwa aspek fungsional seseorang Lansia bergantung
pada tiga faktor, yakni faktor fisik, psikis, dan sosio-ekonomi.
Oleh karena itu
perawat harus mempunyai keterampilan dan pengetahuan bahwa,
Asuhan keperawatan gerontik dibagi 2, yaitu :
1. Askep gerontik dalam tatanan klinis
2. Askep gerontik dalam tatanan komunitas
Asuhan keperawatan gerontik dibagi 2, yaitu :
1. Askep gerontik dalam tatanan klinis
2. Askep gerontik dalam tatanan komunitas
C. Askep ini membutuhkan keterkaitan dengan semua bidang, antara
lain kesehatan, sosial, agama, olah raga atau kesenia. Mengingat Lansia
memiliki berbagai masalah kesehatan dan kekhususan serta mengalami penurunan
faal diberbagai organ tubuh dan biasanya banyak mengkonsumsi berbagai obat
(multifarmasi)
Siapakah pasien geriatrik itu ?
•
Tidak
semua pasien berusia diatas 60 thn merupakan pasien geriatri. Dan tentu berbeda
penanganannya
•
Penyebab
perbedaan penanganan terutama dalam memberikan askep karena :
- Terjadi perubahan pada semua orang yang mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, misalnya penurunan daya ingat, penurunan pendengaran, dan penurunan penglihatan. Memang sulit untuk membedakan antara penurunan akibat proses menua (fisiologis) dan akibat yg terjadi karena gangg. patologis. (misalnya osteoporosis dan aterosklerosis)
- Terjadi akumulasi proses patologis kronis yang biasanya bersifat degeneratif, sekali terkena penyakit degeneratif tidah akan bisa sembuh. Semakin banyak gejala sisa penyakit degeratif ini akan memperberat penyakit lain.
- Berbagai keadaan sosial –ekonomi dan lingkungan sering tidak membantu kesehatan dan kesejahteraan sosial penderita lansia. Biasanya kondisi ini berhubungan pula dengan kesulitan dalam memperoleh lingkungan yang memadai.
- Biasanya lansia, yang menderita berbagai penyakit, sering pula memakan berbagai macam obat yang bisa menimbulkan penyakit iatrogenik.
- Episode penyakit akut baik fisik maupun psikologis merupakan keadaan yg memperberat keadaan Lansia dan sering menyebabkan kematian.
Dikemukakan
oleh Steiglitz bahwa perjalanan dan penampilan penyakit pada populasi Lansia
berbeda bila dibandingkan dengan populasi penderita lain.
•
Oleh karena sifat penyakit khas pada lansia, Dr.H.Hadi
Martono, Sp.PD Ger, dalam “Buku Ajar Geriatri “ (mengutip Dr. Majorie Warren
dari Inggris) mengembangkan disiplin ilmu yg menangani penderita Lansia, yang
disebut geriatri.
•
Hal ini oleh British Geriatric Society (BGS) diartika
sebagai cabang ilmu penyakit dalam yang berkepentingan dengan aspek pencegahan,
promosi, pengobatan, dan rehabilitasi, yang mencakup fisik, psikologis dan
sosial.
Mengingat sifat dan karakteristik penderita
Lansia, penanganannya jelas berbeda dan harus bersifat holistik sebagai berikut :
- Penegakan Diagnosis. Berbeda dgn tatacara penegakan diagnosis yang dilaksanakan pada golongan usia lain. Penegakan diagnosis penderita lansia dilaksanakan dengan tatacara khusus yang disebut pengkajian geriatri yang merupakan analisis multi dimensi dan sebaiknya dilaksanakan oleh suatu tim geriatri.
- Penataksanaan penderita.
Jg dilaksanakan oleh tim multidisiplin yg
bekerja secara interdisiplin dan disebut sebagai tim geriatri. Hal ini perlu mengingat semua aspek penyakit
(fisik, psikis) sosio-ekonomi, dan lingkungan harus mendapat perhatian yg sama.
Hal ini bergantung pd tingkatan pelayanan, susunan, dan besarnya tim. Ditingkat
pelayanan dasar hanya diperlukan tim inti yg terdiri atas dokter, perawat dan
pekerja sosiomedis.
3. Pelayanan Kesehatan vertikal dan
horizontal.
Aspek
holistik harus tercermin dalam pemberian pelayanan vertikal yaitu pelayanan
yang diberikan. Yaitu mulai dari puskesmas sampai ke pusat rujukan geriatri
tertinggi yaitu rumah sakit provinsi.
pelayanan
kesehatan Horizontal berarti pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan
bagian dari pelayanan kesejahteraan
secara menyeluruh. Dengan demikian terdapat kerjasama lintas sektoral dgn
bidang kesejahteraan lain, misalnya
agama, pendidikan/kebudayaan, olahraga &sosial.
4. Jenis pelayanan kesehatan harus
sesuai dengan batasan geriatri, sehingga pelayanan yg diberikan harus meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dgn memperhatikan aspek fisik, psikis, sosial dan
lingkungan
Pengkajian dalam Geriatri adalah : analisis
multidisiplin yg dilakukan oleh seorang geriatris atau tim interdisiplin
geriatri atas seorang penderita Lansia untuk mengetahui kapabilitas medis,
fungsional, dan psikososial agar dapat dilakukan penatalaksanaan menyeluruh dan berkesinambungan.
Untuk mendiagnosis kelainan atau penyakit yang ada, perlu dilakukan
analisis multidimensi, yg mencakup bukan saja
keadaan fisik, tetapi juga keadaan psikis, sosial dan lingkungan
penderita Lansia.
Tujuan Pengkajian
- Menegakkan :
a. Diagnosis kelainan
fisik/psikis yg bersifat fisiologis
b. Diagnosis
kelainan fisik/psikis yg bersifat patologis
- Menegakkan adanya gang. organ/sistem, ketidakmampuan, dan ketidakmampuan sosial untuk dapat dilakukan terapi dan atau rehabilitasi
- Mengetahui sumber daya-ekonomi dan lingkungan yg dapat digunaka untuk penatalaksanaan penderita tersebut (termasuk intervensi keperawatan)
Tim interdisiplin yang dimaksud
dalam definisi pengkajian geriatri minimal harus beranggotakan :
1. Dokter yang mengetahui berbagai penyakit organ/sistem
2. Tenaga sosio-medis yang meneliti kelainan sosial-lingkungan penderita
lansia
3. Tenaga keperawatan yang mengkaji dan mengadakan upaya askep pada
penderita lansia.
Tenaga interdisiplin tsb dapat diperluas keanggotaannya dgn berbagai
disiplin sesuai dgn tempat kerja dan luas ruang lingkup kerjanya.
Di pusat geriatri suatu RS misalnya anggota
tim geriatri tsb diperluas dgn
tenaga rehabilitasi, psikolog, psikiater, farmasi, dan tenaga lain yang
berkaitan dgn penatalaksanaan kesehatan penderita lansia.
•
Tugas setiap anggota tim tersebut adalah :
- Mengkaji lingkungan/sosial (dilakukan oleh petugas sosio-medis)
- Mengkaji fisik (dilakukan oleh dokter/perawat)
- Mengkaji psikis (dilakukan oleh dokter/perawat/ psikolog/psikogeriatris)
- Mengkaji fungsional/disabilitas (dilakukan tenaga dokter/terapis reahabilitasi
- Mengkaji psikologis (dilakukan oleh dokter-psikologis / psikogeriatri).
Dengan tatacara pengkajian
geriatri yang terarah dan terpola,
kemungkinan terjadi salah – dignosis yang sering ditemukan pada praktik
geriatri ini dapat dihindari atau dieliminasi
LANDASAN HUKUM ASKEP LANSIA
1.
UUD
1945, Pasal 27 ayat 2 dan pasal 34.
2.
UU
No. 9 thn 1960 tentang pokok2 Kesehatan, Bab 1 pasal 1 ayat 1.
3.
UU No. 4 thn 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan
orang tua.
4.
UU No. 5 thn 1974 tentang pokok2 pemerintah didaerah
5. UU No. 6 thn 1974 tentang
ketentuan pokok kesejahteraan sosial
6. Program PBB tentang Lansia,
Kongres Internasional WNA tahun 1983
7. UU No. 10 tahun 1992 tentang
perkembangan dan pembangunan keluarga sejahtera
8. UU No. 11 thnn 1992 tentang
dana pensiun
9. UU No. 23 thn 1992 tentang
kesehatan
10. Pencanangan hari Lansia
Nasional oleh Presiden, 29 Mei 1996 di Semarang
11. UU No. 13 thn 1998 tentang
kesejahteraan lansia.
12. Pencanangan Hari Lansia oleh
PBB, 1 Oktober 1999
13. Sasaran WHO, tahun 2000
14. Etika Umum dan Etika Keperawatan
15. Aksi Nasional untuk
kesejahteraan Lansia thn 2003
16. UU No. 40 thn 2004 tentang
sistem jaminan sosial nasional
17. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2004 tentang
pelaksanaan upaya peningkatan
kesejahteraan Lansia
18. Keppres No. 52 tahun 2004,
tentang Komisi Nasional lansia (Komnas Lansia)
Mengapa harus peduli terhadap
Lansia?
Adanya kepedulian terhadap
lansia karena :
- Populasi Lansia di Indonesia makin bertambah banyak
- Sesuai budaya bangsa Indonesia, Lansia mempunyai hak untuk :
- Mendapatkan tempat yg terhormat/dihormati dan dihargai
- Memperoleh pelayanan dan perawatan kesehatan
- Mendapatkan pelayanan khusus dari pejabat pemerintah dalam urusan memperoleh KTP seumur hidup
- Mendapatkan perlindungan hukum, terutama yg berkaitan dengan pengamanan Lansia dan harta kekayaannya.
3. Pensiunan dan masalahnya
4. Kematian mendadakk karena peny. Jantung dan stroke
5. pemerataan pelayanan kesehatan
6. mahalnya obat-obatan
7. kurangnya jumlah tempat tidur di RS
8. kewajiban pemerintah terhadap orang cacat dan Lansia
9. perkembangan ilmu gerontologi dan geriatri
10. semua orang akan menjadi Lansia
4. Kematian mendadakk karena peny. Jantung dan stroke
5. pemerataan pelayanan kesehatan
6. mahalnya obat-obatan
7. kurangnya jumlah tempat tidur di RS
8. kewajiban pemerintah terhadap orang cacat dan Lansia
9. perkembangan ilmu gerontologi dan geriatri
10. semua orang akan menjadi Lansia
Perawat harus mempunyai kepedulian dan
perhatian serta kasih sayang
kepada Lansia, agar
usia lanjut dapat
mencapai kondisi dan menikmati hari tua dengan tenang, aman,
tenteram, tanpa tekanan batin dan sehat,
sejahtera, berguna, produktif, berkualitas dan bermartabat, sehingga bila meninggal, ia dalam
keadaan “mati dengan tenang dan ikhlas”
Askep Pada Lansia
Keperawatan : adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yg berdasarkan pada pencapaian kebutuhan
dasar manusia.
Dalam hal ini Askep yang diberikan kepada klien bersifat komprehensif yg
ditujukan kepada individu, kelompok, keluarga dan masyarakat, baik dalam
keadaan sehat maupun sakit yg mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Askep Gerontik diberikan berupa
bantuan kepada klien karena adanya :
- Kelemahan fisik, mental dan sosial
- Keterbatasan pengetahuan
- Kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri
Tujuan Askep LANSIA
1. Agar Lansia dp melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dgn
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, sehingga
memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hayatnya.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan mereka yang usianya telah
lanjut dgn perawatan dan pencegahan
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat
hidup klien lansia
4. Menolong dan merawat klien Lansia yg menderita penyakit atau
mengalami gangg. tertentu (baik kronis maupun akut)
5. Merangsang petugas
kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis yg tepat dan dini bila
mereka menemukan kelainan tertentu.
6. Mencari upaya semaksimal
mungkin, agar klien Lansia yg menderita suatu penyakit/gangg., masih dapat
mempertahankan kebebasan yg maksimal
tanpa perlu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
FOKUS ASKEP LANSIA
- Peningkatan kesehatan (promotif)
- Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan
fungsi mental
4. Mengatasi
gangg. Kesehatan yg umum
1. PENGKAJIAN
•
Dalam memberikan askep, perawat profesional harus menggunakan proskep/ proses
keperawatan. Proses keperawatan ini
adalah proses pemecahan masalah yang mengarahkan perawat dalam memberikan askep.
•
Pengkajian
adalah tahap pertama Proskep yg meliputi pengumpulan data, analisis data, dan menghasilkan diagnosis keperawatan.
Tujuan Pengkajian pada proskep :
1. Menentukan
kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri
2. Melengkapi
dasar rencana perawatan individu
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan individu
4. memberi waktu kepada klien untuk menjawab
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan individu
4. memberi waktu kepada klien untuk menjawab
PENGKAJIAN GERIATRI MELIPUTI
ASPEK
- FISIK
a.
Wawancara :
1)
Pandangan lansia ttg kesehatannya
2)
kegiatan yg mampu dilakukan lansia
3)
kebiasaan lansia merawat diri sendiri
4) kekuatan
fisik Lansia ; otot, sendi, penglihatan dan pendengaran
5) Kebiasaan gerak
badan/olahraga senam Lansia
6) Perubahan fungsi tubuh
yg sangat bermakna dirasakan
7) Kebiasaan Lansia dalam
memeliharan kesehatan
dan kebiasaan dalam minum obat
8) Masalah seksual yg
dirasakan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan dilakukan
dgn cara inspeksi (melihat), palpasi (perabaan), perkusi (ketuk) dan auskultasi
(mendengar) untuk mengetahui perubahan fungsi sistem tubuh
2) Pendekatan yg digunakan dalam pemeriksaan fisik
adalah Head To toe (dari
ujung
kepala sampai ujung kaki) dan sistem tubuh.
2. PSIKOLOGIS
a. apakah klien mengenal
masalah utamanya
b. bagaimana sikapnya
terhadap proses penuaan
c. apakah dirinya merasa
dibutuhkan atau tidak
d. apakah memandang
kehidupan dengan optimis
e. bagaimana menangani
stres yg dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. apakah Lansia sering
mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir, alam
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan
kemampuan dalam penyelesaian masalah
3. Sosial-Ekonomi
a. sumber keuangan Lansia
b. apa saja kebutuhan lansia dalam mengisi waktu luang
c. dengan siapa ia tinggal
d. kegiatan organisasi apa
yg diikuti lansia
e. bagaimana pandangan lansia terhadap lingkunganya
f. Berapa sering Lansia berhubungan dgn orang lain di luar rumah
g. siapa saja yang biasa mengunjunginya
h. seberapa besar ketergantungannya
i. apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada
g. siapa saja yang biasa mengunjunginya
h. seberapa besar ketergantungannya
i. apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada
4. SPIRITUAL
a.
Apakah klien secara teratur melakukan ibadah sesuai dgn
keyakinan agamanya
b.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif
dalam kegiatan keagamaan
c.
Bagaimana cara lansia mengatasi masalah, apakah dengan berdoa
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
PENGKAJIAN DASAR
•
Perawat
harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yg sangat mendasar pada proses menua
yang meliputi seluruh organ tubuh.
•
Dalam
melakukan pengkajian, perawat memerlukan
pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua
sistem, status gizi, dan aspek psikososialnya. Meliputi antara lain :
1. Temperatur/ suhu tubuh
a.
Mungkin hipotermia + 35°C
b. lebih teliti diperiksa
di sublingual
2. Denyut Nadi
a. kecepatan, irama, volume
b. apikal, radikal, pedal
3. Respirasi
a. kecepatan, irama dan kedalama
b. pernafasan tidak teratur
4. tekanan darah
a. saat berbaring, duduk, berdiri
b. hipotensi akibat posisi tubuh
a. kecepatan, irama, volume
b. apikal, radikal, pedal
3. Respirasi
a. kecepatan, irama dan kedalama
b. pernafasan tidak teratur
4. tekanan darah
a. saat berbaring, duduk, berdiri
b. hipotensi akibat posisi tubuh
5. BB perlahan hilang pada beberapa thn terakhir
6. Tingkat orientsi
7. Memori /ingatan
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
Sistem Persarafan
- Kesimetrisan raut wajah
- Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
a. tidak semua orang
menjadi senilis
b. kebanyakan
mempunyai daya ingatan menurun
atau melemah
- Mata ; pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak’
- Pupil ; kesamaan, dilatasi
- Ketajaman penglihatan menurun karena menua:
a. jangan di uji di depan jendela
b. gunakan tangan atau
gambar
c. cek kondisi kacamata
6. Gangguan Sensori
7. Ketajaman Pendengaran
a. apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinitus (berdengung)
c. serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri
7. Ketajaman Pendengaran
a. apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinitus (berdengung)
c. serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri
Sistem Kardiovaskuler
- Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
- Auskultasi denyut nadi apikal
- Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
- Pusing
- Sakit / nyeri
- edema
Sistem gastrointestinal
- Status gizi
- Asupan diet
- Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
- Mengunyah, menelan
- Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
- Auskultasi bising usus
- Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
- Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, inkontinensia alvi
Sistem genitourinaria
- Urine (warna dan bau)
- Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air kecil)
- Frekuensi, tekanan, atau desakan
- Pemasukan dan pengeluran cairan
- Disuria
- Seksualitas
a. kurang minat melakukan
hubungan seks
b. adanya disfungsi
seksual
c. gangg. ereksi
d. dorongan/daya seks
menurun
e. adanya kecacatan sosial
yg mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Kulit
- Kulit
a.
temperatur, tingkat kelembapan
b. keutuhan kulit ; luka
terbuka, robekan
c. Turgor
(kekenyalan kulit)
d.
perubahan pigmen
- Adanya jaringan parut
a.
keadaan kuku
b.
keadaan rambut
c.
adanya gangg. Umum
Sistem Muskuloskletal
- Kontraktur
a.
atrofi otot
b.
tendon mengecil
c.
ketidakadekuatan gerakan sendi
2. Tingkat
mobilisasi
a.
ambulasi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. keterbatasan gerak
c.
kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan
sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
Psikososial
- Menunjukkan tanda mengingkatnya ketergantungan
- Fokus pada diri bertambah
- Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
- Membutuhkan bukti nyata rasa kasih sayang yang berlebihan
DP FISIK
•
Gang. nutrisi : kurang / lebih dari kebutuhan tubuh yg
berhubungan dgn asupan tidak adekuat
•
Gang. persepsi sensori ; pendengaran, penglihatan, yg
berhubungan dengan adanya hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan
•
Kurang perawatan diri yg berhubungan dgn dgn penurunan
minat dalam merawat diri
•
Potensi / resiko fisik yg berhubungan dgn penurunan
fungsi tubuh
•
Gangg. pola tidur yg berhubungan dgn kecemasan atau
nyeri
•
Perubahan pola eliminasi yg berhubungan dgn penyempitan
jalan nafas atau adanya sekret pada jalan nafas
•
Gang.
Mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekuatan sendi dan lain-lain.
Psikososial
- Reaksi berkabung/berduka yg berhubungan dengan ditinggal pasangan
- Penolakan terhadap proses penuaan yg berhubungan dgn ketidakseiapan menghadapi kematian
- Marah terhadap Tuhan yang berhubungan dgn kegagalan yang dialami
- Perasaan tidak tenang yg berhubungan dgn ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
Rencana Keperawatan dapat :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
2. Bekerja sama dgn profesi kesehatan lainnya
3. Menentukan prioritas
a. Klien mungkin puas dgn
situasi demikian
b. bangkitkan perubahan,
tetapi jangan memaksakan
c. keamanan atau rasa aman
adalah kebutuhan yang utama
d. cegah timbulnya masalah
4. Sediakan cukup
waktu bagi klien untuk mendapatkan masukan
5. tulis semua rencana dan jadwal
5. tulis semua rencana dan jadwal
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan
dasar, antara lain memenuhi kebutuhan nutrisi, meningkatkan keamanan dan
keselamatan, memelihara kebersihan diri,
memelihara keseimbangan istirahat / tidur, dan
meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
- Pemenuhan kebutuhan nutrisi. Penyebab gang. nutrisi pada lansia :
a. penurunan alat
penciuman dan pengecap
b. pengunyahan kurang
sempurna
c. Gigi yang tidak lengkap
d. Rasa penuh pada perut dan susah BAB
e. melemahnya otot lambung dan usus
d. Rasa penuh pada perut dan susah BAB
e. melemahnya otot lambung dan usus
Masalah
Gizi pada Lansia :
1.
Gizi berlebih
2.
Gizi kurang
3.
Kekurangan vitamin
4.
Kelebihan vitamin
PERAWATAN SEHARI-HARI
Berikut perawatan yang harus diberikan kepada klien lanjut usia, terutama
yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan.
Kebersihan Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan
berkumur secara teratur meskipun sudah ompong. Bagi yang masih aktif dan masih
mempunyai gigi cukup lengkap, ia dapat menyikat giginya sendiri
sekurang-kurangnya dua kali dalam sehari, pagi saat bangun tidur dan malam
sebelum tidur.
Bagi lanjut usia yang
menggunakan gigi palsu (prostese), dapat dirawat sebagai berikut :
1. Gigi palsu dilepas, dikeluarkan dari mulut
dengan menggunakan kain kasa atau sapu tangan yang bersih. Bila mengalami
kesulitan, ia dapat dibantu oleh keluarga/perawat.
2. Kemudian, gigi palsu disikat perlahan di
bawah air mengalir sampai bersih. Bila perlu pasta gigi dapat digunakan.
3. Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai
dan direndam di dalam air bersih dalam gelas. Tidak boleh direndam dalam air
panas atau dijemur. Bagi yang sudah tidak mempunyai gigi atau tidak memakai
gigi palsu, setiap kali habis makan, ia harus berkumur-kumur untuk mengeluarkan
sisa makanan yang melekat diantara gigi. Bagi yang masih mempunyai gigi, tetapi
karena kondisinya lemah atau lumpuh, usaha membersihkan gigi dan mulut dapat
dilakukan dengan bantuan keluarga atau jika tinggal di panti, ia bisa dibantu
perawat atau petugas.
Perawatan gigi untuk
lanjut usia
Alat
- Sikat gigi (oleskan pasta gigi secukupnya di atas sikat gigi).
- Air bersih dalam gelas untuk kumur.
- Baskom plastik berukuran sedang untuk membuang air kumur.
- Handuk untuk alas di dada agar tidak basah dan untuk mengelap mulut setelah sikat gigi selesai.
Cara
- Alat (Baskom, sikat gigi, pasta gigi dan handuk) diletakkan di atas meja kecil atau kursi dekat tempat tidur.
- Usahakan duduk dengan posisi yang nyaman. Bila tidak dapat duduk, usahakan untuk dapat duduk setengah miring dengan cara meninggikan bantal untuk menahan punggungnya.
- Handuk direntangkan melebar sehingga menutup dada agar tidak basah.
- Sikat gigi secara perlahan, mulai dari bagian luar, lalu ke dalam dan ke belakang gigi. Arah menyikat dari atas ke bawah untuk gigi bagian atas, dan dari bawah ke atas untuk gigi bagian bawah agar kotoran/sisa makanan dapat tersapu.
- Beri air bersih untuk kumur sampai bersih.
- Sisa air kumur dituangkan dan ditampung dalam baskom plastik.
- Bersihkan sekitar mulut dengan handuk hingga bersih dan kering.
Kebersihan Kulit dan
Badan
Fungsi kulit antara lain :
1. Melindungi bagian tubuh/jaringan di
bawahnya terhadap pukulan, untuk mencegah masuknya kuman penyakit, kedinginan,
dan lain-lain.
2. Sebagai panca indera perasa dan peraba.
3. Mengatur suhu badan.
4. Mengeluarkan ampas berupa zat yang tidak
terpakai (keringat).
5. Tempat memasukkan obat injeksi.
Kulit menerima berbagai rangsangan (stimulus) dari
luar. Kulit merupakan pintu masuk ke dalam tubuh. Kebersihan kulit mencerminkan
kesadaran seseorang terhadap pentingnya arti kebersihan. Kebersihan kulit dan
kerapian dalam berpakaian klien lanjut usia perlu tetap diperhatikan agar
penampilan mereka tetap segar. Usaha membersihkan kulit dapat dilakukan dengan
cara mandi setiap hari secara teratur, paling sedikit dua kali sehari.
Manfaat mandi ialah menghilangkan bau, menghilangkan
kotoran, merangsang peredaran darah, dan memberikan kesegaran pada tubuh. Pengawasan yang perlu dilakukan selama
perawatan kulit adalah :
- Memeriksa ada/tidaknya lecet.
- Mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar kulit tidak terlalu kering atau keriput.
- Menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna merangsang peredaran darah dan mencegah kedinginan.
- Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlalu sering karena hal ini dapat mempengaruhi keadaan kulit yang sudah kering dan keriput.
Memandikan klien lanjut
usia
Persiapan
1. Sediakan air hangat kuku dalam dua buah
baskom.
2. Sediakan waslap (handuk kecil) dan handuk.
Jika mungkin, masing-masing dua buah.
3. Sabun mandi dalam tempatnya.
4. Talk bedak atau losion badan (krem
pelembab).
5. Pakaian dan sapu tangan bersih, sisir
untuk wanita, mungkin juga bedak.
Pelaksanaan
1. Setelah semua alat tersedia, tutup pintu
dan jendela.
2. Jelaskan kepada klien mengenai kegiatan
yang akan dilakukan.
3. Buka pakaian, bagian atas, bentangkan
handuk di atas dada, kemudian mulai menyeka bagian wajah (tanpa sabun, kecuali
diminta).
4. Bilas dengan waslap hingga bersih dan
kering.
5. Kemudian berturut-turut menyeka tangan dan
lengan. Mulai lengan dan tangan yang jauh dari penolong, kemudian tangan dan
lengan yang dekat. Seka bagian dada seperti lengan dan tangan, lalu keringkan
dan beri talk atau losion.
6. Setelah selesai, tutup dada dengan kain
selimut, lalu keringkan. Beri losion dan talk.
7. Bagian akhir yang diseka anggota badan
bagian bawah. Seka anggota badan bagian bawah dengan air bersih sebelumnya.
Lalu, seka selangkangan atau bagian kemaluan. Jangan sampai ada sisa sabun yang
tertinggal. Yakinkan keadaan klien benar-benar bersih dan kering.
8. Ganti pakaian yang bersih, rapikan tempat
tidur.
Apakah dekubitus itu? Dekubitus adalah kerusakan/kematian
kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai
tulang, akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Lanjut usia mempunyai potensi
besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan denga
bertambahnya usia, antara lain :
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan
elastisitas.
3. Menurunya efisiensi kolateral kapiler pada
kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
4. Ada kecenderungan lanjut usia mengalami
imobilisasi sehingga berpotensi terjadi dekubitus.
Faktor Penyebab Dekubitus
Faktor Intrinsik (tubuh
sendiri)
·
Status
gizi (kurus)
·
Anemia
·
Adanya
hipoalbuminemia
·
Adanya
penyakit neurologis
·
Adanya
penyakit pembuluh darah
·
Adanya
dehidrasi
Faktor ekstrinsik
·
Tempat
tidur kurang bersih
·
Alat
tenun yang kusut dan kotor
·
Kurangnya
perawatan/perhatian yang baik dari perawat.
Dekubitus dapat dibagi dalam empat derajat, yakni :
Derajat I Reaksi peradangan
masih terbatas pada epidermis.
Daerah yang
tertekan tampak kemerahan/eritema atau lecet saja.
Derajat II Reaksi lebih dalam sampai mencapai
dermis, ulkus dangkal dengan tepi yang jelas, dan ada perubahan pigmen kulit.
Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam meliputi
jaringan lemak subkutan dan cekung, berbatasan dengan fasia otot; sudah mulai
infeksi dengan jaringan nekrotik yang bau.
Derajat IV Ulkus meluas sampai menembus otot
sehingga di dasar ulkus terlihat tulang yang bisa terinfeksi dan berakibat
osteomislitis.
Bila terjadi dekubitus,
segera tentukan stadium atau derajatnya, dan beri tindakan medis dan
keperawatan yang sesuai (Vander Cammen, 1991).
Perawatan Dekubitus
Dekubitus I
Kulit yang kemerahan dibersihkan secara hati-hati dengan air hangat dan sabun,
diberi losion, kemudian dimasase 2-3 kali/hari, dan dilakukan perubahan posisi
tidur (miring kanan, terlentang, dan miring kiri).
Dekubitus II
Di sini sudah terjadi ulkus yang dangkal. Saat merawat luka, perawat harus
memperhatikan syarat antiseptik. Daerah bersangkutan digosok dengan es dan
dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat
diberikan salep tropikal untuk merangsang granulasi. Jangan terlalu sering
melakukan penggantian balutan salep karena dapat merusak pertumbuhan jaringan
yang diharapkan.
Dekubitus III
Ulkus sudah dalam dan menggaung atau cekung sampai pada bungkus otot dan
sering sudah ada infeksi. Usahakan luka selalu bersih dan eksudat mengalir
keluar. Balutan jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga
permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga
tetap basah. Bila perlu, lakukan pengompresan karena akan mempermudah
regenerasi sel kulit. Jika luka kotor, cuci dengan larutan NaCl fisiologis, dan
jika perlu, berikan antibiotika sistemik.
Dekubitus IV
Ulkus meluas sampai pada dasar dan sering pula disertai jaringan nekrotik.
Semua langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus
dibersihkan dan jika perlu, dibuang, karena akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/epitelisasi. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih,
penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat,
antara lain dengan memberi oksigenasi pada daerah luka, tindakan dengan
ultrasuara untuk membuka sumbatan pembuluh darah, dan sampai pada transplantasi
kulit setempat. Mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat mencapai 40%.
Oleh karena itu, walaupun
ulkus telah sembuh, kemungkinan kambuh di daerah tersebut harus di perhatikan.
Perawatan rehabilitasi dasar juga dapat diberikan, misalnya latihan
menggerakkan sendi, perawatan pernapasan, dan otot (Depkes, 19931b).
Kebersihan Kepala dan
Rambut
Seperti juga kuku, rambut tumbuh di luar epidermis. Pertumbuhan ini terjadi
karena rambut mendapat makanan dari pembuluh darah di sekitar rambut. Warna
rambut ditentukan oleh adanya pigmen. Bila tidak dibersihkan, rambut menjadi
kotor dan debu melekat pada rambut. Tujuan membersihkan kepala adalah
menghilangkan debu dan kotoran yang melekat di rambut dan kulit kepala. Klien
lanjut usia yang masih aktif dapat mencuci rambutnya sendiri. Hal yang perlu
diperhatikan :
1. Bila terdapat ketombe atau kutu rambut,
obat dapat diberikan, misalnya preditox.
2. Untuk rambut yang kering, bisa diberi
minyak atau orang-aring atau lainnya.
3. Untuk mereka yang sama sekali tidak
mencuci rambutnya sendiri, baik karena sakit atau kondisi fisiknya yang tidak
memungkinkan, dapat mencuci rambut di tempat tidur dengan bantuan salah satu
anggota keluarga atau perawat.
4. Bila lanjut usia lebih sering atau banyak
berbaring di tempat tidur, perawat harus lebih memperhatikan kebersihan rambut
klien, mengingat posisi tidur sering membuat rambut kusut, kering, bau dan
gatal.
Mencuci Rambut
Persiapan
- Sediakan air hangat secukupnya di baskom/ember plastik. Satu ember berisi air hangat dan satu lagi untuk menampung air kotor.
- Siapkan sampo, sisir, handuk, dan alas dari kain karet atau plastik.
Pelaksanaan
- Letakkan kepala ditepi tempat tidur dan beri alas kain karet atau kain plastik di bawah kepala, yang dihubungkan dengan ember kosong penampung air kotor yang diletakkan di bawah tempat tidur.
- Basahi rambut sedikit demi sedikit dan bubuhkan sampo, lakukan 2 kali kemudian bilas sampai bersih.
- Usapkan dan gosok sampo itu di kepala hingga rata.
- Bilas sampai bersih.
- Keringkan dengan handuk.
Yang harus diperhatikan saat mencuci rambut di tempat tidur :
1. Bilas sisa sabun, sampo harus bersih agar
tidak menimbulkan rasa gatal atau ketombe dan timbul energi.
2. Letakkan handuk sebagai alas di atas
bantal, kemudian sisir rambut dengan hati-hati.
3. Miringkan kepala agar rambut mudah
dijalin, terutama bagi yang berambut panjang. Lepaskan rambut yang melekat pada
sisir dan masukkan ke dalam penampung yang berisikan larutan lisol.
Pemeliharaan Kuku
Kuku yang panjang mudah menyebabkan berkumpulnya kotoran, bahkan kuman
penyakit. Oleh karena itu, lanjut usia harus selalu secara teratur memotongnya
dan jangan terlalu pendek karena akan terasa sakit.
Kebersihan Tempat Tidur
dan Posisi Tidur
Tempat tidur yang bersih dapat memberi perasaan nyaman pada waktu tidur.
Oleh karena itu, kebersihan tempat tidur perlu sekali diperhatikan. Namun, bila
kondisi fisik lanjut usia masih aktif, mereka cukup diberikan pengarahan cara
membersihkan tempat tidur.
Bantuan yang dapat
diberikan kepada klien lanjut usia yang masih aktif, misalnya:
1. Bila keadaan kasur cekung di tengah,
sebaiknya kasur dibalik setiap kali membersihkan tempat tidur.
2. Alas kasur ditarik kencang dan
ujung-ujungnya dilipat dan disorongkan ke bawah kasur sehingga tidak mudah
menimbulkan lipatan yang mungkin menyebabkan lecet.
3. Alas kasur atau seprai diganti setiap 3
kali sehari, kecuali kotor.
4. Bagi klien lanjut usia yang mengalami
inkontinensia urine, alas kasur diganti setiap kali basah. Kasur dijemur di
panas matahari setiap hari.
Bantuan/pertolongan pasif. Bagi klien lanjut usia
yang terus-menerus beristirahat di tempat tidur, harus selalu diusahakan dapat
beristirahat di tempat tidur, harus selalu diusahakan dapat beristirahat atau
tidur dalam keadaan atau posisi yang menyenangkan atau nyaman. Usahakan pula
agar bantal tidak terlalu lunak atau terlalu keras. Latihan bangun dan tidur
atas usaha sendiri perlu dibina, bukan saja agar otot badan tetap aktif, tetapi
juga untuk menghindari pegal dan mencegah atrofi. Letak atau posisi tidur harus
diatur sedemikian rupa sehingga klien merasa enak, dan harus sering diubah agar
tidak timbul luka lecet atau dekubitus akibat penekanan yang terus menerus.
Letak atau posisi tidur dapat diatur, antara lain
:
1. Letakkan guling di bawah kedua lututnya.
Usahakan agar kakinya tidak tergelincir jatuh ke samping dan tidak dalam posisi
drop foot.
2. Untuk mencegah luka lecet (dekubitus),
tumit dan bokong diberi bantal angin (windring).
3. Agar dapat tidur telentang dengan punggung
dan bokong lurus, sebaiknya letakkan papan di bawah kasurnya jika tempat tidur
tersebut terdiri dari kawat (springbed).
4. Letakkan atau posisi setengah duduk.
Bagian kepala tempat tidur diberi sandaran kursi atau papan.
Catatan :
1. Bagi klien yang mengalami inkontinensia
urine sebaiknya diberi alas perlak karet/plastik untuk melindungi kasur.
2. Kebersihan mutlak diperhatikan untuk
mencegah adanya semut atau binatang kecil lainnya.
3. Jika tidak dalam keadaan tidur, sebaliknya
klien diberi aktifitas untuk melatih pergerakan otot supaya tidak kaku atau
merasa gelisah.
4. Kesabaran dan ketekunan keluarga yang
merawat klien lanjut usia mutlak perlu ditunjukkan agar klien lanjut usia tetap
merasa diperhatikan.
Asuhan keperawatan dasar yang diberikan,
disesuaikan dengan kondisi lanjut usia itu aktif atau pasif. Untuk lanjut usia yang masih aktif,
asuhan keperawatan yang dapat diberikan berupa dukungan higiene personal (mis;
kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu), kebersihan diri
(termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata dan telinga), kebersihan lingkungan
(tempat tidur dan ruangan), makanan yang sesuai (mis; porsi kecil, bergizi,
bervariasi dan mudah dicerna), sehingga kesegaran jasmani tetap terpelihara. Bagi lanjut usia yang pasif dan bergantung
pada orang lain, perawat perlu memperhatikan dalam memberi asuhan usia
aktif. Di sini diperlukan sekali dukungan keluarga, khususnya lanjut usia yang
mengalami kelumpuhan agar jangan sampai terjadi dekubitus (lecet).
PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT
USIA
Pendekatan Fisik
Perawatan dengan pendekatan fisik memperhatikan kesehatan, kebutuhan
kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan
penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik umum
bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni :
1. Klien lanjut usia yang masih aktif
memiliki keadaan fisik yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga untuk kebutuhan sehari-hari, ia masih mampu melakukan sendiri.
2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak
dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus
mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang hal yang
berhubungan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perseorangan sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu, kemunduran kondisi fisik
akibat proses menua dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau
serangan infeksi dari luar. Klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberi
bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,
kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur, posisi tidur, makanan,
cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.
Hal ini penting karena meskipun tidak selalu ada
keluhan atau gejala, lanjut usia memerlukan perawatan. Tidak jarang klien
lanjut usia menemui dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat
dan intensif (mis; gangguan serebrovaskular mendadak, trauma, intoksikasi,
kejang dan sebagainya), sehingga perlu pengamatan secermat mungkin. Komponen
pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu klien
lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan
menentukan makanan), minum, eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu
berjalan, duduk, mengubah posisi tidur, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai
dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit, serta
menghindari kecelakaan. Toleransi terhadap kekurangan oksigen sangat menurun
pada klien lanjut usia. Oleh karena itu, kekurangan oksigen yang mendadak harus
dicegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan makan terlalu
banyak, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan, dan sebagainya.
Seorang perawat harus dapat memotivasi klien
lanjut usia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan
mengunyah sering kali dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi
masalah ini, hidangkan makanan agak lunak atau cair agar klien tidak tersedak
(bila perlu pakaikan gigi palsu) waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan
bergizi, serta makanan yang serasi. Bila ada penyakit tertentu perawat harus
mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.
Kebersihan perseorangan sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan. Kebersihan badan, tempat tidur, rambut, kuku,
mulut atau gigi, perlu mendapatkan perhatian perawatan karena semua itu akan
mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan.
Hal ini harus dilakukan pada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit
tertentu atau dilakukan secara berkala bila klien memperlihatkan kelainan (mis;
batuk, pilek), terutama bagi klien lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial
Tresna Werdha. Jika ada keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian
komunikasi dengan mereka tentang cara pemecahannya.
Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut
usia, membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya tentang apa keluhan
yang dirasakan dalam hal tidur, makan, apakan obat sudah diminum, apakah mereka
melaksanakan ibadah, dan sebagainya.
Pendekatan Psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang
akrab.
Perawat hendaknya memiliki
kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluahan agar lanjut usia merasa puas. Perawat
harus selalu memegang prinsip “Triple S”,
yaitu sabar, simpatik dan servis.
Pada dasarnya klien lanjut
usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan, termasuk perawat
yang memberi perawatan. Oleh karena itu, perawat harus menciptakan suasana yang
aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan
dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus dapat
membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan
mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat
ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya. Hal ini perlu dilakukan
karena perubahan fsikologi terjadi bersamaan dengan semakin lanjutnya
usia.perubahan ini meliputi gejala seperti menurunnya daya ingat untuk
peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan,
peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk
tidur di siang hari, dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar
mendengarkan cerita masa lampau klien yang membosankan. Jangan menertawakan
atau memarahi klien lanjut usia yang lupa atau melakukan kesalahan dan
kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka.
Bila ingin mengubah
tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya
secara perlahan dan bertahap. Perawat harus dapat mendukung mental mereka ke
arah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban.
Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut
usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat.
Perawat meberi kesempatan
yang seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk menadakan komunikasi, melakukan
rekreasi (mis; jalan pagi, menonton film, atau hiburan lain). Lanjut usia perlu
dirangsang untuk mengetahui dunia luar misalnya kabar dan majalah. Pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pendekatan medis
dalam proses penyembuhan atau ketenangan klien lanjut usia.
Untuk menghilangkan rasa
jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya, perlu diberi kesempatan
kepada lanjut usia untuk menikmati keadaan diluar. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak dengan mereka,
senasib dan sepenanggungan, mempunyai hak dan kewajiban bersama. Komunikasi
sangat penting.
Dengan demikian, perawat
tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik dengan sesama mereka mupun dengan
petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial
lanjut usia, termasuk asuha keperawatan lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Werdha.
Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberi ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan
lanjut usia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila lanjut usia
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Dalam kaitannya dengan pendekatan
spiritual bagi klien lanjut usia yang mendekati kematian, DR. Tony Setiabudi
mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini
didasari oleh berbagai macam faktor, seperti ketidakpastian terhadap
pengalaman, selanjutnya adanya rasa sakit/penderitaan yang sering menyertainya,
kegelisahan akan tidak berkumpul lagi dengan keluarga/lingkungan sekitarnya,
dan sebagainya.
Dalam menghadapi kematian,
setiap klien lanjut usia akan memberi reaksi yang berbeda, bergantung pada
kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup. Oleh karena itu, perawat harus
meneliti dengan cermat, aoa kelemahan dan kekuatan klien, agar perawat
selanjutnya lebih terarah. Bila kelamahan terletak pada segi spiritual, sudah selayaknya perawat memberi kesempatan
untuk melakukan ibadahnya atau secara langsung memberi bimbingan rohani dengan
menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu dalam
menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.
Apabila kegelisahan yang
timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat harus dapat meyakinkan
bahwa kalaupun keluarga ditinggalkan masih ada orang lain yang mengurus mereka.
Umumnya pada waktu
kematian akan datang, agama atau kepercayaan seseorang merupakan faktor yang
sangat penting sekali. Pada waktu inilah kehadiran seorang imam sangat perlu
untuk menenangkan klien lanjut usia/ dengan demikian pendekatan perawat kepada
klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik yakni membantu mereka dalam
keterbatasan fisik saja, melainkan perawat lebih dituntun menemukan pribadi
klien lanjut usia melalui agama mereka.
KEBUTUHAN NUTRISI PADA
LANJUT USIA
Kebutuhan gizi klien lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk
kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh, mengatasi proses menua, dan
memperlambat terjadinya usia biologis. Kebutuhan kalori pada klien lanjut usia
berkurang diakibatkan kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya
untuk jantung, usus, pernapasan, ginjal dan lain-lain. Kebutuhan klien lanjut
usia tidak melebihi 1700 kalori, sebaiknya disesuaikan dengan macam kegiatannya.
Kebutuhan protein normal usia lanjut adalah 1 gram/kg BB/hari.
Makanan yang mengandung
lemak hewani harus dikurangi, misalnya daging sapi, daging kerbau, kuning
telur, otak dan lain-lain. Lanjut usia disarankan mengkonsumsi makanan tambahan
yang banyak mengandung kalsium (Ca) atau zat kapur. Kebutuhan kalsium klien
lanjut usia adalah 14,1 mg/kg BB/hari. Zat besi perlu diberikan untuk
memperlancar pembentukan darah. Pemeberian garam natrium harus dikurangi karena
kemungkinan adanya tekanan darah tinggi. Untuk menghindari konstipasi
(sembelit), klien lanjut usia harus diberi makanan yang cukup serat, misalnya
beras tumbuk, akar-akar hijau, kacang-kacangan, buah-buahan, serta banyak minum
(1500-2000 cc) yang sekaligus berguna membantu kerja ginjal.
Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan gizi lanjut usia.
- Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat kerusakan gigi/ompong)
- Berkurangnya cita rasa
- Berkurangnya koordinasi otot.
- Keadaan fisik yang kurang baik.
- Faktor ekonomi dan sosial
- Faktor penyerapan makanan (daya absorbsi).
MASALAH GIZI PADA LANJUT
USIA
Masalah gizi tidak hanya terjadi pada balita dan ibu hamil, tetapi ternyata
sering kali menimpa lanjut usia. Hal yang perlu mendapat perhatian ialah gizi
berlebih, gizi kurang dan kekurangan vitamin.
Gizi Berlebih.
Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat di negara barat dan kota
besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih,
apalagi pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurang karena aktifitas
fisik. Kebiasaan tersebut sulit diubah karena klien lanjut usia sulit untuk
mengurangi makanan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,
misalnya penyakit jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah dan
tekanan darah tinggi.
Gizi Kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah sosial-ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan,
hal tersebut menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila kondisi ini
disertai kekurangan protein, kerusakan sel yang terjadi tidak dapat diperbaiki.
Akibatnya, rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, atau mudah
terkena infeksi pada organ tubuh yang vital.
Faktor penyebab malnutrisi pada lanjut usia
- Penyebab akut dan kronis
- Keterbatasan sumber/penghasilan
- Faktor psikologis
- Hilangnya gigi
- Kesalahan dalam pola makan
- Kurangnya energi untuk mempersiapkan makanan
- Kurang pengetahuan tentang nutrisi yang tepat.
Kekurangan Vitamin
Bila lanjut usia kurang mengkonsumsi buah dan sayur, ditambah kekurangan
protein dalam makanan, hal tersebut mengakibatkan nafsu makan berkurang,
penglihatan mundur, kulit kering, lesu, lemah, lunglai dan tidak semangat.
PENGKAJIAN STATUS GIZI
Perawat harus melakukan pengkajian status gizi secara cermat dan sebaiknya
menggunakan lebih dari satu parameter. Pertama, menggunakan pengukuran
antropometrik, yaitu mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), kemudian
menghitung indeks massa tubuh (IMT). IMT dihitung dengan membagi berat badan
(dalam kilogram) dengan kuadrat TB (dalam meter persegi). IMT normal untuk
perempuan 17-23, sedangkan untuk laki-laki adalah 18-25 lihat rumus.
Pada saat mengukur tinggi badan seorang lanjut usia, perlu diingat bahwa
lanjut usia dapat mengalami pengurangan tinggi badan seiiring dengan
bertambahnya usia. Pengurangan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain :
- komponen cairan tubuh berkurang sehingga diskus intervertebralis relativ kurang mengandung air sehingga menjadi lebih pipih.
- semakin tua cenderung semakin kifosis, sehingga tinggi dan tegak lurusnya tulang punggung berkurang.
- osteoporosisi yang sering kali terjadi pada wanita lanjut usia akan mudah mengakibatkan fraktur vetebra sehingga tinggi badan berkurang.
- penurunan tinggi badan tersebut akan mempengaruhi hasil penghitungan indeks masa tubuh (IMT).
Oleh sebab itu dianjurkan menggunakan ukuran tinggi lutut (knee height)
untuk menentukan secara pasti tinggi badan seseorang. Tinggi lutut tidak akan
berkurang kecuali jika terdapat fraktur tungkai bawah. Dari tinggi lutut, dapat
dihitung tinggi badan sesungguhnya. Perhatikan rumus berikut.
Selain itu, bisa juga menggunakan parameter laboratorium, yang bisa
digunakan, yaitu nilai hemoglabin dan albumin serum. Perlu diperhatikan bahwa
waktu paruh albumin adalah 21 hari sehingga pemantauan status gizi dapat pula
menggunakan kadar transferin (waktu paruh delapan hari) atau kadar pre-albumin
(waktu paruh dua hari).
PEMBERIAN MAKANAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan :
- Apakah makanan yang disajikan memenuhi kebutuhan gizi.
- Sajikan makanan tersebut pada waktunya secara teratur dan dalam porsi kecil saja.
- Jangan menunjukkan rasa bosan dalam melayani klien lanjut usia, tunjukkan wajah yang cerah dan gembira.
- Beri makanan secara bertahap dan bervariasi, terutama bila nafsu makan kurang.
- Perhatikan makanan apa yang disukai atau tidak, agar dapat menentukan jenis makanan yang sesuai dengan seleranya.
- Jika mendapat diet tertentu, perhatikan apakah diet tersebut sesuai dengan petunjuk dokter, misalnya untuk diabetes dan tekanan darah tinggi.
- Beri makanan yang lunak untuk menghindari konstipasi serta memudahkan mengunyah, terutama bagi klien lanjut usia, yang sudah ompong, misalnya dalam bentuk
Bagi lanjut usia yang mampu sendiri, diharapkan
untuk makan sendiri. Keluarga atau perawat membantu menyajikan saja. Usahakan
klien didorang untuk mengerjakan sendiri segala sesuatunya. Bagi klien lanjut
usia yang tidak mampu bergerak sendiri atau pasif, perlu diberi pertolongan dan
bantuan sesuai dengan kebutuhan, misalnya kebutuhan makanannya (perlu disuapi).
Cara pemberian makan lanjut usia :
- Posisikan klien setengah duduk.
- Periksa apakah mulutnya dalam keadaan bersih.
- Letakkan lap makan atau serbet di atas dadanya, guna mencegah bajunya tidak menjadi kotor.
- Suapi dengan sendok yang tidak terlalu penuh, lalu masukkan kedalam mulutnya.
- Penolong atau perawat dapat berdiri ditempat duduk atau di sisi tempat tidur.
- Sediakan waktu yang cukup untuk membantu memberi makan.
- Jangan tergesa-gesa agar jalan makanan tidak tergangu dan juga tidak mengganggu atau mengurangi nafsu makan.
Perencanaan Makan untuk
Lanjut Usia
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan makan untuk klien
lanjut usia:
1. Porsi makan perlu diperhatikan, jangan
terlalu kenyang. Porsi makanan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga
dapat makan lebih sering dengan porsi kecil.
2. Banyak minum dan kurangi garam. Banyak
minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan. Menghindari makanan yang
terlalu asin akan mengurangi kinerja ginjal dan mencegah kemungkinan terjadinya
darah tinggi.
3. Membatasi penggunaan kalori hingga berat
badan dalam batas normal, terutama makanan yang manis atau gula dan makanan
yang berlemak. Kebutuhan usia diatas 60 tahun 1700 kalori dan diatas 70 tahun adalah
1500 kalori.
4. Bagi lanjut usia yang proses penuaannya
sudah lebih lanjut, hal berikut perlu diperhatikan :
a. Mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna.
b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih,
dan gorengan.
c. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak
atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang.
d. Makan dalam porsi kecil, tetapi sering.
e. Makanan kudapan, susu, buah dan sari buah
sebaiknya diberikan.
5. Batasi minuman kopi dan teh. Minuman
tersebut boleh diberikan, tetapi harus diencerkan karena berguna untuk
merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
Menu Seimbang untuk
Lanjut Usia
Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan pada waktu
makan. Menu seimbang untuk lanjut usia adalah susunan makanan yang mengandung
cukup semua unsur gizi yang dibutuhkan lanjut usia.
Syarat menu seimbang untuk lanjut usia sehat :
1. Mengandung zat gizi beraneka ragam bahan
makanan yang terdiri atas zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lanjut
usia adalah 50% dari hidrat arang yang merupakan hidrat arang kompleks
(sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian).
3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu
25-30% dari total kalori.
4. Jumlah protein yang baik dikonsumsi
disesuaikan dengan lanjut usia, yaitu 8-10% dari total kalori.
5. Dianjurkan mengandung tinggi serat
(selulosa) yang bersumber pada buah, sayur, dan macam-macam pati, yang
dikonsumsi dalam jumlah secara bertahap.
6. Menggunakan bahan makanan yang tinggi
kalsium, seperti susu non fat, yoghurt dan ikan.
7. Makanan mengandung tinggi zat besi (Fe),
seperti kacang-kacangan, hati, daging, bayam, atau sayuran hijau.
8. Membatasi penggunaan garam. Perhatikan
label makanan yang mengandung garam, misalnya monosodium glutamat, natrium
bikarbonat dan natrium sitrat.
9. Bahan makanan sebagai sumber gizi
sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna.
10. Hindari bahan makanan yang mengandung
tinggi alkohol.
11. Pilih makanan yang mudah dikunyah seperti
makanan lunak.
Syarat menu untuk lanjut usia dengan berat badan yang kurang :
1. Jika lanjut usia mengalami kekurangan
berat badan, makanan yang diberikan adalah yang mengandung tinggi kalori dan
tinggi protein (TKTP).
2. Diet TKTP terdiri atas TKTP I dan TKTP II
a. TKTP I 2100 kalori, protein 85 g (12-15%
total kalori)
b. TKTP II 2500 kalori, protein 100 g.
3. Bahan makanan yang baik diberikan adalah :
a. Sumber protein hewani : ayam, telur, hati,
susu, keju, dan ikan.
b. Sumber protein nabati : kacang-kacangan,
tahu, tempe, dan oncom.
Bahan makanan yang perlu dihindari adalah gula-gula,
dodol, cake, dan makanan yang manis.
4. Cara pemberian makanan dengan berat badan
yang rendah adalah makanan biasa dengan diberi makanan tambahan.
Contoh menu bagi lanjut usia dengan berat badan
rendah :
Komposisi : kalori 2100, protein 85 gram, karbohidrat
325, dan lemak 40 gram.
Pagi
Sarapan
·
1
gelas susu (2 sdm susu bubuk full cream) + gula
·
Roti
isi telur (1 butir telur)
·
1
potong buah (100 gram).
Pukul
10.00
·
1
gelas sari buah
·
Kue
sus
Siang
·
10
sdm nasi (200 gram)
·
1
potong besar ikan/daging/ayam (100 g)
·
1
mangkuk sayur (100 g)
·
1
potong buah (100 g)
Pukul
16.00
·
1
gelas bubur kacang hijau (50 gram kacang hijau + santan secukupnya).
Malam
·
10
sdm nasi (200 g)
·
1
potong ikan/daging/ayam (75 g)
·
Sayuran
secukupnya
·
1
potong buah (100 g)
Menjelang
tidur
·
1 gelas
susu (2 sdm susu bubuk full cream)
Ditambah
(+)
Waktu
|
TKTP I
|
TKTP II
|
Pagi
|
1 gelas susu
1 butir telur
1 potong daging
1 gelas susu
1 potong daging
|
1 gelas susu
1 butir telur
1 butir telur
|
Keterangan : 1 gelas susu = 200 g susu bubuk; 1
butir telur = 50 g;
1 potong daging = 50 g.
Gambar 5-3. Pola pemenuhan kebutuhan makanan untuk lanjut usia dengan berat
badan rendah.
Syarat menu untuk lanjut usia dengan berat badan lebih (kegemukan) :
1. Jika berat badan berlebih (kegemukan), konsumsi
eneegi harus dikurangi sampai mencapai berat badan normal.
2. Diet rendah kalori untuk lanjut usia harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Kalori dikurangi 500 sampai dengan 100
kalori dari kebutuhan normalnya.
b. Pengurangan kalori sebaiknya dilakukan dari
pengurangan karbohidrat dan lemak.
c. Protein diberikan dalam jumlah normal,
dapat juga di atas kebutuhan normal, yaitu 1-1,5 gram per kg berat badan.
d. Serat diberikan cukup tinggi.
e. Vitamin dan mineral diberikan dalam jumlah
seperti biasa.
f.
Diet
rendah kalori terdiri dari :
·
Rendah
kalori I (1200 kalori)
·
Rendah
kalori II (1500 kalori)
·
Rendah
kalori III (1700 kalori)
Yang sering digunakan adalah diet rendah kalori
1500 atau 1700 kalori.
Contoh menu makanan lanjut usia dengan berat badan
berlebih (kegemukan)
Komposisi : Kurangi kalori sebesar 500 – 1000
kalori (mis; 1700). Kalori dengan protein 75 gram, lemak 45 gram, dan
karbohidrat 249 gram.
Pagi
Sarapan
·
4 sdm
nasi (100 gram)
·
1
butir telur (75 gram)
·
1
mangkuk sayuran
Pukul
10.00
·
1
gelas susu (3sdm susu bubuk) + 2 sdt gula
·
1
potong pepaya (100 gram)
Siang
·
6 sdm
nasi (150 g)
·
1
potong besar bandeng presto (75 g)
·
1
mangkuk sayur lodeh encer (100 g sayur + 25 g daging sapi)
·
1
potong buah (75 g)
Pukul
16.00
·
Pisang
bakar (150 g pisang + 2,5 g margarin)
Malam
·
4 sdm
nasi (100 g)
·
1
potong ikan/daging/ayam (75 g)
·
Sayur
secukupnya (100 g)
·
1
potong buah (100 g)
Selain cara pemilihan bahan makanan yang bermutu,
juga perlu diketahui kandungan gizi dari bahan makanan tersebut ketika menyusun
menu lanjut usia. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi lanjut usia
sehingga tidak asal kenyang.
Cara praktis menyusun menu dengan nilai gizi yang
sesuai dengan kebutuhan lanjut usia tidak terlepas dari syarat tersebut diatas.
Gunakan daftar ukuran rumah tangga (URT) dan daftar penukaran bahan makanan.
Contoh cara menilai menu
Menu Bahan Makanan
Nasi beras 200 g (1,5 gelas)
Ikan pepes ikan 50 g (1 potong
sedang)
Perkedel tahu tahu 50 g (1 potong
sedang)
Sayur bening bayam 100 g (1 gelas)
Pepaya pepaya 100 g ( 1 potong
sedang)
Nilai gizi yang terkandung dalam menu tersebut
adalah :
Energi 575
kalori Karbohidrat 104 gram
Protein 25
gram Lemak 7,5 gram
Tabel 5-1. Nilai gizi yang terkandung dalam menu.
Bahan Makanan
|
Energi
(kal)
|
Protein
(g)
|
Karbohidrat
(g)
|
Lemak
(g)
|
Beras 1,5 gelas
Ikan 1 ptg sedang
Tahu 1 ptg sedang
Bayam 1 gelas
Pepaya 1 potong sedang
|
350
95
40
50
40
|
8
10
3
3
-
|
80
-
4
10
10
|
6
1,5
-
-
-
|
Total
|
575
|
24
|
104
|
7,5
|
PEMBERIAN OBAT
Bila klien lanjut usia mendapat obat atau resep dari dokter, pemberian obat
sebaiknya dilakukan tepat pada waktunya. Untuk menghindari kekeliruan serta hal
yang dapat berakibat fatal, keluarga atau perawat harus mengawasi apakah obat
itu benar diminum sesuai aturan.
Beberapa cara pemberian obat
- Melalui mulut (per oral)
- Melalui jaringan tubuh (parenteral)
- Melalui anus (rektal)
- Melalui vagina
- Melalui kulit.
Hal yang perlu diingat dan diperhatikan adalah :
1. Pastikan klien yang dituju.
2. Waktu pemberian obat harus tepat pada
waktunya, misalnya pagi, sore, atau malam serta sebelum atau sesudah makan.
3. Dosis obat harus diperhatikan serta
diteliti secara cermat (memakai ukuran atau dosis yang tepat).
4. Baca etiket (label) obat yang tertera pada
botol atau bungkus obat setiap kali sebelum diberikan.
5. Jika obat berbentuk cairan, kocok terlebih
dahulu dan berikan sesuai dengan takaran yang telah ditentukan, jangan biarkan
etiket pada botol menjadi kotor sehingga tidak terbaca lagi.
6. Jangan lupa sediakan teh atau air minum
sebelum obat diberikan.
7. Kalau tidak dapat menelan obat (pil dengan
air), usahakan dengan cairan lain yang aman (mis; dengan pisang atau
dihaluskan).
8. Perhatikan reaksi yang mungkin timbul
setelah minum obat (terutama kalau mendapat obat baru), segera laporkan ke
dokter atau unit kesehatan terdekat.
Faktor yang mempengaruhi respons obat pada lanjut usia :
1. Menurunnya absorbsi obat.
a. Menurunnya HCl lambung.
b. Perubahan pergerakan gastrointestinal
2. Perubahan dirtribusi obat.
a. Menurunnya albumin serum yang mengikat
obat.
b. Tersimpannya obat pada jaringan lemak.
3. Perubahan metabolisme obat.
a. Menurunnya aliran darah ke ginjal
b. Menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus
c. Menurunnya beberapa fungsi tubulus ginjal.
Untuk menanggulangi gejala yang sering dihadapi oleh lanjut usia dirumah,
dapat disediakan beberapa macam obat, antara lain :
1. Tablet parasetamol/tablet aspirin
a. Tablet ini biasa digunakan untuk
mengurangi rasa sakit. Bila ada gangguan pencernaan, lebih cocok gunakan tablet
parasetamol. Jangan menggunakan tablet aspirin, terlebih bila ada luka pada
lambung atau usus, hal ini akan lebih memperberat.
b. Tablet antasid ini dapat digunakan untuk
membantu klien yang mengalami gangguan pencernaan. Bila diperlukan, harus
dikonsul ke dokter atau puskesmas rutin lebih dari 2 minggu.
c. Sebotol antiseptik, misalnya hidrogen
peroksida.
d. Plester.
e. Pembalut.
Perlu diingat bahwa obat adalah setiap zat baik
kimia, hewani, atau nabati, memiliki takaran serta bentuk sediaan tertentu,
dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit. Namun dapat juga
membahayakan jiwa.
2. Aturan sederhana tentang penggunaan obat
dirumah.
a. Obat yang dibeli sendiri atau sesuai
dengan anjuran dokter bukan berarti dapat digunakan sepanjang waktu. Jika obat
tersebut tidak ada pengaruhnya selama 5 hari, konsultasikan ke dokter atau
puskesmas.
b. Minum obat harus mengikuti petunjuk
dokter.
c. Jangan memakai obat yang kadarluarsa.
d. Hati-hati dengan obat yang dibeli sendiri.
Selalu konsultasikan hal ini dengan dokter atau ahli.
e. Buang obat yang telah lama dibeli atau
tidak digunakan atua tanyakan kepada ahli (dokter).
3. Gejala tertentu yang tidak dapat dirawat
atau diobati sendiri meliputi :
a. Sakit pada dada.
b. Sakit terus menerus pada perut atau kolik
hebat.
c. Terlihat adanya pendarahan pada bagian
tubuh.
d. Sesak nafas dan lain-lain yang berat.
4. Gejala yang dapat dirawat sendiri.
Gejala
|
Penyebab
|
Perawatan di rumah
|
Obat yang perlu
|
Intervensi/Sikap
|
Harus dirujuk
|
Demam,
Pusing
Batuk
Flu
Sakit pada otot dan sendi yang sering disebut reumatik atau fibrositis
Diare, muntah
|
Infeksi virus
Infeksi virus jika disertai demam. Namun, bakteri dapat masuk setelah
virus merusak sel saluran pernapasan
Infeksi virus yang menyebar ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, tidak
hanya menyebabkan pilek dan batuk, tetapi juga deman dan sakit pada otot dan
pinggang.
Tak diketahui sebabnya. Kemungkinan ada peradangan pada otot atau sekitar
sendi. Jika lebih dari satu sendi terpengaruh pada saat yang sama, keadaan
ini mengarah menjadi fibrositis.
Keracunan makanan oleh bakteri. Terlalu banyak tepung pada makanan.
Spasme dan peradangan pada usus besar. Terlalu banyak obat pencahar. Efek
samping antibiotika
|
Parasetamol/aspirin. Air didihkan dan ditambahkan larutan menthol/balsem,
kemudian dihirup.
Hirup uap dari air mendidih yang diberi mentol atau balsem. Minum obat
batuk, jika batuknya kering dan merangsang
Demam dapat membuat penderita terasa panas atau dingin. Buka baju jika
terasa dan selimut jika terasa dingin agar penderita terasa enak. Beri
aspirin atau parasetamol jika sakit atau pusing.
Minum air yang banyak. Rawat batuk / pilek seperti disebutkan sebelumnya.
Istirahat bagian yang sakit untuk beberapa jam. Beri kompres botol berisi air
panas pada tempat yang sakit. Beri parasetamol atau aspirin. Olahraga secara
teratur
Minum air yang banyak, sampai mau muntah pun, minum tetap banyak.
|
Parasetamol/aspirin mentol/balsem
Mentol atau balsem.
Obat batuk hitam
Parasetamol / aspirin
Mentol / balsem
Parasetamol / aspirin
Tanyakan kepada apoteker atau dokter
|
Jangan cemas sehingga ingin memberi obat banyak. Cukup berikan minum air
yang banyak. Jangan cemas jika klien tidak ingin makan.
Jangan pergi ke tempat yang berkabut atau yang berudara dingin
Jangan gelisah. Makanlah jika terasa ingin makan, tetapi jangan memaksakan
makan. Minum yang banyak, jangan bekerja keras pada 1 minggu setelah flu
Hindari, terutama jenis makanan yang menyebabkan sakitnya. Olahraga
teratur yang sudah dianjurkan dokter.
Jangan mengkonsumsi makanan yang dapat menghentikan . jangan menyiapkan
makanan untuk orang lain jika lagi diare.
|
Jarang yang perlu dirujuk, kecuali jika salah satu dari gejala tersebut
semakin berkembang.
Jika terjadi terus-menerus lebih dari dua minggu. Jika ada darah pada
ludah atau cenderung kehijauan.
Jika gejala ini terdapat lebih dari 3 hari atau jika batuk menjadi hebat,
jika ada bronkitis, emfiserna, atau sakit jantung.
Jika telah memakai obat antisakit lebih dari 1 minggu. Jika sakit
meningkat pada persendian. Jika keadaan umumnya juga menjadi buruk (mis; BB
atau terasa lelah sekali) jika satu persendian menjadi kaku dengan cepat.
Jika terlihat darah atau lendir, sakit perut tidak hilang. Kejang. Jika
muntah lebih dari 24 jam orang yang sangat lemah, mudah terpengaruh muntah
dan diare segera konsultasikan ke dokter apabila gejala >12 jam.
|
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT
USIA DENGAN GANGGUAN MENTAL
AGRESI
Agresi adalah suatu tindakan yang bersifat menyerang disertai dengan
kekuatan. Tindakan ini dapat disertai tindakan fisik, kata, simbolis. Tindakan ini
mungkin saja realistis dan dilakukan demi penjagaan diri, seringkali
mengungkapkan keyakinan yang sangat tinggi atau mungkin merupakan tindakan yang
tidak realistis atau bahkan ditujukan pada dirinya sendiri.
Gejala yang terjadi umumnya :
1. Adanya tuntutan yang terus-menerus secara
terang-terangan.
2. Kemarahan terus-menerus yang ditujukan
kepada petugas.
3. Penolakan untuk mendengarkan petugas.
4. Selalu atau kadang-kadang berusaha melawan
bila ada perubahan tindakan keperawatan.
5. Berbicara kasar.
6. Bertingkah laku kasar
7. Selalu atau kadang-kadang tidak
memedulikan perintah dokter.
Pertimbangan khusus dalam perawatan :
1. Tindakan perawatan segera untuk mengenal
tingkah laku agresif dengan jalan :
a. Membatasi tingkah laku yang membahayakan
dan menjelaskan alasan tindakan tersebut kepada klien lanjut usia.
b. Menguatkan fungssi fisik dan fungsi emosi,
yang sebelumnya memang berfungsi baik.
c. Selalu memberi tahu kepada klien lanjut
usia tentang tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Mendorong dan menfasilitasi klien lanjut
usia untuk mengungkapkan perasaannya sehubungan dengan penyakit atau
perawatannya, yaitu dengan :
·
Menggunakan
pertanyaan terbuka.
·
Duduk
mendampingi dan mendengarkan klien lanjut usia.
·
Jangan
mencoba untuk mempertahankan diri, mempertahankan perawatan dirumah sakit. Hal
ini hanya akan meningkatkan agitasi klien.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri dengan
membimbing atau mengarahkan kembali pengungkapan kebutuhan guna pertahankan
kebebasan serta kontrol.
a. Merencanakan tindakan perawatan, juga
bersifat rutin atau sehari-hari bersama klien lanjut usia. Beri keleluasaan
kepada mereka sebanyak mungkin dalam mengambil keputusan.
b. Melakukan penilaian tindakan perawatan
tersebut bersama klien lanjut usia.
c. Memberi kesempatan kepada klien lanjut
usia untuk merencanakan serta melakukan hal yang disukainya, misalnya tidur
terlambat, merenda, atau membaca.
d. Memberi pujian terhadap usaha klien dalam
mengontrol atau mengekspresikan tinkah laku agresifnya secara konstruktif.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga
membantu klien lanjut usia secara tepat.
a. Menjelaskan kepada tim dan keluarga
tentang penyebab tingkah laku klien lanjut usia, cara mengendalikan mengatasi
perawatan di rumah sakit, mengatasi ketakutan dan kehilangan kontrol yang
mungkin muncul.
b. Memberi pujian terhadap usaha orang lain yang
membantu klien lanjut usia mengatasi agresi.
c. Menekankan kepada petugas perawatan
tentang pentingnya tidak memberi hukuman berat atau menghindarkan klien lanjut
usia mengatasi masalahnya dengan tingkah laku yang secara fisik merusak dirinya
atau orang lain.
MARAH
Pengertian kemarahan adalah rasa
tidak senang yang kuat, biasanya karena
konflik atau pertentangan. Gejala yang terjadi umumnya :
1. Berbicara sembarangan
2. Sikap yang selalu buruk terhadap orang
lain, terutama terhadap petugas atau perawat.
3. Menolak ikut serta dalam perawatan.
4. Menolak makan atau minum.
5. Menolak ketergantungan terhadap petugas.
6. Melemparkan makanan atau barang.
7. Mengacaukan peralatan pengobatan pada
dirinya (mis; mencabut sel infus)
Pertimbangan khusu dalam perawatan :
1. Perawatan dini / segera demi penyadaran
sikap marah. Untuk mengurangi bila perlu, menghilangkan kemarahan fisik yang
membahayakan dengan jalan :
a. Memberi tahu klien lanjut usia bahwa anda
tidak akan membiarkan dirinya melanjutkan tindak kekerasan.
b. Meluangkan waktu untuk klien lanjut usia,
tanyakan kepadanya mengapa marah. Bila klien menolak untuk menjawab, beri
contoh tentang hal-hal yang menyebabkan kemarahan.
c. Membantu dan memberi dorongan pada klien
untuk mengekspresikan kemarahan dengan kata-kata. Puji usaha klien lanjut usia
yang mau mengenali penyebab kemarahan.
2. Beralih keperawtan diri sendiri yang
mempermudah klien lanjut usia mengungkapkan perasaannya tentang penyakit,
perawatan dan pengobatannya.
a. Mengajak klien lanjut usia ikut dalam
merencanakan perawatannya.
b. Melibatkan klien lanjut usia dalam
perawatannya sendiri dengan sadar.
c. Minta klien lanjut usia mengerjakan bagian
perawatan tertentu, sementara anda mengerjakan bagian yang lain.
d. Menilai tindakan perawatan bersama lanjut
usia.
e. Meluangkan waktu setiap hari untuk klien
lanjut usia, mengajak bercakap-cakap, mengarahkan pembicaraan tentang
penyakitnya yang dapat menimbulkan perasaan tidak senang, gunakan pertanyaan
terbuka.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat:
a. Mempermudah klien lanjut usia
mengungkapkan perasaan positif dan perasaan negatif melalui orang lain.
b. Meluangkan waktu bersama klien lanjut usia
dan orang terdekat klien untuk menjelaskan perlunya perasaan positif dan
negatif tentang sesuatu yang sedang menimpanya.
c. Memuji usaha orang terdekat klien yang
mendorong klien mengekpresikan kemarahannya secara konstruktif.
d. Memuji usaha dalam mengungkapkan
perasaannya tentang sesuatu yang sedang terjadi. Dukung usahanya untuk
bertahan, dan beri waktu untuk menenangkan kemarahannya.
KECEMASAN
Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan
atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi
terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang.
Gejala yang terjadi umumnya :
1. Perubahan tingkah laku
2. Bicara cepat.
3. Meremas-remas tangan.
4. Berulang-ulang bertanya.
5. Tidak mampu berkonsenterasi atau tidak
memahami penjelasan.
6. Tidak mampu menyimpan informasi yang
diberikan.
7. Gelisah.
8. Keluhan badan.
9. Kedinginan dan telapak tangan lembab.
Pertimbangan khusus dalam perawatan:
1. Perawatan segera dalam menanggapi
kecemasan yang dialami dan menurunkan derajat kecemasan, dengan jalan :
a. Menyediakan waktu untuk bersama klien
paling sedikit 5 menit 3 kali sehari.
b. Mendengarkan apa yang dibicarakan klien.
c. Memberi penjelasan kepada klien lanjut
usia secara jelas dan ringkas tentang apa yang terjadi.
d. Jangan memberi lebih dari satu informasi
atau rangkaian penjelasan sekaligus.
e. Jangan menuntut klien lanjut usia ketika
terjadi kecemasan.
f.
Tanyakan
kepada klien lanjut usia apa yang dapat anda lakukan untuk membuat perasaannya
lebih senang.
2. Beralih keperawatan diri sendiri. Untuk
memudahkan dalam mengenal sumber kecemasan dan kembalinya lanjut usia pada
aktivitas yang menuntut tanggung jawab.
a. Identifikasi bersama klien lanjut usia mengenai
ketegangan dan ketakutan yang menimbulkan perasaan cemasnya.
b. Libatkan klien lanjut usia dalam keputusan
tentang perawatannya.
c. Lanjutkan percakapan dengan klien lanjut
usia secara teratur, meningkatkan durasinya, tetapi mengurangi jumlah
percakapan setiap hari.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat :
a. Melibatkan staf lain dalam merawat klien
lanjut usia melalui tindakan, seperti memperkuat penjelasan yang diberikan,
menyediakan sedikit waktu untuk klien ketika cemas muncul, apa yg dikatakan
harus realistis.
b. Melibatkan anggota keluarga atau teman
dalam proses memberi keyakinan kembali dan penjelasan.
c. Memberi penekanan pada pernyataan / sikap
orang lain yang positif sehingga meringankan kecemasan lansia.
KEKACAUAN MENTAL
Kekacauan adalah sifat atau keadaan kebingungan
akut. Kekacauan merupakan ketidaksanggupan memahami atau merangkai kata atau
peristiwa secara khusus.
Gejala yang terjadi umumnya :
1. Kabur atau tidak dapat mengidentifikasi
waktu, tempat dan orang.
2. Tampak mengantuk sepanjang hari.
3. Perhatian menurun.
4. Daya ingat terhadap hal yang baru
terganggu.
5. Ketidakmampuan menyimpan informasi yang
diberikan.
6. Lebih kacau pada malam hari daripada siang
hari.
7. gelisah, banyak bergerak tanpa tujuan.
8. Serangan jasmani.
Pertimbangan khusus dalam perawatan:
1. Pertolongan untuk mengatasi kekacauan.
Untuk mengurangi beratnya kekacauan dan menghilangkan peningkatan kekacauan
faktor nonfisiolohgis, hal berikut dapat dilakukan :
a. Mencari penyebab fisiologis kekacauan.
Jika ada, apakah dapat dihilangkan, misalnya ketidakseimbangan elektrolit dapat
menyebabkan kekacauan mental.
b. Tetap melibatkan klien dalam aktifitas,
misalnya berolahraga, berbicara, memuat kerajinan tangan, atau membantu staf
jika mungkin.
c. Selalu memberi tahu klien tentang segala
sesuatu yang akan dilakukan perawat.
d. Mengurangi kerusakan indera yang dialami
klien lanjut usia.
·
Mendampingi
klien lanjut usia terutama saat makan. Klien sering mengalami gangguang
pengecapan sehingga tidak dapat membedakan rasa panas / dingin yang dapat
menimbulkan cedera.
·
Mendampingi
klien lanjut usia saat ia melakukan aktivitasnya, misalnya membawa klien keluar
dari kamarnya bersama klien lain, demikian pula ketika mengajaknya masuk kamar.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Untuk
membantu atau mempermudah klien lanjut usia sadar akan dirinya dan lingkungan
sekarang. Hal berikut dapat dilakukan :
a. Memuji klien dalam usahanya bergabung
bersama orang lain dan ikut serta dalam lingkungannya.
b. Bersikap jujur kepada lanjut usia.
c. Hindari sikap yang dapat menimbulkan rasa
malu pada klien.
d. Tetap ingat bahwa klien mempunyai
kebutuhan dan hasrat.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat.
a. Hindari keterlibatan petugas kesehatan
dalam pendekatan oleh keluara yang tidak jujur kepada klien.
b. Terangkan kepada keluarga atau staf lain
tentang perlunya klien lanjut usia mengetahui dan menghayati kebenaran.
c. Hindari sikap penolakan keluarga atau
orang terdekat terhadap klien lanjut usia.
d. Puji keluarga klien, staf dan orang lain
yang melibatkan diri terhadap klien lanjut usia.
PENOLAKAN
Penolakan adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengakui
secara sadar tentang pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan terhadap
kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman.
Gejala yang terjadi umumnya :
1. Tidak percaya terhadap diagnosis, gejala,
perkembangan dan keterangan yang diberikan.
2. Mengubah keterangan yang diberikan
sedemikian rupa sehingga diterima secara keliru.
3. Menolak membicarakan perawatannya di rumah
sakit.
4. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya
secara umum, khusunya tindakan yang langsung mengikutsertakan dirinya, misalnya
perawatan kolostomi.
5. Menolak nasihat, misalnya istirahat
baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasihat tersebut demi kenyamanan
penderita.
Pertimbangan khusus dalam perawatan
1. Perawatan segera untuk mengenali
penolakan. Izinkan klien lanjut usia menunjukkan tingkah laku menolak dalam
tenggang waktu tertentu selama sikap ini tidak membahayakan klien lanjut usia,
orang lain, serta lingkungan. Sikap ini merupakan mekanisme penyesuaian diri.
a. Identifikasi pikiran yang paling
membahayakan klien lanjut usia yang sedang mengalami puncak penolakan.
Misalnya, klein lanjut usia mendapatkan diet 1000 kalori, tetapi anggota keluarga
membawakan makanan yang sangat berlemak.
b. Berusaha mengemukakan kenyataan secara
perlahan, dimulai dari kenyataan terkecil tentang penolakan memerhatikan atau
merawat kolostominya. Dalam situasi demikian, mulailah membicarakan masalah
diet bersama klien.
c. Jangan menyokong penolakan klien lanjut
usia, tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien dan bicarakan sikap
penolakan klien yang sesering mungkin.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri.
Permudah proses penerimaan terhadap kenyataan, misalnya klien lanjut usia
terlibat aktif dalam perawatannya sendiri dengan cara :
a. Melibatkan klien lanjut usia dalam
perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat dan macam
perawatan.
b. Memuji klien lanjut usia karena berusaha
untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
c. Membantu klien lanjut usia mengungkapkan
keresahan atau perasaan sedihnya dengan menggunakan pertanyaan terbuka,
mendengarkan dan meluangkan waktu bersamanya setiap hari.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat.
a. Melibatkan orang lain dalam membanyu klien
lanjut usia menentukan perasaannya.
b. Meluangkan waktu untuk menjelaskan kepada
mereka tentang apa yang sedang terjadi pada diri mereka serta hal yang dapat
dilakukan untuk membantunya.
c. Mungkinkan pihak lain memuji klien lanjut
usia yang menerima realitas.
d. Menyadarkan pihak lain tentang pentingnya
pemberian hukuman, apabila klien melakukan penolakan.
KETERGANTUNGAN
Ketergantungan adalah meletakkan kepercayaan kepada orang
lain atau benda lain untuk bantuan yang terus-menerus, penenteraman hati dan
pemenuhan kebutuhan.
Penampilan umum :
1. Menolak ikut dalam perawatan diri sendiri.
2. Terus-menerus meminta perawat untuk
melakukan apa yang sebenarnya sanggup ia lakukan sendiri.
3. Sering meminta perawat masuk kamarnya.
4. Terus-menerus menyatakan dengan kata-kata
perbuatanya bahwa ia tidak mampu mengerjakan sesuatu sendiri.
5. Menolak mempelajari cara baru dalam
merawat diri sendiri.
6. Menolak atau tidak mampu mengambil
keputusan.
7. Tidak ingin berpindah dari tempat yang
biasa ketempat lain.
Perimbangan khusus dalam perawatan :
1. Perawatan segera untuk ketergantungan
sampai klien lanjut usia mampu mandiri dan memiliki harga diri :
a. Pastikan sumber ketergantungan klien
lanjut usia :
b. Hindari sikap meremehkan klien yang tidak
dapat mandiri
c. Secara hati-hati, tentukan batasan dan
jenis perilaku ketergantungan yang bisa diterima oleh perawat.
d. Beri perhatian sebentar dan sering.
e. Beri tahu kepadanya bila anda akan datang
lagi, kembali pada waktu yang telah ditetapkan, atau minta orang lain untuk
mengganti kehadiran anda.
f.
Duduk
bersama klien sedikitnya sekali sehari
g. Jelaskan kepadanya bahwa anda tidak
mengizinkan ia terlalu bergantung karena anda menghormatinya dan anda menyadari
bahwa ia sanggup untuk mealkukan untuk dirinya sendiri.
2. Beralih keperawatan diri sendiri
a. Secara perlahan mengikutsertakan klien
lanjut usia dan mulai dengan satu kegiatan lebih dahulu. Misalnya, meminta
klien lanjut usia membantu anda dalam memegangi sesuatu, beri pujian atas
usahanya tetapi jangan dibesar-besarkan.
b. Beri bantuan dan pujian atas seluruh
usahanya yang mengarah kepada kemampuan berdiri sendiri.
c. Libatkan klien dalam membuat rencana
perawatannya. Izinkan ia mengambil beberapa keputusan dengan satu atau dua
keputusan.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat. Untuk pihak lain
mengenai usaha klien yang bergantung pada orang lain dan hal berikut dapat
dilakukan :
a. Beri penjelasan dengan hati-hati mengenai
perlunya klien lanjut usia tidak bergantung pada keluarga dan teman.
b. Libatkan keluarga dalam memandirikan klien
lanjut usia dan beri pujian atas usahanya tersebut.
c. Puji orang terdekat klien bila mereka
membantu klien mandiri.
DEPRESI
Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan,
dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan
yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam.
Gejala yang terjadi umumnya :
1. Pandangan kosong.
2. Kurang atau hilangnya perhatian pada diri,
orang lain, atau lingkungan
3. Inisiatif menurun
4. Ketidakmampuan berkonsentrasi
5. Aktivitas menurun
6. Kurangnya nafsu makan
7. Mengeluh tidak enak badan dan kehilangan
semangat, sedih, atau cepat lelah sepanjang waktu.
8. Mungkin susah tidur di malam hari.
Pertimbangan khusus dalam perawatan :
1. Pertolongan segera untuk mengatasi
depresi. Untuk membantu klien lanjut usia memahami dan menyatakan perasaan
positif dan negatif yang menyangkut dirinya, orang lain dan apa yg terjadi
lakukan hal berikut :
a. Bentuk kontak dengan klien lanjut usia sesering
mungkin, baik secara verbal maupun nonverbal.
b. Beri perhatian terus-menerus walaupun
klien lanut usia tidak mau dan tidak dapat berbicara dengan anda. Pendekatan
ini akan menjadikan anda seseorang yang menyenangkan dan menarik.
c. Libatkan klien lanjut usia dalam menolong
dirinya sendiri atu aktivitas sehari-hari dan tingkatkan secara bertahap.
d. Jika anda merasa perlu, usulkan pada
dokter untuk memakai antidepresan.
2. Beralih keperawatan diri sendiri untuk
menambah harga diri.
a. Tetap luangkan waktu untuk klien lanjut
usia setiap hari.
b. Gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengekspresikan perasaan lanjut usia.
c. Jangan katakan pada klien lanjut usia
bahwa ia tidak sesedih seperti yang ia rasakan. Pendekatan ini hanya akan
menguatkan perasaan bahwa tidak seorangpun mengerti dirinya.
d. Puji klien lanjut usia karena
keterlibatannya dalam menolong dirinya atau aktivitas lainnya.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara optimal. Untuk memudahkan
pengenalan cara penyesuaian diri dan memudahkan staf mengatasi masalah klien
lanjut usia, hal berikut dapat dilakukan :
a. Meyakinkan pemberi asuhan tentang tanggung
jawab mereka untuk tidak memperberat rasa sedih klien.
b. Menganjurkan staf atau orang terdekat
memuji klien lanjut usia atas usaha dan aktivitasnya.
c. Membantu staf dalam upaya berkomunikasi
dengan klien lanjut usia, mengarahkan mereka supaya memberi perhatian kepada
klien lanjut usia sebanyak mungkin.
KETAKUTAN
Ketakutan adalah reaksi emosional terhadap sumber
atau bahaya dari luar.
Gejala yang terjadi umumnya :
1. Penolakan terhadap pengobatan.
2. Sering membunyikan bel.
3. Selalu mengajukan permintaan yang tidak
perlu kepada pertugas.
4. Selalu berusaha menyenangkan hati perawat
dan bekerja sebaik mungkin.
5. Selalu menangis.
6. Agresif atau kritis terhadap petugas.
7. Merasa ada tekanan yang aneh dalam perut.
8. Keluhan somatik.
Pertimbangan khusus dalam perawatan :
1. Pertolongan segera dalam mengatasi
ketakutan. Untuk mengenali bahwa bahaya dalam rangka mengurangi derajat
ketakutan tersebut lakukan hal berikut :
a. Berusaha mengenali sumber ketakutan yang
khas/spesifik.
b. Gunakan pertanyaan terbuka.
c. Beri keterangan dengan hati-hati tentang
semua yang terjadi dan tetap memberi keterangan sebelum melakukan perawatan.
d. Setelah keterangan diberikan, anjurkan
klien lanjut usia mengulangi kembali keterangan yang anda berikan dengan
kata-katanya sendiri dan arti keterangan tersebut baginya.
e. Jika anda tidak dapat mengurangi
ketakutan, sebelum operasi dilakukan beri tahu dokter sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Untuk
mempermudah pengungkapan ketakutan yang terus menerus, hal berikut dapat
dilakukan :
a. Luangkan waktu bersama klien lanjut usia
minimal 15 menit sehari. Arahkan pembicaraan tentang tanggapan klien lanjut usia
terhadap rumah sakit atau perawatan.
b. Beri dorongan dan dengarkan klien tentang
keputusannya yang dianggap berbahaya atau mengakibatkan perubahan besar dalam
hidupnya.
c. Jangan membuat keputusan untuk klien
lanjut usia.
d. Bantu klien baik secara verbal maupun
secara nonverbal, untuk menanyakan tentang kemajuan, hasil diagnosis, dan hasil
pengobatan.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat. Untuk membantu
mengatasi ketakutan secara tepat dan sesuai dengan keadaan, hal berikut dapat
dilakukan.
a. Pemberi asuhan meminta dokter menjelaskan
tentang diagnosis dan pengobatan.
b. Libatkan dan berikan penjelasan kepada
orang lain yang berminat sehingga mereka menguatkan pengajaran atau keteranagn
yang telah anda berikan.
c. Mengatasi rasa takut teman dan keluarga
klien agar mereka dapat memberi dorongan pada klien lanjut usia.
MANIPULASI
Manipulasi adalah proses bertingkah laku seseorang
dalam menghadapi orang lain, dengan tujuan sekedar memuaskan kehendak prang
lain ataupun dirinya sendiri dengan cara cerdik maupun tidak jujur dan penuh
tipu muslihat.
Gejala yang terjadi umumnya :
1. Berpura-pura tidak membutuhkan bantuan.
2. Mengadu domba atara petugas, perawat, dan
dokter.
3. Berpura-pura memuji perawata atau petugas
bila berhadapan langsung, tetapi menjelekkannya di hadapan orang lain.
4. Selalu menunjukkan tuntutan yang tidak
jelas.
5. Menuntut waktu perawat secara berlebihan
untuk hal yang tidak perlu.
6. Bersikap seolah tidak diperhatikan oleh
orang lain agar perawat tetap menemaninya. Sikap ini akan terus berlangsung
walaupun telah diberi nasihat.
Pertimbangan khusus dalam perawatan :
1. Perawatan segera dalam menghadapi tingkah
laku manipulatif. Bertujuan mengurangi derajat tingkah laku.
a. Mempertentangkan klien lanjut usia
terhadap tingkah lakunya pada saat manipulasi.
b. Beri tanggapan yang baik serta pujian atas
tindakannya yang tidak bersifat manipulatif.
c. Beri kesempatan pada klien lanjut usia
untuk mengungkapkan kemarahannya dengan kata-katanya.
d. Batasi tindaknnya yang berifat merusak.
e. Catat instruksi dan keterangan yang
diberikan kepada lanjut usia secara tepat dalam catatan perawatan.
f.
Beri
tahu keluarga tentang segala hal yang dikerjakan perawat alasannya.
2. Beralih ke pelaksanaan perawatan diri
sendiri. Mempermudah keterlibatan aktif
klien lanjut usia dalam perawatan dirinya, misalnya rasa tanggung jawab atas
segala tindakannya :
a. Rencanakan perawatan dan tindakan
sehari-hari bersama klien lanjut usia.
b. Tentukan siapa yang bertanggung jawab atas
tindakan perawatan, klien atau perawat.
c. Menilai hasil perawatan bersama klien
lanjut usia.
d. Beri pujian atas usaha klien dalam
menjalankan tanggung jawab.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat. Menyadarkan klien
lanjut usia atas tingkah laku manipulasinya serta pengaruhnya terhadap orang
lain:
a. Mendampingi dokter pada saat ronde untuk
mencegah terjadinya kekacauan informasi.
b. Yang terpenting adalah komunikasi serta
pendekatan yang jelas dan konsisten di antara petugas bila membicarakan tingkah
laku klien lanjut usia yang manipulatif tersebut.
c. Puji para petugas dan anggota keluarga
atas usahanya dalam mengurangi tingkah laku klien lanjut usia yang manipulatif.
RASA SAKIT
Rasa Sakit adalah satu atau beberapa rangsangan yang
menyebabkan rasa sakit. Hal ini sering kali menyebabkan reaksi emosi yang hebat
dibandingkan dengan rasa sakit itu sendiri.
Gejala yang terjadi pada umumnya :
1. Reaksi otonom : perubahan denyut nadi,
tekanan darah, dan pernapasan, serta keringat yang berlebihan.
2. Reaksi otot skeletal : tremor dan gelisah,
rasa sakit pada otot, tangan menggenggam kuat dan kejang otot.
3. Reaksi psikis : menangis, menarik diri,
orang yang pendiam berubah sifat menjadi bermusuhan, timbul ketakutan,
kekhawatiran, agresi dan ketidaksabaran.
4. Tekanan pada gastrointestinal : mual dan
muntah.
Pertimbangan khusus dalam perawatan :
1. Perawatan segera dalam menghadapi rasa
sakit. Mengurangi penderitaan dan berusaha mengatasi rasa sakit.
a. Jangan mengharap klien lanjut usia akan
bereaksi sama terhadap rasa sakitnya.
b. Tentukan riwayat rasa sakit klien lanjut
usia dan reaksi sebelumnya.
c. Dorong klien lanjut usia membicarakan
pengalamannya tentang rasa sakit. Tunjukkan minat terhadap apa yang
dikatakannya.
d. Manfaatkan pengetahuan yang telah
terkumpul tentang reaksi dan toleransi klien lanjut usia terhadap rasa sakit
demi mempermudah pengobatan.
e. Jelaskan pada klien lanjut usia tentang
obat yang diberikan, khususnya suntikan akan dirasa sakit, tetapi tidak
berlangsung lama.
f.
Manfaatkan
kegiatan dan percakapan selama mendampingi klien lanjut usia untuk mengalihkan
perhatian dari rasa sakit.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri dalam
mengontrol rasa sakit. Menunjukkan tindakan yang dilakukan perawat dan klien
lanjut usia untuk mengurangi penderitaan yang terus-menerus atau meningkatkan
toleransi klien lanjut usia terhadap rasa sakit.
a. Rencanakan tindakan yang dapat
mengurangi/menghilangakan rasa sakit bersama klien.
b. Lanjut usia yang menderita sakit tidak
dapat menerima desakan. Bila ia sedang merawat diri, beri kesempatan kepadanya
untuk menyelesaikan tugasnya dengan leluasa.
c. Beri kesempatan pada klien lanjut usia
mengekspresikan perasaannya, khususnya yang berhubungan dengan rasa sakit yang
akan dialami. Dengan menemukan penyebab, kadang dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan rasa sakit.
d. Beri tanggapan positif terhadap usaha
klien lanjut usia dalam menngatasi perasaannya.
e. Libatkan teman atau anggota keluarga yang
berkenaan dihati klien bila ia membutuhkan mereka.
3. Bekerja sama tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat. Mengenai dan menerima
reaksi rasa sakit klien tanpa memberi penilaian.
a. Hendaknya semua staf atau petugas
menyadari reaksi klien lanjut usia terhadap rasa sakitnya.
b. Adakan pertemuan perawatan untuk
membicarakan reaksi atau tanggapan terhadap rasa sakitnya. Rencanakan
pendekatan dan catat dalam rencana perawatan.
c. Luangkan waktu sejenak untuk refleksi
diri.
d. Mendorong orang lain yang ada hubungannya
dengan klien lanjut usia agar mau memahami penderitaan klein lanjut usia dengan
cara memberi penjelasan.
e. Berusaha memahami pengaruh agama,
kebudayaan, dan kejiwaan dalam hubungannya dengan reaksi klien lanjut usia
terhadap rasa sakit.
SEDIH DAN KECEWA
Pengertian :
1. Lose: Peristiwa hilangnya sesuatu atau
seseorang yang sangat bernilai bagi seseorang.
2. Mourning : Proses psikologis yang diakibatkan oleh
peristiwa kehilangan.
3. Grief
: Reaksi emosi karena
persepsi atau penghayatan peristiwa kehilangan tersebut.
4. Grief
and mourning process :
Proses menghadapi, mengatasi, dan menyesuaikan diri terhadap peristiwa
kehilangan. Proses ini mencakup tahap berikut : syok psikis dan merasa tidak
percaya, lama kelamaan timbul kesadaran terhadap peristiwa kehilangan tersebut.
Perasaan kehilangan umumnya disebabkan oleh :
- Kehilangan fungsi, misalnya seksual dan kontrol usus.
- Hilangnya gambaran diri atau citra diri.
- Hilangnya seseorang yang sangat dekat hubungannya.
- Kehilangan barang yang berharga.
Gejala yang terjadi umumnya :
1. Tahap I : Merasa syok atau terpukul dan
tidak percaya. Hampir semua tingkah laku yang bersifat merusak merupakan sikap
penyesuaian pada tahap ini.
2. Tahap II : Munculnya kesadaran terhadap
peristiwa kehilangan memungkinkan klien lanjut usia mengajukan pertanyaan
tentang peristiwa kehilangan tersebut.
3. Tahap III : Pulih kembali. Tingkah laku
yang tampak, misalnya kemampuan memahami dan menghayati kehilangan tersebut.
Setelah itu, melanjutkan kegiatan hidupnya sehari-hari, merencanakan masa
depan, sambil mengingat kembali kejadian, baik yang menyenangkan maupun yang
menyedihkan.
Pertimbangan khusus dalam perawatan :
1. Perawatan segera untuk mengetahui bahwa
klien lanjut usia sedang mengalami kehilangan. Mendampingi klien lanjut usia
yang mengalami kehilangan.
Tahap
I:
a. Luangkan waktu sedikitnya 15 menit sehari
untuk bercakap-cakap bersama klien lanjut usia.
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia
untuk mengarahkan pembicaraan.
c. Katakan kepada klien lanjut usia bahwa
dengan peristiwa ini, bearti ia telah melakukan sesuatu yang baik.
d. Terima tingkah laku klien lanjut usia yang
tidak merusak fisk.
Tahap
II:
a. Gabungkan pengaruh peristiwa kehilangan
tersebut, baik pada diri klien lanjut usia maupun keluarganya selama
pembicaraan dengan klien lanjut usia.
b. Libatkan klien lanjut usia dalam
merencanakan dan melakukan perawatan diri.
Tahap
III:
a. Diskusikan bersama klien lanjut usia
tentang segi positif dan negatif peristiwa kehilangan tersebut.
b. Beri dorongan untuk merencanakan masa
depannya.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri.
Menunjang usaha klien lanjut usia dalam menahan tindakannya.
a. Apabila klien lanjut usia menyangkal
dengan melakukan sesuatu yang membahayakan fisiknya, batasi tindakannya, dengan
menghadapi klien pada kenyataan.
b. Dalam pembicaraan, beri kesempatan
kepadanya untuk mengarahkan pembicaraan tentang peristiwa tersebut.
c. Ulangi pertanyaan yang diajukan klien agar
ia dapat mencari jawabannya dengan bantuan perawat.
Rencana selanjutnya adalah menyokong kesadaran
klien tentang perlunya tetap menghayati persitiwa tersebut :
1. Yakinkan bahwa klien lanjut usia masih
mempunyai dukungan, baik dari keluarga maupun temannya.
2. Yakinkan bahwa klien lanjut usia menyadari
bahwa keadaan tersbeut normal dan ia mengerti bahwa setiap orang mengalami
proses yang sama bila mengalami kehilangan.
GANGGUAN SENSORI
Gangguan sensori adalah perubahan dalam persepsi tentang
derajat dan jenis reaksi karena meningkat, menurun, atau rangsangan indra
menghilang.
Gejala umumnya :
1. Halusinasi.
2. Menarik diri.
3. Sikap bermusuhan, yaitu dengan memaki-maki
petugas.
4. Perasaan yang tidak adekuat dan suka
menangis.
5. Bingung atau disorientasi waktu, tempat
dan orang.
6. Gangguan indra
7. Gangguan psikomotor.
8. Timbul kebosanan dan gelisah.
Hal-hal yang mungkin menyebabkan gangguan sensori :
1. Tersekap dalam ruangan yang sempit.
2. Tersekap dalam ruangan yang tidak
berjendela.
3. Rangsangan dari luar secara terus menerus
4. Kurangnya rangsangan baru.
5. Penempatan klien lanjut usia dalam ruangan
isolasi.
Pertimbangan khusus dalam perawatan :
1. Perawatan segera untuk mengenal gangguan
sensori atau indra. Kurangi derjat gangguan atau tingkatkan input indra
sebagaimana dibutuhkan.
a. Bicara langsung dengan klien lanjut usia.
Gunakan isyarat mata untuk menciptakan kontak dengannya.
b. Gunakan sentuhan, elus punggung, pijat,
ubah posisi dan sisir rambut.
c. Beri perhatian yang teratur. Jangan
mengasingkan klien lanjut usia, baik secara jasmaniah maupun rohaniah
d. Hati-hati terhadap lingkungan yang
monoton. Gunakan jam, penanggalan, hiasan dinding, gambar milik klien lanjut
usia untuk merangsang perhatiannya terhadap lingkungan.
e. Beri kesempatan untuk istirahat bagi klien
lanjut usia sehingga ada selingan dan jangan memberi rangsanagan secara
terus-menerus.
f.
Beri
tahu apa yang akan anda kerjakan setiap kali bertemu klien lanjut usia.
g. Beberapa gangguan disebabkan oleh posisi
tidur. Beri kesempatan untuk duduk, berdiri, atau sedikit tegak dan beri latihan
fisik baik aktif maupun pasif.
h. Perasaan bingung yang bersifat fisiologis
tidak dapat dikontrol dengan pendekatan tingkah laku.
2. Beralih keperawatan sendiri. Untuk
mempermudah klien lanjut usia mengenali reaksinya terhadap rangsangan khusus
atau kekuranagan rangsangan, hal berikut dapat dilakukan.
a. Rencanakan tindakan perawatan serta
kegiatan sehari-hari bersama klien lanjut usia.
b. Klien lanjut usia yang tunanetra dan
tunarungu mempunyai kebutuhan khusus karena cacat indra. Yakinkan bahwa klien
lanjut usia yang demikian masih mampu mengungkapkan kebutuhannya.
c. Minta klien lanjut usia memberi tahu
perawat apabila rangsangan terlalu lemah atau terlalu kuat.
d. Atur sistem dan ukuran penyinaran atau
bau-bauan agar sesuai.
e. Beri perubahan susana.
f.
Mengadakan
penilaian terhadap tindakan perawatan bersama klien lanjut usia.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat. Untuk mempermudah
mengenali gambaran reaksi lanjut usia terhadap gangguan indra. Hal berikut
dapat diterapkan:
a. Mempertimbangkan dan mempergunakan
pencegahan atau pengamanan jika diperlukan.
b. Hendaknya petugas mengobservasi sikap dan
tanggapan klien lanjut usia terhadap petugas serta terhadap perawatan yang
diberikan.
c. Bantu klien lanjut usia berkomunikasi dan
mengingat kelemahannya.
d. Yakinkan bahwa semua petugas dan orang
terdekat klien lanjut usia menyadari kebutuhan lanjut usia untuk istirahat dan
mendapat rangsangan yang teratur.
e. Berikan rangsangan kepada klien lanjut
usia dengan cara bercakap-cakap, mengadakan permainan dan membacakan buku untuk
klien lanjut usia.
f.
Kirim
klien lanjut usia dengan cacat indra yang berat ke badan sosial yang sesuai.
SYOK PSIKIS
Psikogenik adalah tingkah laku seseorang yang berusaha
menyendiri atau melindungi dirinya dari peristiwa besar atau bahaya yang
dibayangkan sangat berat baginya untuk ditanggulangi seketika.
Gejala yang terjadi umumnya :
1. Diam
2. Menangis.
3. Memungkiri peristiwa penyebab.
4. Tidak dapat bekerja sama
5. Acuh tak acuh
6. Apatis, tidak punya perasaan apa pun,
tidak dapat berkonsenterasi, tidak mengerti dan mengingat penjelasan
7. Merasa tidak ada pertolongan, kehilangan
kebebasan atau harapan.
8. Berjalan mondar-mandir.
9. Menunjukkan sikap bermusuhan atau
menyalahkan petugas.
Pertimbangan khusus dalam perawatan :
1. Perawatan segera untuk mengatasi syok
psikis.
a. Menyokong atau menguatkan usaha klien
lanjut usia untuk melindungi diri sendiri dari akibat peristiwa itu.
b. Mendampingi klien lanjut usia selama 15
menit atau sampai ada orang yang menggantikannya. Beberapa peristiwa yang ada
sangat penting dan dibutuhkan dan dorong klien menumbuhkan sikap menerima
kenyataan.
c. Observasi klien lanjut usia, beri
kesempatan kepada klien untuk menenangkan diri.
d. Menunjukkan sikap empati dan mendengarkan
pembicaraannya.
2. Beralih ke perawatan diri. Untuk
memudahkan proses sikap tanggap kembali dan dapat melakukan kegiatan, hal
berikut dapat dilakukan :
a. Pikirkan apa yang perlu dikerjakan orang
tersebut dan beri bantuan bila dibutuhkan.
b. Mencari alternatif untuk memcahkan maslaah
dengan seseorang, tetapi beri kesempatan kepada lanjut usia untuk membuat
keputusan yang realistis.
c. Memberi klien kesempatan sebanyak mungkin
beraktivitas dan melibatkan orang lain dalam mengatasi frustasi.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk
mencapai tujuan membantu klien lanjut usia sesuai dengan prinsip kesehatan atau
perawatan.
a. Jelaskan kepada pemberi asuhan tentang apa
yang sedang dialami klien lanjut usia, bagiamana perkembangannya dan apa yang
dapat terjadi pada klien lanjut usia setelah keadaan pulih kemabali.
b. Beri pujian pada orang yang menaruh
perhatian dan kesediaannya untuk melibatkan diri dengan klien lanjut usia.
c. Beri pertolongan kepada klien lanjut usia
agar mampu menyatakan kebutuhannya, mengembalikan kemampuannya mengatur hidup,
mengambil keputusan dan mampu berbuat untuk dirinya sebanyak mungkin.
d. Minta pemberi asuhan memanfaatkan
kemampuan pribadinya, misalnya humor dan mendengarkan, memberi dukungan pada
saat klien mengalami kesulitan, kesedihan, rasa bersalah, atau ketakutan.
REHABILITASI DASAR PADA
LANJUT USIA DENGAN KELUMPUHAN
Lumpuh atau kelumpuhan bearti hilangnya fungsi
bagian tubuh yang terkena. Penyebab kelumpuhan :
1. Trauma (mis; kecelakaan, tabrakan
kendaraan, jatuh tergelincir)
2. Nontrauma (mis; radang, gangguan pembuluh
darah otak, stroke [adanya pembuluh darah yang pecah], tekanan darah tinggi).
Lumpuh ada tiga macam, yakni:
1. Lumpuh sebelah badan (hemiplegia)
2. Lumpuh kedua tungkai bawah (paraplegia)
3. Lumpuh keempat anggota gerak (atas dan
bawah) (quadriplegia)
Perawatan bagi klien lanjut usia yang mengalami
kelumpuhan memang lama dan sulit. Kadang – kadang, klien lanjut usia mengalami
kematian bukan karena kelumpuhannya, tetapi karena radang saluran kemih atau
dekubitus.
PERAWATAN UMUM
Tujuan perawatan klien lanjut usia yang mengalami kelumpuhan adalah
mengurangi beban penderitaan yang dialaminya dan bila mungkin, memulihkan
kembali fungsi bagian yang lumpuh. Hal yang perlu diperhatikan dlam perawatan
pada klien lanjut usia yang lumpuh adalah bagian badan yang tertekan. Posisi
tidur perlu diubah untuk mencegah timbulnya luka lecet (dekubitus) pada kulit
yang terus menerus mengalami penekanan.
Posisi tidur yang dianjurkan :
1. Posisi tidur terlentang.
a. Letak kepala. Kepala diletakkan di bagian
yang tidak sakit dan diberi bantal sebagai penahan.
b. Letak bahu. Bahu diberi bantal di bawahnya
untuk menghindari ketegangan otot.
c. Letak tangan dan pergelangan tangan
melebar keluar dan di bawahnya diberi bantal dengan posisi bagian dalam ke arah
ke luar dan pada tangan, dipasang gulungan kain untuk menghindarkan terjadi
atrofi.
d. Panggul, bagian panggul kanan dan kiri
diberi bantal dan di bagian bawah lutut yang lumpuh diberi bantal agar kaki
tidak kaku atau jatuh (drop foot).
2. Posisi tidur miring, tubuh dibaringkan
pada posisi yang tidak sakit.
a. Sebaiknya di kepala diberi bantal yang
lunak untuk memberi rasa nyaman.
b. Lengan atas ke depan dan diletakkan di
atas bantal dengan sudut 450 dan tangan diberi gulungan kain untuk
mencegah atrofi.
c. Kaki juga diarahkan ke depan dan diberi
bantal di bawahnya serta lutut ditekuk.
3. Posisi tidur terlungkup.
a. Kepala diarahkan ke samping dalam keadaan
nyaman.
b. Bagian dada di bagian bawahnya diberi
bantal untuk menahan tubuh dan memberi kebebasan bergerak kepala dan leher.
c. Tangan diletakkan lurus.
d. Kaki, diberi bantal di bawahnya untuk
memberi posisi lekuk (fleksi) pada lutut.
PERAWATAN REHABILITASI DASAR
1. Perawatan saluran pernafasan dapat
dilakukan secara aktif dan pasif.
2. Latihan menggerakkan sendi setiap hari
secara penuh dan meletakkan posisi fungsional yang sempurna.
3. Melatih otot yang lemah sehingga dapat
memperkuat otot yang terganggu.
CARA MEMINDAHKAN KLIEN DARI
TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA
Keadaan fisikyang sudah lemah sangat bergantung pada bantuan orang lain.
Biasanya sering timbul rasa jemu, bahkan hilang semangat (apatis) sehingga
hidupnya bergantung pada belaskasih orang lain. Untuk menghilangkan rasa jemu
dan menimbulkan perhatian terhadap lingkungan, klien perlu diberi kesempatan
untuk menikmati keadaan luar, agar merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.
Hal ini dapat dilakukan secara teratur menggunakan kursi roda untuk keluar
kamar sambil menghirup udara segar selama 30 menit sampai 1 jam.
Cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Siapkan dulu kursi roda dan letakkan di
dekat tempat tidurnya. Jika perlu tambahkan bantal.
2. Bantu klien lanjut usia untuk duduk
kesamping tempat tidur dan lancarkan kaki ke bawah sisi tempat tidur.
3. Penolong harus berdiri tepat dihadapan
klien yang ditolong tersebut sambil meletakkan kedua tangannya di kedua ketiak klien.
4. Intruksikan klien lanjut usia untuk
meletakkan kedua lengannya di atas pundak perawat untuk membantu menopang daya
beratnya,dengan kaki menginjak diatas kaki perawat/penolong.
5. Angkat perlahan-lahan hingga klien berdiri
tegak.
6. Tahan untuk beberapa detik dalam posisi
berdiri, lalu mulai melangkah miring (arah diagonal), dengan alas kaki.
7. Duduk perlahan. Perhatikan agar duduknya
dalam keadaan santai (nyaman),dengan alas kaki.
8. Bawa klien kehalaman agar dapat menghirup
udara segar dan beri kesibukan misalnya merajutdam merenda, untuk mengurangi
perasaan tegang dan bosan.
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT
USIA YANG MENGHADAPI KEMATIAN
Dalam merawat lanjut usia tidak ada harapan untuk sembuh, seorang perawat
profesional harus mempunyai keterampilan multikompleks. Sesuai dengan peran
yang dimiliki, perawat harus mampu
memberi pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental,
sosial dan spiritual. Perawat juga dituntut untuk membantu anggota keluarganya
dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelami perasaan hidup
dan mati.
PENGERTIAN
Pengertian sakit gawat adalah keadaan sakit, yang klien lanjut usia tidak
dapat lagi atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Penegertian kematian /
mati adalah apabila seorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak bernafas
selama beberapa menit, dan tidak menunjukkan segala refleks, serta tidak ada
kegiatan otak.
Penyebab kematian :
1. Penyakit.
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae)
b. Penyakit kronis, misalnya:
·
CVD (cerebrovascular disease)
·
CRF (chronic renal failure [gagal ginjal])
·
Diabetes
Melitus (gangguan endokrin)
·
MCI (myocard infarct [gangguan
kardiovaskular])
·
COPD
(chronic obstruction pulmonary disease)
2. Kecelakaan (hematoma epidural)
Ciri/tanda klien lanjut usia menjelang kematian
1. Gerakan dan penginderaan menghilang secara
berangsur-angsur. Biasanya dimulai dari anggota badan, khususnya kaki dan ujung
kaki.
2. Gerakan peristaltik usus menurun
3. Tubuh klien lanjut usia tampak mengembang.
4. Badan dingin dan lembap, terutama pada
kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
5. Kulit nampak pucat, berwarna biru/kelabu.
6. Denyut nadi mulai tidak teratur.
7. Napas dengkur berbunyi keras (stridor)
yang disebabkan oleh adanya lendir pada saluran pernapasan yang tidak dapat
dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
8. Tekanan darah menurun.
9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan
menjadi kabur).
Tanda-tanda kematian
1. Pupil mata tetap membesar atau melebar
tidak berubah.
2. Hilangnya semua refleks dan ketiadaan
kegiatan otak yang tampak jelas dalam hasil pemeriksaan EEG dalam waktu 24 jam.
KEMATIAN
Tahap Kematian
Tahap-tahap ini tidak selamanya berurutan secara
tetap, tetapi dapat tumpang tindih. Kadang-kadang seorang klien lanjut usia
melalui satu tahap tertentu untuk kemudian kembali ketahap itu. Lama setiap
tahap dapat bervariasi, mulai dari beberapa jam sampai beberapa bulan. Apabila
tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa timbul kesan seolah-olah klien
lanjut usia melompati satu tahap, kecuali jika perawat memerlukan secara
saksama dan cermat.
Tahap Pertama (penolakan)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan.
Biasanya, sikap itu ditandai dengan komentar. Selama tahap ini, klien lanjut
usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua orang, kecuali dirinya.
Klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakannya sehingga ia
tidak memperhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya. Ia bahkan
menekan apa yang ia denganr atau mungkin akan meminta beberapa pertolongan dari
berbagai macam sumber profesional dan nonprofesional dalam upaya melarikan diri
dari kenyataan bahwa maut sudah berada di ambang pintu.
Tahap Kedua (marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang
tidak terkendali. Sering kali klien lanjut usia akan selalu mencela setiap
orang dalam segala hal. Ia mudah marah terhadap perawat dan petugas kesehatan
lainnya tentang apa yang mereka lakukan. Pada tahap ini, klien lanjut usia
telah mengganggap hal ini merupakan hikmah, daripada kutukan. Kemarahan disini
merupakan mekanisme pertahanan diri klien lanjut usia. Akan tetapi, kemarahan
yang sesungguhnya tertuju pada kesehatan dan kehidupan.
Tahap Ketiga (tawar-menawar)
Pada tahap ini kemarahan biasanya mereda dan klien
lanjut usia dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang
terjadi dengan dirinya. Akan tetapi, pada tahap ini tawar menawar ini banyak
orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut
tiba. Dan akan menyiapkan beberapa hal, misalnya membuat surat dan
mempersiapkan jamianan hidup bagi orang tercinta yang ditinggalkan.
Selama tawar-menawar,
permohonann yang dikemukakan hendaknya dapat dipenuhi karena merupakan urusan
yang belum selesai dan harus diselesaikan sebelum mati. Misalnya, klien lanjut
usia mempunyai permintaan khusus untuk melihat pertandingan olahraga,
mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau makan di restoran. Perawat
dianjurkan memenuhi permohonan itu karena membantu klien lanjut usia
memasuki tahap berikutnya.
Tahap Keempat
(sedih/depresi)
Pada tahap ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan karena klien lanjut
usia sedang dalam suasana berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang
yang dicintai dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersamaan
dengan itu, ia harus meninggalkan semua hal menyenangkan yang telah
dinikmatinya. Selama tahap ini, klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara
dan sering menangis. Saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang di samping
klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
Tahap Kelima
(menerima/asertif)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini, klien
lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan mungkin
tidak ingin berbicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya.
Tawar-menawar sudah lewat dan tibalah saat kediaman dan ketegangan. Seseorang
mungkin saja lama ada dalam tahap menerima, tetapi bukan pasrah yang bearti
kekalahan. Dengan kata lain, pasrah pada maut tidak bearti menerima maut.
Pengaruh Kematian
Pengaruh kematian terhadap keluarga klien lanjut usia:
1. Bersikap kritis terhadap cara perawatan.
2. Keluarga dapat menerima kondisinya.
3. Terputusnya komunikasi dengan orang yang
menjelang maut.
4. Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan
orang yang bersangkutan tidak dapat mengatasi rasa sedih.
5. Pengalihan tanggung jawab dan beban
ekonomi.
6. Keluarga menolak diagnosis. Penolakan
tersebut dapat memperbesar beban keluarga.
7. Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan.
Pengaruh kematian terhadap tetangga/teman:
- Simpati dan dukungan moril.
- Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan.
Saat kematian merupakan suatu proses berlangsungnya kematian, yang meliputi
5 tahap.
Pemenuhan kebutuhan klien menjelang kematian:
1. Kebutuhan jasmaniah. Kemampuan toleransi
terhadap rasa sakit berbeda pada setiap orang. Tindakan yang memungkinkan rasa
nyaman bagi klien lanjut usia.
2. Kebutuhan emosi. Untuk menggambarkan
ungkapan sikap dan perasaan klien lanjut usia dalam menghadapi kematian.
a. Mungkin klien lanjut usia mengalami
ketakutan yang hebat.
b. Mengkaji hal yang diinginkan penderita
selama mendampinginya.
c. Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama
terhadap klien.
Pertimbangan khusus dalam perawatan :
1. Tahap I (penolakan dan rasa kesendirian),
mengenal atau mengetahui bahwa proses ini umumnya terjadi karena menyadari akan
datangnya kematian atau ancaman maut.
a. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia
untuk mempergunakan caranya sendiri dalam menghadapi kematian sejauh tidak
merusak.
b. Memfasilitasi klien lanjut usia dalam
menghadapi kematian.
2. Tahap II (marah), mengenal atau memahami
tingkah laku serta tanda-tandanya.
a. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia
untuk mengungkapkan kemarahannya dengan kata-kata.
b. Ingat, bahwa dalam benaknya bergejolak
pertanyaan, “mengapa hal ini terjadi pada ku”.
c. Seringkali perasaan ini dialihkan kepada
orang lain atau anda sebagai cara klien lanjut usia bertingkah laku.
3. Tahap III (tawar menawar), menggambarkan
proses seseorang yang berusaha menawar waktu.
a. Klien lanjut usia akan mempergunakan
ungkapan, seperti seandainya “Saya...”.
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia
untuk menghadapi kematian dengan tawar menawar.
c. Tanyakan kepentingan yang masih ia
inginkan. Cara demikian dapat menunjukkan kemampuan perawat untuk mendengarkan
ungkapan perasaannya.
4. Tahap IV (depresi), lanjut usia memahami
bahwa tidak mungkin menolak lagi kematian yang tidak dapat dihindarinya itu,
dan kini kesedikan akan kematian itu sudah membayanginya.
a. Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut
usia. Ingat bahwa tindakan ini sebenarnya hanya memenuhi kebutuhan petugas.
b. Biasanya klien lanjut usia menanyakan
sesuatu,..ia sebenarnya sudah tau jawabannya.
5. Tahap V, membedakan antara sikap menerima
kematian dan penyerahan terhadap kematian yang akan terjadi. Sikap menerima :
klien lanjut usia telah menerima, dapat mengatakan bahwa kematian akan tiba dan
ia tidak boleh menolak. Sikap menyerah : sebenarnya klien lanjut usia tidak
menghendaki kematian ini terjadi, tetapi ia tahu bahwa hal itu akan terjadi.
Klien lanjut usia tidak merasa tenang dan damai.
a. Luangkan waktu untuk klien lanjut usia.
Sikap keluarga akan berbeda dengan sikap klien lanjut usia. Oleh karena itu,
sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan mereka.
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia
untuk mengarahkan perhatiannya sebanyak mungkin. Tindakan ini akan memberi
ketenangan dan perasaan aman.
HAK ASASI PASIEN MENJELANG
AJAL
Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai
ia mati. Lanjut usia,
1. Berhak untuk tetap merasa mempunyai
harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubah.
2. Berhak untuk dirawat oleh mereka yang
dapat menghidupkan terus haraoan, walaupun dapat berubah.
3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi
mengenai kematian yang sudah mendekat dengan caranya sendiri.
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan mengenai perawatannya.
5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapatkan
perhatian medis dan perawatan.
6. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur
atas pertanyaan.
9. Berhak untuk tidak ditipu.
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan
untuk keluarganya dalam menerima kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan
terhormat.
12. Berhak untuk mempertahankan individualitas
dan tidak dihakimi tas keputusan yg mungkin saja bertentangan dengan orang
lain.
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman
keagamaan dan kerohanian.
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian
tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.
PROSES KEPERAWATAN
Perawat profesional dalam memberi asuahan keperawatan harus menggunakan
proses keperawatan yang tahapnya sebagai berikut :
Pengkajian
Pengkajian ialah tahap pertama proses keperawatan. Sebelum perawat dapat
merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang tidak ada harapan sembuh,
perawat harus mengidentifikasikan dan menetapkan masalah pasien terlebih
dahulu. Tujuan pengkajian adalah memberi gambaran yang terus menerus mengenai
kesehatan pasien yang memungkinkan tim perawatan untuk merencanakan asuhan
keperawatannya secara perseorangan.
Pengumpulan data dimulai
dengan upaya untuk mengenal pasien dan keluarganya. Siapapun pasien itu dan
bagaimana kondisinya akan membahayakan jiwanya. Sikap pasien terhadap
penyakitnya, antara lain apakah pasien tabah terhadap penyakitnya, apakah
pasien menyadari tentang keadaannya ?
1. Perasaan
takut. Kebanyakan pasien
merasa akut terhadap nyeri yang tidak terkendalikan yang begitu sering
diasosiasikan dengan keadaan sakit terminal, terutama apabila keadaan itu
disebabkan oleh penyakit yang ganas.
Perasaan takut yang muncul
mungkin takut terhadap rasa nyeri, walaupun secara teori, nyeri tersebut dapat
diatasi dengan obat penghilang rasa snyeri. Apabila orang berbicara tentang
perasaan takut mereka terhadap maut, respons mereka mencakup tentang hal yang
tidak jelas, takut meninggalkan orang yang dicintai dan sebagainya.
Kematian merupakan
berhentinya kehidupan. Semua orang akan mengalami kematian tersebut. Dalam
menghadapi kematian ini, pada umumnya orang merasa takut dan cemas. Dan dapat
membuat pasien tegang dan cemas.
2. Emosi. Emosi pasien yang muncul pada tahap
menjelang kematian, antara lain mencela dan mudah marah.
3. Tanda
vital. Perubahan fungsi
tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi, pernafasan, dan
tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan satu sama lain.
Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan yang normal dianggap sebagai
indikasi yang penting untuk mengenali keadaan kesehatan seseorang.
4. Kesadaran. Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal
sebagai awas waspada, yang merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat,
didengar, dialami dan perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar, gerak,
gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat, yaitu tepat dan sesuai (Mahar Mardjono
dan P. Sidharta, 1981).
5. Fungsi
tubuh. Tubuh terbentuk
atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ mempunyai fungsi khusus.
Tingkat Kesadaran
1. Komposmentis Sadar sempurna
2. Apatis Tidak
ada perasaan/kesadaran menurun
3. Somnolen Kelelahan
4. Soporus Tidur
lelap patologis (tidur pulas)
5. Subkoma Keadaan
tidak sadar / hampir koma
6. Koma keadaan
pingsan lama disertai dengan penurunan daya
reaksi (keadaan tidak sadar walaupun
dirangsang dengan
apapun)
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah masalah aktual / potensial yang dimiliki
seseorang dalam memenuhi tuntutan atau kegiatan hidup sehari-hari dan yang
berhubungan dengan kesehatan (Gordon, 1976)
Tabel 8-1 Diagnosis keperawatan
Data
|
Diagnosis Keperawatan
|
Status sistem pernapasan
·
Sesak
nafas
·
Batuk
·
Slem
Sistem pembuluh darah
·
Tekanan
darah
·
Denyut
tubuh
·
Suhu
tubuh
·
Pernapasan
·
Warna
wajah
·
Kesadaran
Sistem pencernaan
·
Susah
menelan
·
Mual,
muntah
·
Perih,
tidak nafsu makan
·
Diare/obstipasi
·
Kembung,
melena
·
Mules
Sistem perkemihan
·
Bagaimana
produksi urinenya?
·
Berapa
jumlahnya?
Persendian dan otot (pergerakan)
·
Kekakuan
sendi dan otot
Kegiatan sehari-hari
·
Mandi,
gosok gigi
·
Ganti
pakaian
·
Defekasi
dan berkemih mandiri atau bergantung penuh kepada orang lain
Pola tidur dan istirahat
·
Bagaimana
istirahatnya?
·
Tidur
malam?
·
Hal-hal
yang dirasa mengganggu tidur?
Cemas memikirkan penyakit dan keluarga
yang ada dirumah.
|
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen yang berhubungan dengan adanya
penyumbatan dlem yang ditandai dengan sesak nafas.
Gangguan kenyamanan yang berhubungan dengan batuk, panas tinggi yang
ditandai pasien gelisah.
Gangguan kesadaran yang berhubungan dengan dampak patologis dengan
manifestasi apatis/koma.
Perubahan nutrisi sebagai dampak patologis dengan menampakkan makanan
yang disajikan sering tidak habis.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan
muntah dan diare yang ditandai dengan turgor jelek, mata cekung, suhu naik.
Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan obstipasi yang ditandai
beberapa hari pasien tidak defekasi.
Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan produksi urinenya, yang
ditandai dengan jumlah urine berapa cc.
Keterbatasan pergerakan yang berhubungan dengan produksi urinenya, yang
ditandai dengan tirah baring lama yang ditandai dengan kaku sendi/otot.
Perubahan dalam merawat diri sendiri sebagai dampak patologis.
Gangguan psikologis yang berhubungan dengan perubahan pola seksualitas
yang ditandai : susah tidur, pucat, murung.
Cemas yang berhubungan dengan memikirkan penyakitnya dan keluarga.
|
PERENCANAAN
Perencanaan adalah langkah kedua dalam proses keperawatan. Termasuk
penentuan apa yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien dan pemilihan
intervensi keperawatan yang tepat.
Tabel 8-2. Rencana keperawatan.
DK
|
Tujuan
|
Rencana
Intervensi
|
Evaluasi
|
Gangguan kebutuhan oksigen
Gangguan kenyamanan
Perubahan nutrisi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan eliminasi alvi
Gangguan eliminasi urine
|
Kebutuhan oksigen terpenuhi
Rasa nyaman terpenuhi
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.
Kebutuhan eliminasi (defekasi) terpenuhi
Kebutuhan eliminasi (berkemih) terpenuhi.
|
Menciptakan lingkungan yang sehat. Mengamati dan mengkaji keadaan
pernapasan pasien. Membersihkan slem. Melatih pasien untuk pernapasan.
Mengupayakan penurunan suhu tubuh. Memberi obat sesuai dengan program.
Mempertahankan pemasukan makanan yang cukup.
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Mempertahankan kelancaran defekasi
Mempertahankan kelancaran berkemih
|
Kebutuhan oksigen dapat terpenuhi.
Rasa nyaman terpenuhi
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi.
Kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi
Kebutuhan eliminasi (berkemih) dapat terpenuhi.
|
PERAWATAN PALIATIF PADA
LANJUT USIA MENJELANG AJAL
Dalam memberi asuhan keperawatan kepada lanjut
usia, yang menjadi objek adalah pasien lanjut usia (core), disusul dengan aspek pengobatan medis (cure), dan yang terakhir, perawatan dalam arti luas (care), core, cure,dan care merupakan tiga aspek yang saling
berkaitan dan saling berpengaruh. Kapanpun ajal menjemput semua harus siap.
Namun ternyata semua orang termasuk lanjut usia akan merasa syok berat saat
dokter memvonis bahwa penyakit yang dideritanya tidak bisa disembuhkan atau
tidak ada harapan untuk sembuh.
Perawatan paliatif adalah
semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita, terutama yang tidak
mungkin disembuhkan. Yang dimaksud dengan tindakan aktif antara lain
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek
psikologis, sosial dan spiritual.
Tujuan Perawatan Paliatif
Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si
sakit (lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan
kepada lanjut usia yang menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera
setelah diagnosa oleh dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang
tidak ada harapan untuk sembuh. Sebagian besar pasien lanjut usia pada suatu
waktu akan menghadapi keadaan yang disebut “stadium
paliatif”, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan
kesembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien lanjut usia yang menderita penyakit
yang mematikan.
Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang medis dan keperawatan, memungkinkan
diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat mengurangi penderitaannya
pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup diakhir kehidupannya tetap baik,
tenang dan mengakhiri hayatnya dalam keadaan iman dan kematian yang nyaman.
Sesuai arti harfiahnya, paliatif bersifat meringankan bukan menyembuhkan. Jadi,
perawatan paliatif diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan
menumbuhkan semangat dan motivasi. Perawatan ini merupakan pelayanan yang aktif
dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari berbagai disiplin ilmu.
Dalam memberi perawatan
paliatif, tim tersebut harus berpijak pada pola dasar yang digariskan pleh WHO,
yaitu :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap
kematian sebagai proses yang normal.
2. Tidak mempercepat dan menunda kematian
lanjut usia.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu.
4. Menjaga kesimbangan psikologis dan
spiritual.
5. Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap
aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka
cita keluarga klien lanjut usia.
Pola dasar tersebut harus diterapkan langkah demi
langkah dengan mengikutsertakan keluarga pasien, pemuka agama, relawan, pekerja
sosial, dokter, psikolog, ahli gizi, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi dan
perawat. Prinsip perawatan paliatif adalah memberi perawatan paripurna kepada
klien lanjut usia denagn pengawasan dari tim profesional.
Tim Perawatan Paliatif
Tim perawatan paliatif terdiri atas tim terintegrasi, antara lain dokter,
perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja sosial medis, ahli gizi,
rohaniwan, dan relawan.
Perlu diingat bahwa tujuan
perawatan paliatif adalah mengurangi beban penderitaan lanjut usia. Penderitaan
terjadi bila ada salah satu aspek yang tidak selaras, baik aspek fisik maupun
psikis, peran dalam keluarga, masa depan yang tidak jelas. Unutk memahami dan
mengatasi hal tersebut, peran tim interdisiplin menjadi sangat penting/dominan.
DR. Siti Annisa Nuhoni, Sp, RM dalam makalahnya Konsep Perawatan Paliatif pada Pasien Kanker, mengatakan bahwa apa
yang disebut sebagai gambaran klinis pasien tidak hanya gambaran seseorang yang
sakit terbaring di tempat tidur, tetapi merupakan cerminan pasien sebagai
individu dengan lingkungannya.
Keberhasilan keperawatan
paliatif bergantung pada kerja sama yang efektif dan pendekatan interdisiplin
antara dokter, perawat, pekerja sosial medis. Setiap anggota yang selama ini
belum dapat dipelajari dengan seksama. Pemimpin tim dibantu anggotanya harus
berusaha keras untuk mencapai tujuan perawatan.
Tentu saja kerja tim ini
tidak mudah tanpa adanya semangat kebersamaan dalam memberi bantuan kepada
pasien lanjut usia. Pemberian asuhan keperawatan pada pasien harus bekerja sama
secara profesional ikhlas, dan dengan hati yang bersih. Perawatan paliatif
untuk lanjut usia bukan suatu intervensi yang bersifat kritis.
Bagian kepemimpinan pada
perawatan paliatif tidak berbentuk kerucut, melainkan lebih berbentuk lingkaran
dengan pasien sebagai titik sentral. Kunci keberhasilan kerja interdisiplin
bergantung pada tanggung jawab setiap anggota tim, sesuai dengan kemahiran dan
spesialisasinya, sehingga setiap kali pimpinan berganti, tugas profesi paliatif
masing-masing tidak terganggu. Keberhasilan pasien paliatif pada pasien lanjut
usia yang satu akan menjadi pengalaman dan akan meningkatkan kekuatan tim untuk
upaya penanggulangan gejala yang sama pada pasien yang lain
Perawat
Dokter Fisioterapis
Rohaniwan Psikolog
Pekerja Sosial Ahli
terapi Okupasi
Ahli nutrisi Relawan
Pemberi asuhan
Pengalaman di Lapangan
Bersumber dari catatan keperawatan pasien lanjut usia di Sasana Tresna Wherda
Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan, diperoleh gambaran bahwa usia pasien
lanjut usia yang dirawat di sana. Pada tahun 2004, mereka berjumlah 90 orang,
dengan rincian wanita 71 orang (78,9%) dan jumlah laki-laki 19 orang
(21,1%).keluhan yang sering sering ditemukan secara berurutan adalah kanker
payudara 2 orang (2,2%), kanker digestivus (karsinoma rekti) 1 orang (1,1%) dan
pria yang menderita kanker paru 1 orang (1,1%)
Keluhan dan penpenderitaan pasien adalah rasa nyeri (4,4%) sesak nafas dan
batuk (3,3%) gangguan pencernaan (1,1%) gangguan pada kulit dan luka (2,2%).
Dari keseluruhan gejala, petugas, keluarga dan pasien menganggap bahwa masalah
yang berat untuk dihadapi adalah masalah perawatan,nyeri,nutrisi dan masalah
rehabilitasi medis. Data tersebut memperjelas dan mempertajam arah dan sikap
yang perlu dilakukan oleh tim perawatan paliatif. Kerja sama yang erat antara
anggota tim perawatan paliatif dengan keluarga pasien dirasakan sebagai
kebutuhan utama yang saling mendukung kelancaran perawatan paliatif.
Pasien lanjut usia dengan penyakit berat akan mengalami kesulitan
menyesuaikan kondisinya. Masalah berpangkal dari psikodinamis pasien dan
gangguan kapasitas dalam bentuk ekspresi kejiwaannya. Beberapa kekhususan
pasien lanjut usia dalam stadium paliatif :
1. lanjut usia menghadapi kondisi yang
penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Artinya terapi yang diberikan hanya
bersifat simtomatis atau paliatif (bukan kuratif)
2. lanjut usia cenderung mengalami kelemahan
dan kerapuahn baik fisik maupun mental.
3. dengan demikian kemungkinan pasien lanjut
usia tidak mampu menghadapi stres fisik dan mental yang timbul dari luar atau
dari lingkungannya.
4. lanjut usia berada diambang kematian yang
terutama menimbulkan ketakutan dan kegelisahan yang sudah tentu perlu mendapat
simpati dan lingkungan mental dan spiritual.
5. bila proses kematian berlangsung lama
(memakan waktu panjang) faktor etika dapat menjadi masalah yang harus diatasi.
Dari uraian diatas faktor nonmedis jadi masalah terbesar. Petugas /
perawat, keluarga dan kerabat terdekat yang diharapkan dapat meringankan beban
penderitaan lanjut usia. Tempat yang tepat bila lanjut usia berada di
lingkungan keluarga di rumah. Namun berdasarkan pengalaman lanjut usia yang
mengalami penyakit terminal atau menderita penyakit yang tidak ada harapan
untuk sembuh sering memilih tetap tinggal di sasana tresna werdha sampai
meninggal.
Pada kondisi tersebut,
sudah menjadi tugas tim perawatan paliatif untuk membawa pasien lanjut usia dan
keluarga ke realita tentang yang sedang terjadi pada lanjut usia. Hal ini
memang sulit, membutuhkan waktu dan toleransi yang besar, baik kesabaran maupun
keuletan.
Ada empat orang lanjut
usia yang dirawat di Sasana Tresna Wherda, dimulai dengan membuat pernyataan
tidak keberatan dirawat di STW sampai akhir hayatnya.
Kekhawatiran keluarga teratasi setelah mereka
berkomunikasi dengan dokter, perawat atau anggota tim lainnya. Ternyata
kepuasan rohani yang terpelihara dengan baik merupakan perekat dan pemacu untuk
mencapai target kualitas hidup lanjut usia dan anggota yang dicintai. Lanjut
usia penderita kanker secara nyata mengalami penderitaan, tetapi keluarga
ternyata dapat lebih menderita dan mengalami kesulitan.
Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang
di antara keduanya. Keluarga pasien (lanjut usia yang menderita kanker) adalah
subjek suasana tegang dan stres, baik fisik maupun secara psikologis, disertai
ketakutan dan kekhawatiran kehilangan orang yang dicintainya. Dari pengamatan
yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa sikap / kebutuhan keluarga adalah :
1. Ingin membantu lanjut usia sepenuhnya.
2. Ingin memdapat informasi tentang kematian.
3. Ingin selalu bersama lanjut usia.
4. Ingin mendapat kepastian bahwa pasien
tetap nyaman.
5. Ingin mendapat informasi tentang
perkembangan lanjut usia.
6. Ingin melepaskan / mencurahkan isi hati.
7. Ingin melepaskan dukungan dan pendampingan
anggota keluarga / kerabat lain.
8. Ingin diterima, mendapat bimbingan, dan
dukungan dari para petugas medis/perawat.
Pengamatan tersebut didukung dengan beberapa
pertanyaan, meyakinkan bahwa keluarga menempatkan diri dalam posisi segalanya
bagi lanjut usia. Yang juga perlu diselenggarakan adalah manajemen dalam
keluarga, untuk mengatur giliran jaga, mengatur pendanaan, memenuhi kebutuhan
fasilitas lanjut usia.
Kelelahan fisik dan psikis pada anggota keluarga
sering mengakibatkan penurunan kualitas pelayanan perawatan di rumah. Dukungan
keluarga saat masa sulit sangat penting, yaitu :
- Pada saat perawatan
- Pada saat mendekati kematian
- Pada saat kematian.
- Pada saat masa duka.
Beban kesulitan dirasa berat bila lanjut usia
dirawat. Namun, hal terebut akan menimbulkan keseimbangan bila lanjut usia
telah meninggal dan adanya rasa puas keluarga karena telah memberikan sesuatu
yang paling berharga bagi lanjut usia, termasuk kehangatan keluarga.
Hal yang terakhir ini terungkap pada saat
kunjungan masa duka oleh anggota tim keperawatan paliatif. Silaturahmi dapat
berlanjut dalam bentuk kesediaan keluarga lanjut usia sebagai relawan. Dapat
disimpulkan bahwa perawatan tim paliatif merupakan suatu proses perawatan yang
cukup kompleks. Keberhasilan program tidak dapat dijamin tanpa kemantapan
dokter dan tim paliatif dalam kualitas ilmu, karya dan perilaku serta
pertimbangan etika dalam pelaksanaannya. Perawat/tim perawatan paliatif perlu
dan harus memerhatikan serta mengacu kutipan Dame Cecely Saunders “you matter because are you, you matter to
the last moment of your life, and we will do all we can, not only to help you
die peacefully, but to live until you die”.
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT
USIA DEMENSIA ALZHEIMER & YANG TERKAIT
Secara kronologis, perjalanan hidup manusia terdiri atas beberapa masa,
yaitu masa bayi (0-1 tahun), pra-sekolah/batita/balita (1-6 tahun), masa
sekolah (6-10 tahun), masa pubertas (10-20 tahun), masa dewasa muda (20-30
tahun), masa dewasa (30-45 tahun), masa setengah baya (45-65 tahun), dan masa
senium/lanjut usia (65 tahun ke atas). Masa senium sering pula disebut geriatic age. Untuk masa senium ada pula
pembagiannya menjadi young old (70-75
tahun), old old (75-80 tahun), dan very old (80 tahun keatas).
Proses menua adalah proses
alamiah secara fisik dan mental mengalami perubahan yang perlahan, tetapi pasti
dan dialami oleh semua orang tanpa terkecuali. Proses menua terdiri dari tiga
fase, yakni :
- Fase pertumbuhan dan perkembangan.
- Fase maturasi.
- Fase penurunan dan penuaan.
Batas antara satu fase ke fase berikutnya sama
sekali tidak tegas. Penting diketahui bahwa ada dua proses penuaan, yaitu
penuaan kronoligis dan penuaan fisiologis. Untuk menentukan penuaan kronologis
jelas lebih mudah karena dapat dilihat dari dokumentasi tanggal lahir. Namun,
sangat sulit menghitung usia fisiologis yaitu bagaimana organ seseorang lebih
cepat berprosesnya dibanding organ tubuh lainnya. Faktor resiko ini ada yang diperoleh selama
hidup dan ada pula yang dibawa dari lahir. Salah satu contohnya adalah penyakit
jantung koroner. Penyakit ini dianggap sebagai salah satu manifestasi penuaan
jantung dan pembuluh darah. Berbagai faktor resiko yang dibawa lahir, misalnya
penyakit bawaan.
Berdasarkan teori, lanjut usia yang berusia di
atas 65 tahun beresiko terkena penyakit demensia alzheimer. Penyakit ini dapat
dialami semua orang tanpa membedakan gender. Dan relawan sangat penting dalam
upaya memberi asuhan keperawatan lanjut usia penyandang demensia alzheimer.
DEMENSIA
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya
sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial.
Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran
memori/daya ingat (pelupa). Demensia terutama yang disebabkan oleh penyakit
alzheimer berakaitan erat dengan usia lanjut. Pokok masalahnya bagaimana
membedakan kemunduran memori (mudah lupa) yang disebabkan oleh awal penyakit
alzheimer dengan yang disebabkan oleh proses penuaan otak yang normal (normal brain aging).
DEMENSIA : GEJALA PENUAAN
ATAU PENYAKIT?
Demensia atau pikun adalah kemunduran kognitif. Ada beberapa mitos mengenai
lanjut usia.
1. Bila lanjut usia mengalami demensia atau
kepikunan, hal itu merupakan proses menua sehingga dianggap sebagai hal yang
wajar saja. Kenyataannya usia adalah faktor resiko demensia dan 20% usia di
atas 80 tahun menderita demensia alzheimer.
2. Bila lanjut usia menderita demensia
alzheimer, sudah tidak dapat dilakukan apa-apa lagi. Kenyataannya pada stadium
ringan dan sedang, klien masih dapat ditolong bila terdeteksi secara dini.
3. Daya ingat hanya merupakan bagian proses
menua. Kenyataannya daya ingat yang buruk merupakan abnormalitas dan perlu
diperiksakan ke dokter. Demensia atau pikun bukan hal yang alamiah, tetapi
merupakan kondisi sakit yang disebabkan oleh kematian atau kerusakan sel.
4. Lanjut usia sering lupa. Lupa yang wajar
disebut benign forgetfulness,
sedangkan lupa yang lanjut dan tidak wajar disebut maliganant forgetfulness.
DEMENSIA DAN DEMENSIA
ALZHEIMER
Demensia adalah sindrome klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan memori yang sedemikian kuat sehingga menyebabkan disfungsi hidup
sehari-hari. Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan
sehari-hari.
Demensia alzheimer adalah
penyakit degeneratif otak yang progresif, yang mematikan sel otak sehingga
mengakibatkan menurunnya daya ingat, kemampuan berfikir, dan perubahan
perilaku. Demensia alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif progresif
dengan gambaran klinis dan patologi yang khas dan bervariasi.
Penyakit alzheimer
ditemukan oleh dokter ahli saraf bernama DR. Alois Alzheimer. Penyakit ini 60%
menyebabkan kepikunan / demensia dan diperkirakan akan meningkat terus. Bahkan
diramalkan pertumbuhannya akan lebih cepat daripada kecepatan pertambahan
jumlah penduduk.
Gejala klasik penyakit
demensia alzheimer adalah kehilangan daya ingat (memori) yang terjadi secara
bertahap, termasuk :
- Kesulitan menemukan atau menyebutkan kata yang tepat.
- Tidak mampu mengenali objek.
- Lupa cara menggunakan benda biasa dan sederhana
- Lupa mematikan kompor, menutup jendela atau menutup pintu.
- Suasana hati dan kepribadian dapat berubah.
- Agitasi, masalah dengan daya ingat dan membuat keputusan yang buruk dapat menimbulkan perilaku yang tidak biasa.
Gejala ini sangat ervariasi dan individual. Gejala
bertahap penyakit alzheimer dapat terjadi dalam waktu yang berbeda-beda, bisa
lebih cepat atau lebih lambat. Gejala tersebut tidak selalu merupakan penyakit
alzheimer, tetapi apabila gejala tersebut berlangsung semakin sering dan nyata,
perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya penyakit alzheimer.
SEKIAN TERIMA KASIH.....JANGAN CUMA PAKE BAE...YO TERIMO KASIH JUGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar