PERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
Tujuan Instruksinal Khusus
Setelah mengikuti perkuliahan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa :
1.
Mampu menyebutkan asal kata endokrin dan artinya
2.
Mampu menyebutkan hormon yang dihasilkan kelenjar
endokrin dan fungsinya
3.
Mampu menyebutkan akibat kekurangan dan kelebihan
hormon spesifik
4.
Mampu menyebutkan hormon bermolekul kecil dan besar
5.
Mampu menyebutkan hormon bermolekul kecil dan besar
6.
mampu melakukan pengkajian keperawatan, penegakan
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi pada klien dengan gangguan
sistem endokrin
A. Konsep Dasar
Endokrin berasal dari kata atau bahasa Yunani yang berarti ke dalam dan
merupakan kelenjar tanpa saluran (buntu) dan langsung masuk ke dalam darah yang
beredar di dalam jaringan kelenjar.
Hormon adalah alat untuk merangsang jaringan target yang spesifik yang
gunanya untuk mempertahankan keseimbangan dan mengatur aktivitas enzim.
Sistem endokrin berkaitan erat dengan sistem lainnya, khususnya dengan
sistem persyarafan yang berfungsi untuk mengatur fungsi tubuh dan memonitor
perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh.
Karena hubungan yang sangat
erat dan timbal balik ini, maka aktivitas fisiologis antara satu dengan yang
lainnya saling mempengaruhi. Gangguan pada salah satu sistem akan mempengaruhi
sistem lainnya, jadi masalah kesehatan yang ada hubungannya dengan sistem
endokrin akan mempengaruhi sistem lainnya dan gejalanya akan menggambarkan
adanya peningkatan atau pengurangan dalam proses pengaturan.
Masalah kesehatan yang timbul
akibat kekurangan hormon yang spesifik, umumnya akibat kerusakan dari :
- Kelenjar.
- Neoplasma.
- Infeksi.
- Atau dari kurangnya rangsangan.
- Autoimun.
- Gangguan vaskularisasi.
Sedangkan masalah kesehatan
akibat kelebihan hormon disebabkan karena adanya :
- Tumor.
- Hyperplasia.
- Hypertropy.
Secara struktural hormon ada
yang bermolekul besar dan kecil. Hormon yang bermolekul besar seperti :
tiroksin, parathormon, hormon tropik, kelenjar hypofisis (kecuali TSH dan
gonadotropin), vasopresin, insulin, glukogen dan epineprin tidak dapat menembus
membran sel. Hormon sel tersebut harus mengikat reseptor khusus di permukaan luar membran sel dan merangsang
enzym edenyl (siklase untuk mengganalisa pengubahan ATP intro sel menjadi
siklik AMP. AMP ini siklik akan mengaktifkan dan merubah sintesa dalam makanan.
Hormon steroid (bermolekul
kecil) dapat langsung menembus pori membran sel dan masuk ke dalam sel,
berikatan dengan reseptor protein, masuk ke dalam inti sel dan berikatan dengan
kromatin dan mempengaruhi transkripsi DNA.
Fungsi utama sistem endokrin
adalah membantu mempertahankan dan mengatur fungsi vital yaitu :
- Reaksi terhadap stress dan cidera
Bila terjadi stress dan cidera
sistem endokrin memacu serangkaian reaksi yang ditujukan untuk mempertahankan
tekanan darah dan mempertahankan hidup. Yang berperan pada reaksi ini adalah hypotalamus, hipofisis dan adrenal.
- Pertumbuhan dan perkembangan
- Reproduksi
Yang berperan pada pertumbuhan
dan kedewasaan adalah : hipotalamus, hipofisis dan gonadotropin.
- Mempertahankan Homeotatis Ionik
Sangat berperan dalam
pengaturan lingkungan interna (sel dan jaringan hidup) melalui keseimbangan
natrium, kalium, air dan asam basa yang berperanan hormon aldosteron dan
antidiuretik (ADH). Sedangkan kelenjar paratyroid mengandung kseimbangan
calsium.
- Mengatur Metabolisme
Yang berperan adalah : Hormon
tyroid.
Sistem endokrin terdiri dari
beberapa kelenjar endokrin utama dengan hormon yang dihasilkan dan jaringan
sasarannya.
B. Kelenjar Pituitary (Hypophysis)
Kelenjar pituitary terletak pada dasar otak di sela tursica dari tulang
sphenoidalis, terdiri dari dua lobus yaitu bagian anterior yang menghasilkan
kelenjar hypophysis anterior atau adeno hypophysis atau bagian posterior yang
menghasilkan kelenjar hypophysis posterior atau neurohypophysis.
Kelenjar hypophysis anterior disebut juga sebagai master gland karena
mempunyai pengaruh terhadap kelenjar yang lain dan juga terhadap seluruh tubuh.
Hormon yang dihasilkan adalah :
- Sonadotropin (Growth Hormon, STH)
Jaringan sasaran adalah tidak
spesifik dikarenakan pembesaran fungsi. Fungsinya untuk :
a. Merangsang pertumbuhan tulang.
b. Meningkatkan sintesis pemecahan protein.
c. Mengatur metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein.
- Thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormon, TSH)
Jaringan sasarannya adalah thyroid dan fungsinya adalah merangsang
sekresi dan pelepasan thyroxine (T4), triodothyronine (T3),
thyrocalcitonin dari kelenjar thyrocalcitonin dari kelenjar thyroid dan
mengontrol nilai proses metabolisme dalam tubuh.
- Adrenocorticotropin (ACTH)
Jaringan sasaran adalah cortex
adrenal dan fungsinya untuk merangsang produksi dan pelepasan dari adrenal
corticoid.
- Prolactin (Monotropic Hormon, MH)
Jaringan sasarannya adalah kelenjar mamae yang fungsinya untuk merangsang
kelenjar mamae dan merangsang kelenjar air susu. Lactropic hormon (LDH) dan Lutetropic
hormon (LTH), jaringan sasarannya adalah ovarium dan fungsinya untuk memelihara
corpus luteum dan sekresi progesteron.
- Gonadotropin Hormon (Folicle Stimulating Hormon, FSH)
Jaringan sasarannya adalah ovarium dan testis yang digunakan untuk
merangsang kematangan folikel pada wanita dan merangsang perkembangan dari
tubulus sperma dan spermatogenesis.
- Luitenizing Hormon (LH), Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)
Jaringan sasarannya adalah ovarium dan testis yang gunanya untuk
merangsang perkembangan dan fungsi dari corpus luteum dipengeluaran progesteron
pada wanita.
- Melanocyte Stimulating Hormon (α & β MSH)
Jaringan sasarannya adalah melanocytes skin cells yang gunanya untuk
meningkatkan pigmentasi kulit.
Kelenjar hypophysis posterior (neurohypophysis) dan menghasilkan hormon
oksitosin dan anti diuretik hormon (ADH) antara lain :
1.
Oksitosin, jaringan sasaran adalah uterus dan mioepitel
kelenjar mamae yang fungsinya untuk :
a.
Merangsang kontraksi mioepitel kelenjar mamae sehingga
terjadi pengeluaran air susu bila bayi menghisap putting susu ibu, terjadi
perangsangan pada hipotalamus-sekresi oksitosin-kontraksi mioepitel kelenjar
mamae sehingga ASI keluar.
b.
Merangsang kontraksi uterus pada saat persalinan karena
regangan serviks uteri merangsang sekresi oksitosin.
2.
Antidiuretik Hormone (Vasopresin)
Jaringan sasarannya adalah pembuluh darah dan ginjal yang fungsinya
adalah untuk :
a.
Mengatur jumlah air yang melalui ginjal.
b. Meningkatkan
permeabilitas tubulus distalis dan ductus koligens ginjal untuk air, sehingga
reasobsi air meningkat. Bila ADH
dosis tinggi akan merangsang vasokontriksi arteriol akibatnya tekanan darah
meningkat.
C.
Kelenjar Thyroid
Kelenjar thyroid terdiri atas
2 buah lobus yang terletak di sebelah kanan trachea dan diikat bersama oleh
secarik jaringan thyroid yang disebut istmus thyroid dan melintasi trachea di
sebelah depan. Kelenjar thyroid terdiri dari folikel-folikel yang berisi
larutan koloid yang mengandung hormon tiroksin (T4) dan
triodothyronine (T3). Diantara folikel-folikel terdapat sel pra folikuler (C. Cells) yang
memproduksi kalsitonin.
Fungsi utama dari kelenjar
thyroid (T4 dan T3) adalah untuk :
- Mengatur katabolisme protein, lemak dan karbohidrat di dalam sel.
- Mengatur metabolit rate dari seluruh sel.
- Mengatur untuk tonus dan kekuatan otot.
- Diperlukan untuk tonus dan kekuatan otot.
- Menjaga fungsi jantung.
- Menjaga sekresi gastro intestinal.
- Mempengaruhi ratio pernapasan dan penggunaan O2.
- Mempengaruhi produksi sel darah merah.
- Merangsang pemecahan lemak dan sintesis cholesterol.
Adapun fungsi dari
thyrocalsitonin adalah untuk :
- Menurunkan serum kalsium dan phospor (tulang).
- Menurunkan absorbsi calsium dan phospor di gastrointestinal.
D.
Kelenjar Parathyroid
Kelenjar parathyroid terletak
pada kedua sisi permukaan belakang kelenjar thyroid. Jadi ada parathyroid yaitu
hormon parathyroid yang fungsinya untuk :
- Mengatur metabolisme zat kapur (calsium dan phospor) dengan cara mengendalikan zat atau jumlah zat kapur di dalam darah dan tulang.
- Meningkatkan reabsorbsi calsium di tulang.
- Meningkatkan reabsorbsi calsium di tulang tetapi menurunkan phospor di tubulus proksimal, juga mengeluarkan phospat dalam urine. Dalam gastro intestinal parathohormon dirubah lalu diabsorbsi, bila protein dalam makanan tidak adekuat, maka produksi parathohormon akan meningkat.
E.
Kelenjar Adrenal (Kelenjar Supra Renalis)
Terletak di atas kutub sebelah
atas setiap ginjal. Terdiri dari 2 bagian yaitu :
- Bagian luar disebut kortex adrenal yang menghasilkan hormon :
a. Glucocorticoid (cortisol) yang mempunyai
fungsi untuk :
1) Metabolisme glukose, protein dan lemak.
2) Meningkatkan reaktivitas noradrenalin
terhadap pembuluh darah.
3) Meningkatkan glomerulus filtrasi rate (GFR)
reabsorbsi natrium.
4) Menurunkan ambang rangsang syaraf.
5) Meningkatkan sekresi asam dan pepsin.
6) Menghambat pembentukan antibodi.
7) Anti peradangan.
Produksi glucocorticoid
dirangsang oleh adrerecortico tropic hormon (ACTH) yang diproduksi oleh
kelenjar hypophysis. Keseimbangan dari glucocorticoid dipelihara oleh feed back
mekanisme yang negatif.
b. Minerolocorticoid (Aldosteron)
Sekresi aldosteron dipengaruhi
oleh sistem renin angiotensin dan kadar natrium dan kalium dalam plasma.
Angiotensin akan merangsang sekresi aldosterin dan peningkatan ion kalium
plasma akan merangsang sekresi aldosteron. Fungsi aldosteron adalah untuk :
1) Meningkatkan reabsorbsi ion natrium di
tubulus distal dan ductus koligens, ginjal, saliva, keringat, liur lambung
(asam lambung/HCl).
2) Meningkatkan ekskresi ion kalium diginjal.
c. Hormon Kelamin Kortex Adrenal (Androgen
dan Estrogen)
Fungsinya untuk anabolisme dan
pertumbuhan sekresi androgen diatur oleh ACTH.
- Kelenjar Medula Adrenal
Kelenjar medula menghasilkan
hormon adrenalin (epineprin) dan nonadrenalin (nonapineprin). Hormon-hormon
tersebut disekresikan di bawah pengendalian sistem persyarafan simpatis.
Sekresi hormon akan meningkatkan dalam keadaan :
a. Stres, emosi, marah dan takut.
b. Kerja fisik.
c. Suhu lingkungan rendah.
d. Hypoglikemia.
e. Penurunan tekanan darah.
Fungsi adrenalin dan non
adrenalin adalah :
a. Tonus dan kontraksi otot polos dan otot
lurik.
b. Metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pembedaan efek adrenalin dan non
adrenalin disebabkan adanya dua jenis reseptor yaitu alfa dan beta. Kontraksi
otot polos melalui alfa reseptor relaksasi (vasodilatasi) melalui beta reseptor
efek physiologis dari epineprin dan non epineprin dilihat di bawah ini :
Efek fisiologis dari epineprin
dan nonepineprin :
Jaringan : (1) Kardiovaskuler.
Epineprin :
a. Kontraksi kulit dan arteri ginjal.
b. Vasodilatasi dari jantung, paru dan
jaringan otot.
c. Menaikkan tekanan cardiac output.
d. Menaikkan tekanan darah sisteolik.
e. Menurunkan tekanan darah diastolik.
f.
Menaikkan
angka metabolik.
g. Meningkatkan koagulasi dari darah.
Non Epineprin :
a. Kontraksi rangsang yang kuat dari pembuluh
darah.
b. Kontraksi arteri dan vena karena kegiatna
reseptor alfa adrenegic terhadap peningkatkan karena hambatan pembuluh darah
perifer.
c. Menaikkan tekanan drah karena peningkatna
hambatan perifer.
d. Peningkatan angka nadi.
Jaringan : (2) Respiratory
Epineprin :
a. Meningkatkan angka dan kedalam pernafasan.
b. Bronkodilatasi.
Non Epineprin :
a. Meningkatkan angka dna kedalam pernafasan.
b. Bronkodilatasi.
Jaringan : (3) Sistem Syaraf Pusat
Epineprin :
a. Tanda dan pengaruh lingkungan.
b. Meningkatkan kesadaran terhadap
lingkungan.
c. Memudahkan reflek respon.
Non Epineprin :
a. Tanda dan pengaruh lingkungan.
b. Meningkatkan kesadaran terhadap
lingkungan.
c. Memudahkan reflek respon.
Jaringan : (4) Muskuluskeletal
Epineprin :
a. Kontraksi yang panjang.
b. Meningkatkan aliran darah.
c. Meningkatkan kekuatan untuk kontraksi.
Non Epineprin :
a. Kontraksi yang panjang.
b. Meningkatkan aliran darah.
c. Meningkatkan kekuatan untuk kontraksi.
Jaringan : (5) Gastrointestinal
Epineprin :
a. Mengkerutkan sphineter.
b. Iliecocal saat relaksasi.
Non Epineprin :
a. Mengkerutkan sphineter.
b. Iliecocal saat relaksasi.
Jaringan : (6) Baldder
Epineprin :
a. Mengkerutkan sphineter saat relaksasi.
Non Epineprin :
a. Mengkerutkan sphineter saat relaksasi.
Jaringan : (7) Limpa
Epineprin :
a. Mengkerutkan spleen dan melangsir sel
darah merah ke dalam sirkulasi.
Non Epineprin :
b. Mengkerutkan spleen dan melangsir sel
darah merah ke dalam sirkulasi.
Jaringan : (8) Mata
Epineprin :
a. Merangsang iris dan dilatasi pupil.
Non Epineprin :
a. Merangsang iris dan dilatasi pupil.
Jaringan : (9) Otot pilomotor dari polikel rambut
Epineprin :
a. Merangsang pergerakan dari rambut.
Non Epineprin :
a. Merangsang pergerakan dari rambut.
Jaringan : (10) Liver
Epineprin :
a. Merangsang lipolisis dari pada jaringan
adiposa dan berperan melawan insulin.
b. Menghambat sekresi insulin.
Non Epineprin :
a. Merangsang lipolisis dari pada jaringan
adiposa dan berperan melawan insulin.
b. Menghambat sekresi insulin.
Jaringan : (11) Jaringan Adiposa
Epineprin :
a. Melepaskan asam lemak.
Non Epineprin :
a. Melapaskan asam lemak.
Jaringan : (12) Jaringan Tubuh yang lain
Epineprin :
a. Meningkatkan metabolisme dan memelihara
konsumsi O2 dari penggunaan obat.
F.
Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas terdiri dari
dua kelenjar yaitu kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Jaringan endokrin
(pulau-pulau langerhans) dapat dibedakan dalam :
- Sel alfa menghasilkan glucagon.
- Sel beta menghasilkan insulin.
- Sel gama menghasilkan somatostatin.
- Sel F menghasilkan polipeptida pankreas.
Insulin dan glucagon mempunyai
pengaruh penting dalam kadar gula, pengaruh insulin lebih efektif kadar gula
darah, pengaruh insulin lebih efektirf dibandingkan glucagon dan insulin. Mempunyai
efek menurunkan kadar gula darah.
Efek insulin adalah untuk :
- Meningkatkan permeabilitas sel terhadap glucosa.
- Merangsang sintesis protein, kedua efek ini menghasilkan energi.
- Mencegah acidosis – terlalu asam.
Adapun efek dari pada glucagon
adalah efek hyperglicomi dalam tubuh dan menghasilkan energi dalam metabolisme.
G.
Ovarium dan Testis
Hormon ini sangat penting
dalam kesuburan dan perkembangan seksual. Kelenjar gonad yaitu testis pada pria
dan ovarium pada wanita mempunyai fungsi endorkin sebagai kelenjar endokrin testis
menghasilkan hormon seks androgen yang memproduksi sperma.
Sedangkan ovarium menghasilkan
estrogen dan progesteron yang akan memproduksi sel telur.
Pengkajian
A.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Diperoleh pada saat wawancara
dengan pasien meliputi :
- Pertumbuhan dan perkembangan fungsi seksual.
- Perubahan kulit.
- Suhu yang tidak toleran.
- Status emosional dan perubahan energi.
- Nutrisi.
- Fungsi fikir dan intelektual.
- Suara dan pola perkemihan.
Beberapa pertanyaan untuk
mengkaji kesehatan sekarang :
- Bila ciri seks sekunder mulai tampak?
- Adakah perkembangan rambut yang berjari?
- Apakah perubahan pada jaringan dan pigmentasi pada kulit?
- Apakah pasien biasa mengalami perubahan rasa panas dan dingin bila berada dilingkungan lain?
- Apakah pasien kerap kali mengalami perasaan tidak enak (panas / dingin)?
- Apakah pasien mempunyai riwayat mudah nervus?
- Apakah ekstremitas basah atau dingin ?
- Apakah pasien mengalami perubahan dalam aktivitas ?
- Apakah pasien menggunakan tenaga tambahan.
Apakah hanya menggunakan
tenaga secukupnya untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari?
- Apakah pasien merasa males dan cepat lelah?
- Apakah ada perubahan dalam nafsu makan?
- Apakah ada perubahan dalam berat badan?
- Apakah pasien mempunyai banyak minum yang berlebihan. Apakah sering merasa haus?
- Apakah ada perubahan pola pikir?
- Apakah sering buang air kecil?
- Apakah ada perubahan suara?
B.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Dalam mengkaji kesehatan masa
lalu lebih ditekankan pada hal yang berhubungan dengna pertumbuhan dan
perkembangan, karena sistem endokrin merupakan alat perkembangan tubuh. Juga
diperlukan riwayat sosial seperti : data tentang usia, jenis kelamin,
pendidikan, tempat tinggal dan riwayat psikologik pasien seperti sikap dan
tingkah laku pasien untuk beradaptasi dan reaksi keluarga dan respon terhadap
masalah.
C.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan cara :
- Cara Inspeksi
Perawat harus mengobservasi
tanda-tanda vital :
a. Berat badan (BB)
b. Tinggi badan (TB)
c. Postur tubuh
d. Pembesaran otot.
e. Adanya strie pertumbuhan dan keadaan
rambut.
f.
Pigmentasi
kulit.
g. Apakah mata melotot.
h. Daerah leher apakah ada perubahan bentuk,
ukuran dan konsistensinya (kekenyalannya).
i.
Adanya
kesulitan menelan.
Cara Palpasi
Dalam head normal kelenjar
tiroid tidak teraba. Jika ada perubahan perawat dapat mendeteksi tentang :
j.
Perubahan
ukuran.
k. Bentuk.
l.
Letakknya
tidak simetris.
m. Ada benjolan.
n. Kelembutan dan rasa sakit ketika di
palpasi.
Setelah perawat melakukan
pengkajian, perawat dapat mengelompokkan menajdi data subjektif dan objektif.
Untuk dapat menentukan masalah
dan merumuskan diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan sistem
endokrin. Untuk memudahkan penulisan pada masalah ini, pada pengkajian setiap
gangguan sistem endokrin hanya ditulis data subjektif dan data objektif dan
pengkajian lengkap akan mengacu pada pengkajian tersebut di atas.
Data tersebut diatas setelah
dikelompokkan akan terlihat :
- Data Subjektif
a. Perubahan dalam aktifitas sehari-hari.
b. Merasa ada kelemahan.
c. Mati rasa.
d. Sakit tulang.
e. Perubahan dalam Tinggi Badan, perubahan
berat badan dan perubahan proporsi tubuh.
f.
Merasa
sakit kepala.
g. Perubahan status mental.
h. Tidak ada nafsu makan.
i.
Merasa
enek dan sakit di daerah perut.
j.
Merasa
berdebar-debar dan nafas terasa pendek.
k. Syncope (napas terputus-putus) pingsan.
l.
Suaranya
serak.
m. Dysuria.
n. Perubahan dalam menstruasi.
o. Impoten.
p. Penurunan libido.
- Data Objektif
a. Penampilan umum.
b. Kulit
c. Edema / bengkak.
d. Rambut dan kuku
e. Muskuloskeletal
f.
Ekstremitas
g. Susunan saraf pusat.
h. Perubahan dalam kesadaran
i.
Kepala
dan leher
j.
Gastrointestinal
k. Cardiovaskuler
l.
Respiratory
m. Ginjal
n. Reproduksi
D.
Prosedur Diagnostik
Banyak digunakan pemeriksaan
darah. Perawat bertanggungjawab untuk menyiapkan pasien untuk psien dan memberi
support yang diperlukan selama pemeriksaan.
- Pemeriksaan fungsi kelenjar pituitary / hipofisis.
a. Laboratorium
Darah (banyak pemeriksaan).
b. Radiologi
Pneumoenchephalograpi dengan
bagian subarachnoid melalui lumbal untuk mengetahui adanya tumor hipofisis.
- Pemeriksaan fungsi kelenjar thyroid
a. Laboratorium
Protein bound lodine, untuk
mengukur bnayaknya iodine dalam sirkulsi protein. Normal = 4 – 10 Uq / 100 ml
dalam darah.
Serum thyroxine (T4
test) thyroxine dalam sirkulasi.
Normal = 4 – 10 Uq / 100 mg.
b. Radiologi
Tyroid scan serupa dengan
radioactif lodine (RAIU), digunakan untuk menggambarkan kelenjar tiroid dan
mengetahui ada kelainan pada kelenjar.
3. Pemeriksaan fungsi kelenjar parathyroid tidak radiology tapi
hanya laboratorium.
Laboratorium
a. Pemeriksaan darah calsium
Untuk mengukur adanya ion calsium dalam
darah,
normal : 9-11 mg / al
b. Pemeriksaan urine
Calsium,
diet rendah calsium sampai 6 hari X mengukur jumlah
calcium dalam
urine selama
24 jam. Tabular reabsorption
of phosphate dalam
urine 24 jam normal : 82%- 37%, kalau Hyperfungsi
pemeriksaan
akan rendah.
4. Pemeriksaan fungsi kelenjar adrenal bagian cortex
•Laboratorium : Tingkat cortisol, aldosteron,
testosterone dalam darah. Pemeriksaan urine 24 jam.
• Hydroxycorticosteroid : N = 2-10 mg / 24 jam
• Ketosteroid
: pada wanita : N
= 4-15 mg / 24 jam
• Ketogenic
Steroid
Pada Wanita, N 3-15 mg / 24 jam
Pada Pria, N 5-23 mg / 24
jam
5. Vanilly mondelic acid (VMA)
•Untuk melihat produk hormon catekolamin
(epineprin dan non efineprin) dalam
urine dalam 24
jam, normal : 1-5 mg.
•Bila pemeriksaan
ini meningkat, merupakan indikasi Pheochromocytoma. Factor yang mempengaruhi pemeriksaan adalah : Kopi, teh, pisang, vanili dalam makanan coklat, minuman alcohol dan stres. Makanan tersebut jangan diberikan selama 24 jam /2 hari sebelum pemeriksaan.
Pheocromacytoma : .
Extra-adrenal, occurring in sites such as the organ of Zuckerkandl and
the carotid body
Association with one of several familial syndromes
Extra-adrenal, occurring in sites such as the organ of Zuckerkandl and
the carotid body
Nonfamilial adrenal pheochromocytomas are bilateral
Biologically
malignant
Arise in childhood, usually the familial subtypes, and with
a strong male preponderance; nonfamilial pheochromocytomas most
often occur in adults between 40 and 60 years of age
Pratima MD, Universcty medical case medical center Cleveland, OHIO (OHIO negara bagian di AS) mengatakan Pheocromacytoma sebagai :
Pratima MD, Universcty medical case medical center Cleveland, OHIO (OHIO negara bagian di AS) mengatakan Pheocromacytoma sebagai :
Rare catecholamine-secreting tumor derived from chromaffin
cells of adrenal medulla.
PARAGANGLIOMAS ("extra-adrenal pheochromocytomas") are tumors that arise from sympathetic paraganglia . Rarely in locations as the thorax, bladder, or brain.
tumor yang berkaitan dengan kelainan yang diturunkan dalam keluarga yang secara fisik membahayakan, menular atau terjadi suatu pengeluaran yang berlebihan katekolamin dari adrenal.
Katekolamin
P
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Senyawa organik katekolamin adalah turunan dari tirosina.[2] Fenilalanin yang terhidroksilasi oleh enzim fenilalanin hidroksilase diedarkan ke neuron tertentu dan dikonversi menjadi L-DOPA, dopamin, noradrenalin dan terakhir menjadi adrenalin.[3]
Katekolamin larut dalam air dan terikat pada protein plasma.
[sunting] Referensi
- ^ University of California, San Diego, Health Library, catecholamines.
- ^ Purves, Dale, George J. Augustine, David Fitzpatrick, William C. Hall, Anthony-Samuel LaMantia, James O. McNamara, and Leonard E. White (2008). Neuroscience. 4th ed. Sinauer Associates. hlm. 137–8. ISBN 978-0-87893-697-7.
- ^ Joh TH, Hwang O (1987). "Dopamine beta-hydroxylase: biochemistry and molecular biology". Annals of the New York Academy of Sciences 493: 342–50. doi: . PMID 3473965.
6. Pemeriksaan Fungsi
Pancreas
•Kurva Harian ( Fasting Blood Sugar )
•Normal : 60-100 mg / dl, test somagy.
•Normal : 80-120 mg/dl,test follin K wals
•Nuchter dan
Postprandial test
•N = 100 – 140 mg / dl
•c)
Glucose teloransi test (GTT)
• N : - Puasa : 60-100 mg/dl
• - 30 menit : Kurang dari 180
mg / dl
• - 60 menit : Kurang dari 130
mg / dl
• - 120 menit : Kurang dari 120
mg/dl
• - 180 menit :
60-100 mg/dl
• Bila lebih dari 2
jam hasilnya 210
mg/dl mrp. Indikasi untuk penyakit :
DM.
- Perubahan cardiac output.
- Perubahan rasa nyaman.
- Ketakutan.
- Perubahan nutrisi.
- Gangguan dalam konsep diri.
- Kerusakan kulit.
- Gangguan pola tidur.
- Perubahan dalam proses fikir.
- Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
- Kurangnya jumlah cairan.
- Potensial terjadinya trauma.
- Potensial perubahan suhu tubuh.
- Kurang pengetahuan.
Perencanaan
A.
Meningkatkan Status Kesehatan
Usaha perawat untuk memberikan
penyuluhan lebih banyak mekanisme pengaturan tubuh. Perawat harus secara terus
menerus memberitahu penyuluhan pada pasien untuk melakukan usaha pencegahan dan
perawatan misalnya.
- Memberi instruksi pentingnya makan garam yodium.
- Kontrol berat badan.
- Memeriksakan kesehatan bila ada masalah sehubungan dengan kesehatan.
B.
Pemeliharaan dan Pemulihan Kesehatan
Perawat memegang peranan
penting dalam perawatan pasien dengan gangguan sistem endokrin :
- Kelemahan pasien.
- Perubahan dalam penampilan atau performent.
- Ketidakstabilan emosi.
- Memodifiksi lingkungan baik fisik dan emosional. karena biasanya pasien sering tidak menghiraukan diet, gaya hidup dan perlunya menghirapkan diet, gaya hidup support dari keluarga.
- Penjelasan pemakaian obat.
Karena pasien minum obat dalam
waktu lama, jelaskan :
a. Nama obat.
b. Dosis.
c. Waktu minum obat.
d. Metode waktu minum obat.
e. Bentuk obat.
f.
Side efek dan efek toksis.
Tekanan jangan minum obat
tanpa konsultasi dengan dokter dan jangan minum obat yang berlebihan tanpa
pengawasan dokter.
GANGGUAN PADA KELENJAR THYROID
HYPOTHYROIDSM
I.
Konsep Dasar
Terdapat
beberapa jenis hypthyroidsm tergantung
dari lokasi dan masalah yang menimbulkannya dan dapat di klasifikasikan menjadi :
1) Primer
Karena
kekurangan hormon thyroxine hal ini disebabkan karena kerusakan jaringan kelenjar thyroid, misal :
thyroidektomi, radiasi iodine, thyroiditis yang kronis, akibat pemberian obat –
obatan anti thyroid.
2) Sekunder
Kekurangan
hormon thyroxine yang disebabkan oleh karena
penurunan sekresi tirotropin (T3/T4), kelenjar thyroidnya sendiri normal.
Juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan permulaan penyembuhan / hypothyroid. Bila terjadi
pada saat bayi dalam kandungan / saat neonatus akan terjadi kerusakan otak yang
irreversibel yang disebut creatinisme.
Bila
terjadi pada anak dapat terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan mental, kalau
pada orang dewasa akan menyebabkan gejala yang disebut : Myxedema.
Myxedema
A. Konsep Dasar
Myxedema
adalah : Hypofungsi kelenjar thyroid dapat menurunkan metabolisme dalam sel-sel
seluruh tubuh. Lebih banyak pada wanita daripada laki-laki dengan perbandingan
5 : 1 dan banyak terjadi pada usia 30 – 60 tahun.
B. Pengkajian
( 1 ) Data Subjektif
a) Merasa lelah, lesu dan berat badan sangat
lamban meningkatnya.
b) Merasa tidak tahan dingin
c) Otot – otot merasa lemas
d) Bicara pelan dan monoton
e) Mengeluh susah BAB (Konstipasi)
( 2 ) Data objektif
a) Neurologi : Lemah, bicara pelan dan parau, gangguan
daya ingat, lambat berpikir, perubahan kepribadian, buta ayam, tuli, tendon
lemah, samnolen, syncope.
b) Integumen : Kulit pecah, dingin, kering, kasar dan
rambut jarang, kuku mudah putus dan
sulit tumbuh, edema pada tangan dan kaki, subklavicula, pembesaran periorbital,
lidah dan bibir.
c) Musculoskletal : Kekakuan otot,
kelemahan dan myalgia.
d) Pernafasan : Sesak nafas
e) Gastro intestinal : Penambahan berat
badan, anorexia, konstipasi, ascites
f)
Seksualitas : Menorrhagia, metrorrhagia, amenorhea, penurunan libido, impoten,
kesuburan yang menurun (spontan abortus)
( 3 ) Komplikasi yang mungkin
terjadi
a) Gagal jantung (decompensasio kordis)
b) Myocardial infarction (kerusakan /
kematian sel-sel jantung /IMA)
c) Stupor : gangguan kesadaran
d) Coma
( 4 ) Pengobatan Medik
Tiroxin dan
hydrocortison, perhatikan pasien dengan
penyakit jantung sebelum pemberian tiroxin harus kontrol ECG, karena hypothyroid dapat mengakibatkan peningkatan
jumlah enzym myocardial.
( 5 ) Tes Diagnostik
a) Untuk hypofungsi primer
-
T4
serum rendah
-
Serum
TSH meningkat
b) Hypofungsi sekunder
T4 dan TSH merendah,
colesterol darah meningkat, analisa darah, hypoxia, peningkatan CO2,
peningkatan protein pada cairan otak.
( 6 ) Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan aktivitas
b) Gangguan eliminasi pengeluaran
c) Resiko terjadinya trauma fisik
d) Resiko gangguan integritas kulit
e) Gangguan proses berpikir
f)
Gangguan
fungsi seksual (penurunan libido)
g) Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakit.
C. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
Dp. I : Gangguan aktivitas s/d kekakuan dan kesakitan
pada otot yang dimanisfestasikan dengan nafas terengah-engah.
Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan
1) Rencanakan perawatan dengan memberi
kesempatan pada pasien agar dapat menyelesaikan aktivitasnya.
2) Jangan terburu-buru pada waktu melakukan
aktifitas.
3) Menata alat-alat yang diperlukan oleh
pasien dan bantu pasien untuk kebersihan dirinya.
4) Bantu pasien dalam melakukan aktifitas
dalam 8 jam
5) Anjurkan pasien untuk jalan dan bantu jika
diperlukan.
6) Rencanakan aktifitas sehari-hari seperti
pola istirahat yang akan meningkatkan toleransi pasien terhadap self care-nya,
perhatikan aktifitas yang tidak rutin menyebabkan kelelahan bagi pasien.
Dp. II : Gangguan eliminasi (konstipasi) s/d menurunnya
metabolisme / menurunnya peristaltik usus.
Tujuan : Pasien dapat BAB dengan mudah.
Intervensi Keperawatan
1) Pelihara diet dengan tinggi serat, kalau
BAB keras bisa terjadi hemoroid.
2) Beri makanan yang disukai dan beri minum
yang banyak minimal 2 ltr/hari.
3) Bila perlu beri laxantia (laksativa)
melembekkan feses.
4) Anjurkan agar bergerak yang disesuaikan
dengan kondisi pasien.
5) Anjurkan pasien dengan aktifitas yang
merangsang untuk defekasi / beri minuman yang hangat.
6) Anjurkan pasien supaya tidak menahan, bila
ada dorongan defekasi.
7) Dorong pasien untuk mencoba BAB tiap hari
dalam waktu yang sama.
Dp. III : Resiko
tinggi terjadinya trauma fisik s/d perubahan persepsi sensori dan koordinasi.
Tujuan : Pasien tidak terjadi trauma fisik.
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat perkembangan/ kemunduran
persepsi / koordinasi tiap 8 jam.
2) Membantu pergerakan pasien yang diperlukan
misal : tongkat, kruk jika diperlukan.
3) Letakkan barang keperluan pasien yang
mudah dijangkau oleh pasien setiap saat.
4) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan
hindarkan barang/alat yang tidak diperlukan / barang yang dapat menyebabkan
kecelakaan.
5) Orientasi kembali pasien pada lingkungan
bila diperlukan.
6) Hindarkan makanan yang panas yang dapat
melukai bibir/mulut.
7) Bantu untuk mandi, sikat gigi, dan BAB dan
BAK bila perlu.
8) Pelihara keamanan, misal : pakai penutup
tempat tidur.
9) Kaji kekuatan otot dan pergerakkan tiap 8
jam.
10) Beritahu pasien untuk minta bantuan bila
ingin meninggalkan tempat tidur.
Dp. IV : Potensial gangguan integritas kulit, edema,
bengkak, kulit kering, luka pada kulit.
Tujuan : Pasien akan memelihara kulit agar mulus, supel
dan bebas dari bahaya.
Intervensi Keperawatan
1) Kaji kulit dari kemerahan / bahaya selama
24 jam bila pasien istirahat total kaji tiap 8 jam.
2) Beri perawatan pada kulit yang tertekan
tiap 4 jam
3) Hindari penggunaan sabun yang merangsang
(keras) dan tidak cocok.
4) Gunakan oil / lotion pada waktu mandi.
5) Beri bantalan / perlindungan pada sikut
dan tumit
6) Cegah dan beri bantalan angin
7) Bila terjadi edema, kaki diletakkan lebih
tinggi dari kepala.
8) Beri alih baring secara teratur.
9) Pelihara status nutrisi yang baik.
Dp. V : Gangguan proses berpikir s/d gangguan proses
metabolisme.
Tujuan : Pasien akan memelihara orientasi terhadap
lingkungan dan akan berpatisipasi dalam self care.
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat orientasi tiap 4 jam dan
mengorientasikan kembali bila diperlukan.
2) Jelaskan prosedur yang secara perlahan,
tepat dan bila perlu diulangi.
3) Berikan perawatan secara stabil, kalem dan
lingkungan yang tidak menimbulkan stress dengan melakukan prosedur dan
aktifitas konsisten, batasi pengunjung, hindari perubahan di personil dari
perawat yang terlalu sering dan cegah keadaan yang menimbulkan emosional dan
situasi yang membingungkan.
4) Rencanakan bersama pasien, antisipasi
kebutuhan dan berikan aktifitas untuk mengalihkan perhatian.
Dp. VI : Gangguan fungsi seksual s/d gangguan fungsi
tubuh.
Tujuan : Pasien dapat membicarakan dengan
pasangannya tentang rencan kebutuhan
seksual disesuaikan dengan proses penyakit.
Intervensi Keperawatan
1) Mengadakan penyelidikan bersama pasien dan
pasangannya pola seksual yang biasa dilakukan dan bagaimana penyakit ini
berpengaruh pada pola seksual.
2) Mendorong pasien dan pasangannya untuk
mencari alternatif pola seksual yang akan digunakan dan dipertimbangkan
penyakitnya yang menganggu.
3) Menyelidiki alternatif yang saat
dibutuhkan dan rujuk pada ahli yang tepat bila pasien dan pasangannya
memerlukan terapi khusus.
4) Bantu pasien dan pasangannya untuk
meyakini bahwa pelaksanaan seksual itu diperlukan.
Dp. VII : Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit,
pengobatan dan self care .
D. Evaluasi
1. Pasien dapat memelihara pola aktifitas dan
istirahat
2. Dapat BAB dengan baik tidak konstipasi
3. Tidak terjadi trauma fisik
4. Tak ada kerusakan kulit
5. Dapat berorientasi pada lingkungan dan
berperan aktif dalam perawatan.
6. Dapat memilih alternatif pola seksual yang
biasa digunakan
7. Kebutuhan cairan tercukupi
8. Pasien dan keluarga dapat mendemontrasikan
tentang proses penyembuhan dan prinsip perawatan dirumah sesuai pengertian
pasien dengan peningkatan aktifitas.
9. Pelihara keseimbangan diet dan pemasukan
cairan yang cukup dan hindari konstipasi
10. Diskusikan tanda-tanda infeksi dan laporkan
pada dokter tentang suhu, perasaan dingin, flu, tanda merah / lesi, BAK panas /
merah.
II.
Kreatinisme
A. Konsep Dasar
Kreatinisme
adalah : Hypothyroid kongenital, mungkin sudah ada timbul sejak lahir / menjadi
nyata dalam beberapa bulan pertama kehidupan.
Hormon
tyroid sangat penting selama kehidupan embrio untuk pertumbuhan dan
perkembangan jaringan terutama jaringan otak. Bila terjadi ganguan pada otak
akan merupakan gangguan yang irreversibel. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan
hambatan dalam kematangan diakibatkan karena, kekurangan hormon tersebut.
Kejadian kongenital hypotyroid adalah : satu dari 4000 kelahiran.
B. Pengkajian
1. Data Subjektif / keluhan
a. Ikhterus fisiologis yang menetap
b. Ubun-ubun lambat menutup
c. Pertumbuhan gigi terlambat
d. Tangisan parau
e. Sulit makan
f.
Samnolen
g. Sulit untuk mencapai perkembangan normal
dan pertumbuhannya terganggu.
h. Susunan syaraf terganggu lemah dan
hypothermi.
2. Data Objektif
a. Tubuhnya pendek
b. Kulitnya kasar berbiak dan kering
c. Lidahnya terjulur keluar
d. Hidungnya lebar dan rata
e. Mata jaraknya jauh
f.
Rambutnya
jarang
g. Perut menonjol
h. IQ rendah
3. Tes Diagnostik
a. Serum darah : T3 dan T4
b. Radiologi :
Tyroid scan
4. Diagnostik Keperawatan
a. Gangguan pola tidur
b. Gangguan proses berpikir
c. Gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan
C. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
Merupakan tugas mandiri
mahasiswa disesuaikan dengan contoh yang telah diuraikan dan dirujuk.
Thyroiditis
A.
Konsep
Dasar
Thyroiditis
adalah : radang pada kelenjar thyroid perjalanan disebabkan oleh virus, perjalanan
infeksi / peradangan dari tempat lain / dapat juga karena reaksi auto imun.
Akibat dari
peradangan dapat menyebabkan : Hypotyroid
I.
Thyroiditis Akut
Adalah
selalu berhubungan dengan infeksi saluran pernafasan dan merupakan perjalanan
radang dari tempat lain pada tubuh.
Kuman yang
dapat menyebabkan adalah :
Ï
Stapilococcus
Ï
Strepto
coccus hemolytica
Ï
Strepto
pneunomial
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Sakit untuk menelan
b. Sakit tenggorokan dan merasa dingin
c. Dysphagia
2. Data Objektif
a. Suhu tinggi dan panas
b. Suara parau
c. Tachicardi
d. Leucocytosis
3. Tes Diagnosa
a. Serum T3 dan T4
b. Plasma thyrotropin
c. Thyroid scan
4. Pengobatan medik
Mengawasi dan menghilangkan
infeksi dan memberikan antibiotik
5. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman dan
ketakutan
B. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
Merupakan tugas mandiri
mahasiswa disesuaikan dengan contoh yang telah diuraikan dan rujukan pada buku
rujukan.
II.
Thyroiditis Cronic (Hashimoto)
Adalah
Radang secara cronic pada kelenjar thyroid yang merupakan respon dari faktor
immunological.
Fakta dari
dasar immunological berhubungan dengan
meningkatnya konsentrasi dari immunologlobulin dan antibodi yang berhubungan
dengan beberapa komponen dari thyroid. Penyakit, cenderung pada wanita usia 40
– 50 tahun, juga merupakan masalah pada bayi, anak dan remaja akibat peradangan
ini seseorang akan mengalami hypothyroid.
B.
Pengkajian
1.
Data
Subjektif
a. Ada riwayat/kecenderungan penyakit dalam
keluarga.
b. Mengeluh / nyeri dan kelembutan tidak sesuai
dan tidak normal.
2.
Data
Objektif
Pembesaran kelenjar thyroid
tapi tidak simetris.
3.
Tes
Diagnostik
a. Serologi, adanya antithyroid antibodi
b. Biopsi, adanya perubahan jaringan
4.
Pengobatan
medik
a. Hormon tyroid
Pengobatan yang utama untuk
mengistirahatkan kelenjar thyroid dan menurunkan stimulasi hormon.
b. Corticosteroid (steroid/hidrokortison)
Diberikan dalam waktu singkat
untuk menurunkan peradangan dan sakit menelan. Bila pengobatan medik tidak
menolong maka dapat dilakukan pembedahan.
GANGGUAN PADA KELENJAR THYROID
HYPERTHYROIDISM
A. Konsep Dasar
Hyperthyroidism/ thyrotoksikosis adalah meningkatnya produksi hormon
thyroid/ fungsi thyroid yang berlebihan akibat sekresi thyroksin (T4) atau triyodotyronin
(T3) yang belebihan, kadang hyperthyroidism dapat terjadi secara spontan dan
sebagai akibat pemasukkan hormon yang berlebihan dan sering terjadi pada wanita
usia 30-40 tahun.
Ada beberapa bentuk yang
semuanya memberikan gambaran dengan gejala klinik yang sama. Dua bentuk hyperthyroidism
yang sering ditemukan adalah:
Penyakit Graves dan symtom
yang berhubungan dengan peningkatan metabolic rate yang mempunyai efek langsung
pada peningkatan cardiac stimulation,
peningkatan aktifitas susunan saraf hal ini sangat dipengaruhi bersama hormon
reproduksi.
Macam-macam
penyakit hyperthyroidism:
1.
Graves/ Toxic Diffuse Goiter/ Struma
Basedow
Ada 3 gejala yang khas pada
Graves adalah:
a. Goiter, akibat hyperplasia/ pembesaran
kelenjar tiroid,
b. Hyperthyroidism akibat sekresi hormon yang
berlebihan,
c. Exopthalmus adalah mata yang melotot
akibat celah palpebrae melebar, kedipan berkurang dan kelopak mata tertarik ke
belakang.
Terdapat
predisposisi familiar terhadap penyakit Graves dan sering kaitannya dengan
bentuk endokrinopati autoimun/ gangguan autoimun.
2.
Toxic Nodular Goiter
Gejala klinik lebih ringan dari Graves
ada tanda-tanda melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang
akibat aktifitas simpatis berlebih.
3.
Thyroid Strom/ Krisis Thyroid
Sering terjadi karena tidak adanya kontrol hyperthyroidism
dan gejala klinik lebih parah dari gejala penyakit Graves
dan ada panas. Suhu meningkat, nadi cepat, respirasi distres, kelemahan,
irritable, gagal jantung dan meninggal.
B. Pengkajian
1.
Data Subjektif
a.
Riwayat dari gejala,
b. Riwaya penyakit thyroid dalam keluarga,
c.
Keluhan pasien:
1)
Gugup dan mudah tersinggung,
2) Tidak tahan panas, banyak keringat,
3)
Merasa berdebar-debar,
4)
Mudah lelah dan lesu,
5)
Mengeluh sulit tidur,
6)
Mengeluh pusing,
7) Berat badan menurun dan merasa cepat haus,
8) Nyeri angina, (angina pektoris = nyeri
dada)
9)
Menstruasi tidak teratur,
10) Banyak
makan.
2.
Data Objektif
a.
Neurologik
Mudah marah, sulit tidur,
emosi labil, sakit kepala/ pusing, penglihatan dobel, mata menonjol, otot
lemah, edema periorbital.
b.
Cardiovaskuler
Berdebar, nadi cepat dan ada
loncatan/ tidak teratur, kegagalan jantung, edema.
c.
pernapasan
dyspnea, pernapasan dalam yang
meningkat, edema paru.
d.
Gastrointestinal
Kurus, banyak makan, diare, enek, nyeri perut dan bising usus yang
hyperaktif.
e.
Metabolik
Banyak keringat, tidak tahan panas, toleransi terhadap dingin meningkat,
pembesaran thyroid leher.
f.
Integumen
Kulit halus, licin, mengkilat, kemerahan, rambut yang berminyak, kaku
mudah putus.
g.
Seksual
Perubahan menstruasi,
peningkatan dalam libido.
3.
Tes Diagnostik
a. Serum T3 & T4 hasilnya akan meningkat,
b.
TSH serum darah,
c.
Thyroid radiodine akan meningkat,
d.
BMR.
4.
Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan aktifitas,
b.
Perubahan pola tidur,
c.
Gangguan proses berpikir,
d.
Gangguan nutrisi,
e.
Potensial trauma pada fisik,
f.
Hypertermi,
g. Poensial terjadinya trauma pada mata,
h.
Kurangnya pengetahuan.
C. Perencanaan dan Intervensi
Keperawatan
- Tindakan Medik
- Menurunkan hormon thyroid dengan cara memberikan pengobatan obat anti thyroid/ iodine radioaktif untuk pasien yang lebih tua.
Contoh obat;
1)
Antithyroid = Propythiourasil /PTU/ Methimazole
Fungsinya:
-
Menghalangi sintesa hormon thyroid,
-
Mempunyai
sifa log seting 2-4 minggu.
2)
Preparat iodine = Lugol’s Solution
Fungsinya:
~
Menghalangi sintesa dan pelepasan hormon
thyroid,
~
Menurunkan metabolik rate,
~
Mengurangi
vaskularisasi ke kelenjar, untuk persiapan prabedah.
3) Beta Adrenergic Blocker = Propanolol
(inderal)
Fungsinya:
Mengobati tachicardi, aritmia dan
gejala angina diberikan pada semua kasus thyroid maka pada pasien muda
dilakukan tindakan operasi.
b.
Mengobati gejala dan tanda penyakit (simptomatik)
2.
Tindakan Keperawatan
DP 1 : Gangguan aktifitas s/d
kelemahan, meningkanya metabolisme dan tidak tahan terhadap panas.
Tujuan : pasien akan
memelihara energi agar dapat melakukan aktifitas.
Intervensi keperawatan:
a. Beri aktifiatas disesuaikan dengan keadaan
pasien,
b. Lakukan prosedure dengan memperhatikan
waktu istirahat pasien,
c. Jangan memberikan aktifitas yag tidak
teratur karena akan mendatangkan ketidaktoleransi,
Mis:
dyspnea, tachicardi dan kelemahan,
d. Bantu dalam melakukan akibat lemah atau
tremor,
e. Rencanakan aktifitas sehari-hari dan
betuk/ pola aktifitas yang akan meningkatkan self care pasien.
DP II : Perubahan pola tidur
s/d meningkatnya BMR dan aktifitas yang tidak toleran.
Tujuan : Pasien akan mengungkapkan perasaan
sejahteranya dan siap melakukan
aktifitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan:
- Mendorong pasien yang dapat memudahkan pasien tidur, mis:memberikan air hangat, menggosok punggung/ memutar musik santai,
- Menentramkan pasien waktu mau tidur,
- Hindari pemasukkan makanan yang merangsang,
- Membantu pasien untuk melakukan aktifitas fisik yang teratur,
- Ciptakan lingkungan yang memudahkan pasien tidur, mis: nyalakan lampu kecil, pintu kamar ditutup, memeliharaketengan dan privacy,
- Tidak melakukan prosedur pada malam hari.
DP III :
Gangguan pola berpikir s/d meningkatnya meningkatnya stimulasi dari saraf
sympatetic sehingga hormon thyroid meningkat.
Tujuan :
Pasien akan menunjukkan ekspresi yang sesuai dan akan memelihara orientasi
dengan lingkungannya.
Intervensi keperawatan:
- Berikan situasi yang stabil, kalem, tidak menimbulkan stress, tidak merangsang dengan melakukan prosedur pada waktu yang tepat membatasipengunjung, hindari seringnya pertukaran perawat hal ini untuk mencegah ketegangan emosional.,
- Rencanakan bersama pasien dalam mengantisipasi kebutuhan,
- Berikan pasien agar membatasi bergerak dan berakifitas dengan benar,
- Orientasi kembali pasien pada lingkungan bila diperlukan.
DP IV : Gangguan pada nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh sampai dengan diare, enek, sakit perut dan perubahan BMR.
tujuan : Pasien akan memelihara kalori, nutrisi dan
pemasukan yang tepat unuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Interview keperawatan:
- Berikan makanan TKTP dan vitamin B complek yang tinggi,
- Berikan makan dalam porasi kecil api sering berikan makanan selingan,
- Konsultasi pada ahli gizi,
- Hindari makanan yang merangsang sepeti kopi, cola, bahan yang mengandung kopi dan makanan yang mengandung bumbu dalam jumlah yang banyak,
- Anjurkan minum cairan 3-4 liter,
- Timbang badan tiap hari,
- Beri pengobatan jika ada mual dan sakit pada perut.
DP V :
Potensial terjadinya trauma pada mata sampai dengan idak adanya alat pelindung.
Tujuan : Mata pasien terhindar
dari luka.
Interverensi keperawatan:
- Berikan pelindung pada mata terutama pada siang hari,
- Anjurkan pakai kaca mata,
- Waktu tidur mata di tutup,
- Hindari mengeluarkan kotoran/ debu dari mata,
- Bantu dan jelaskan pada pasien agar menggerakan mata.
DP VI : Hyperhermie sampai
dengan menigkatnya statusnya metabolisme.
Tujuan : Pasien akan
memelihara eutherm/suhu yang normal.
Interverensi keperawatan :
- Berikan mandi suam-suam kuku,
- Tidur di alasi linen
- Memelihara lingkungan agar dingin dan nyaman,
- Berikan obat penureun panas,
- Monior temperator setiap 2 jam bila diperlukan.
DP VII :
Potensial untuk terjadinya trauna fisik sampai dengan gangguan status mental.
Tujuan : Pasien tdak akan terjadinya trauma fisik.
Interverensi keperawatan :
- Berikan penghalag di tempat tidur, jeruji atau bantal,
- Hindarkan alaa-alat yang memungkinkan menimbulakan kecelakaan,
- Kaji kekuatan otot dan pergerakan,
- Bantu pasien untuk ambulasi untuk diperlukan,
- Berikan penerangan dan letakan baranng-barang yang akan digunakan dan mudah terjangkau oleh pasien.
DP VIII :
Kurang pengetahuan pasien terhadap proses penyakit, pengobatan dan self care.
Tujuan :
Pasien dan kekeluargaan akan mendemontrasikan pengertian mereka tentang
perawatan di rumah dan perawatan lanjuatan melalui diskusi yang interaktif.
Interverensi keperawatan :
- Menjelsakan konsep dasar penyakit,
- Jelaskan terhadap perubahan fisik dn mental,
- Jelaskan obat dan dosis, waktu, metode, side, efek dan efek toksis,
- Jelaskan gejala yang mungkin timbul akibat pemberian obat,
- Jelaskan gangguan sistem saraf adalah bagian dari proses penyakit akan menurun akibat pengobatan. Tekankan pentingnya perawatan jalan secara terus menerus dan tidak minum obat tanpa instruksi dokter,
- Anjurkan pasien agar mmemelihara kesehatannya,
- Tekankan pentingnya periode istirahat menghindari stress, makan TKTP, vitamin B kompleks yang tinggi dengan meningkatkan cairan yang masuk, sambil teru-menerus memelihara kesehatan dibawah pengawasan dokter.
D.
Evaluasi
1. Pola tidur dan aktifitas efektif dapat
terpelihara,
2. Pasien dpat mengekspresikan emosi secara
tepat,
3.
Memelihara orientasi terhadap lingkungan,
4.
Kebutuhan nutrisi baik,
5.
Injuri mata tidak terjadi,
6.
Status euthermi dipelihara,
7.
Fisical injuri dapat dicegah,
8. Penekanan pada fungsi sistem tubuh segera
dicacat dan dilaporkan pada dokter dan segera diberi pengobatan,
9. Pasien dan keluarganya dapat
mendemonstrasikan dengan kata-kata cara perawatan lanjut.
I.
Konsep
Dasar
Tindakan operasi sebagian/ subtotal thyroidectomy/ seluruh bagian dari
kelenjar thyroid.
Tindakan operasi selalu dilakukan pada pasien apabila tidak ada kemajuan
setelah diberi pengobatan antithyroid/ karena kelenjar thyroid terlalu besar/
mudah menekan pita suara.
Mungkin juga dilakukan paada wanita/ pria bila pengobatan radiasi tidak
dikehendaki pada pasien yang alergi terhadap pengobatan antithyroid dan wanita yang
sedang mengandung.
Komplikasi yang mungkin terjadi:
-
Obstruksi jalan nafas,
-
Perdarahan,
-
Paralyse pada nervous laryngeal,
-
Hyperthyroidism,
-
Hypoparathyroidism.
II. Pengkajian Post Operatif
- Data Subjektif
1. Perasaan mual, geli dan kedutan,
2.
Mengeluh sulit menelan,
3. Mengeluh rasa sakit yang berlebihan,
4.
Mengeluh mual dan muntah.
B.
Data Objektif
1. Suara parau/ serak, lemah tidak ada suara,
2.
Spasme dan tetani,
3.
Pernafasan = stridor,penarikan otot-otot leher,
cyanosis, rasa tercekik,
4. Daerah operasi = warna kemerahan, sakit,
takut/ hati-hati untuk bergerak, bengkak perdarahan, drainage,
5.
Ada
infus.
C.
Test Diagnostik
1.
Elektrolit darah (tingkat kalsium),
2.
ECG.
D.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan rasa nyaman = sakit pada daerah
operasi,
2. Potensial ketidak efektifan jalan nafas
s/d adanya perdarahan, edema, rasa sakit yang berlebihan dan gangguan menelan,
3. Gangguan integritas kulit s/d harus
berbaring lama,
4.
Potensial gangguan verbal komunikasi s/d kerusakan
nervus laringeal,
5. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan
dirumah dan perawatan lanjutan.
III. Perencanaan & Intervensi
Keperawatan
- Tindakan medik krisis thyroid pasca bedah adalah:
-
Tracheostomy,
-
Pemberian calcium gluconat (IV),
-
Infus untuk diet,
-
Pengobatan rasa sakit.
B.
Tindakan yang harus diperhatikan pada pasien pasca
bedah thyroidectomy adalah:
1.
Kontrol Pendarahan
a.
Darah pembalut,
b.
Kesulitan menelan,
c.
Choking (rasa tercekik).
2.
Kontrol adanya edema
a.
Strdor,
b.
Dyspnea.
3.
Kontrol kerusakan/ paralyse nervus laringeal
a.
Sukar bicara,
b.
Pernafasan pendek,
c.
Obstruksi,
d.
Suara tercekik.
4. Kontrol adanya trauma pada kelenjar
thyroid
a.
Hypokalemi ; tetani,
b.
Mati rasa (baat) ; rasa geli diujung jari dan disekitar
bibir.
Penerapan proses keperawatan merupakan tugas mandiri bagi mahasiswa
sesuai buku rujukan.
GANGGUAN PADA KELENJAR PARATHYROID HYPERPARATHYROIDISM
1. Konsep Dasar
Hyperparathyroidism adalah gangguan yang diakibatkan karena hasil yag
berlebihan produksi parathormon oleh kelenjar parathyroid.
Konsetrasi prathormon yang meningkat dapat menyebabkan hypercalcemia dan
hypoposphatemia.
Ada 2
bentuk hyperparathyroidism, yaitu:
- Primer Hyperparathyroid
Berhubungan dengan hasil adenoma, hyperplasia/ pembesaran dari kelenjar
parathyroid. DP muncul pertama kali pada anak-anak, usia tua, banyak terjadi
pada wanita antara 35-65 tahun/ setelah menopause.
- Sekunder Hyperparathyroid
Sering terjadi pada pasien
dengan osteomalasia dan gagal ginjal. Hasil yang berlebihan dari parathormon
akan mempengaruhi banyak organ yang berhubungan dengan tubulus ginjal sel-sel
tulang & G. I, akibatnya terjadi peningkatan calcium.
Sedangkan pada orang dewasa
akan terjadi:
-
Hilangnya hormon pertumbuhan,
-
Hipogonadisme,
-
Hipotiroidisme,
-
Insufisiensi adrenal.
Hipogonadisme akan menunjukkan gejala:
1.
Penurunan libido,
2.
Impoten,
3.
Pengurangan pertumbuhan rambut,
4.
Pengurangan jenggot,
5.
Pengurangan perkembangan otot.
Pada wanita akan muncul
gejala:
1.
Amenorrhea,
2.
Buah dada atropi,
3.
Atropi genetalia externa.
II. Pengkajian
- Data Subjektif
1.
Riwayat timbulnya gejala,
2.
Riwayat penyakit jantung,
3.
Keluhan pasien, berupa:
a. Merasa tidak nyaman dan lemah,
b.
Tidak toleran terhadap stress,
c.
Penurunan libido dan impotaen, para wanita mengeluh
amenorrhea dan tidak keluar air susu pada wanita yang sedang menyusui.
- Data Objektif
1.
Otot lemah,
2. Kulit berkerut dan licin tidak
hiperpigmentasi,
3.
Hiperthermi,
4. Buah dada atropi juga seks sekunder
lainnya,
5.
Rambut rontok,
6.
Tekanan darah rendah,
7.
Serum glukose yang rendah,
8.
Kekurangan hormon thyrotropin, ACTH, Adrenocortical
prolactin.
- Test Diagnostik
1. Laboraturium = serum dari ACTH, TSH, FSH
dan LH,
2. Rontgen = Skletal, tengkorak, CT Scan,
Pneumoencephalograms,
3.
Pemeriksaan opthalmospic.
- Diagnosa Keperawatan
- Perubahan konsep diri,
- Gangguan pola seksualitas,
- Kurang pengetahuan.
GANGGUAN PADA KELENJAR ADRENAL CORTEX
HYPERADRENO-CORTISOL
1.
Konsep Dasar
Sebagian besar masalah dari produksi glucocorticoid pada kelenjar
adrenal yang berlebihan, ada hubungan timbal balik dengan hiperplasia dari
kelenjar adrena dan hipersekeresi dari cortisol merupakan hasil ACTH yang
berlebihan. 25 % dari pasien dengan produksi cortisol yang berlebihan pada
umumnya menderita adrenal tumor (adenoma / carsinoma)
Kenaikan kadar glucocorticoid yang berlebihan dalam urine dan plasma
dapat juga disebabkan karena pengobatan glucocorticoid jangka panjang, yang
yang menyebabkan perubahan pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak
serta terjadi perubahan penampilan bentuk tubuh yang menyolok.
Hal ini disebabkan karena :
1.
distribusi jaringan adiposa yang khas dan menumpuk, timbul
moon face (wajah rembulan), memadat/memendeknya fossa clavikula dan seperti
punggung kerbau.
2.
kehilangan protein pada jaringan otot, otot menjadi lemah
dan mengalami atropi, terutama pada ekstremitas atas dan bawah
3.
ruptura serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda-tanda
serupa garis biru / striae.
4.
penipisan dinding pembuluh darah dan tulang menyebabkan
mudah luka memar, luka lambat sembuh dan menimbulkan peteki atau ekimosis yang
luas.
tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis dan fraktur
patologis, terutama terjadi pada tulang belakang, nyeri punggung dan penurunan
tinggi badan.
” Syndrome Cushing ”,
juga diakibatkan oleh pemberian glukokorticoid jangka panjang / sekresi
kortisol yang berlebihan.
Syndrome cushing sering
dijumpai pada penderita reumatoid artritis, ashma, limpoma dan penyakit kulit
yang mendapat glucocorticoid.
Glucocorticoid mempunyai efek
elektrolit serum menyebabkan
hyperglikemia, hypernatremia, dan hipokalemia.
Terjadi pada semua
usia, terutama pada wanita pada usia 30
– 60 tahun, pada anak – anak sering terjadi tumor.
2. Pengkajian
a.
Data Subjektif
1. riwayat timbulnya gejala penyakit
2. riwayat penyakit jantung, ginjal dan
DM
3. pola makan dan kebiasaan minum obat
4. keluhan :
a. mengeluh sakit kepala
b. kelemahan dan kekuatan
otot
c. mengeluh sakit pinggang
d. mudah kena infeksi
e. perubahan fisik
f. insomnia
g. depresi sampai mania.
b.
Data Objektif
1. Muskuloskletal
: sakit punggung, penumpukan jaringan lemak di punggung dan supraclavikula,
moon face, kelemahan otot
2. Kardiovaskuler : hipertensi, edema
bila ditekan
3. Renal ; polyuria
4. Integumen
; Acne, hiperpigmentasi, kemerahan, striae kulit mudah memar, rambut mudah
rontok
5. Seksual : gangguan menstruasi,
impoten, penurunan libido.
C. Tes Diagnostik
1.
Hiperglikemia
2.
Metabolik alkalosis
3.
Hipokalemia
4.
Peningkatan plasma ACTH, serum natrium dan plasma kortisol
5.
Leucosit.
3. Diagnosa Keperawatan
1. perubahan dalam konsep diri
2. resiko tinggi terjadinya infeksi
3. gangguan dalam proses pikir
4. gangguan aktifitas
5. resiko tinggi gangguan integritas kulit
6. resiko tinggi terjadinya komplikasi
7. resiko tinggi terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit
8. kurang pengetahuan terhadap proses penyakit
PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Tindakan Medik
1. Pemotongan / radiasi terhadap adenoma
2. pengobatan ; diberikan 1.
Mitotane
2.
Aminogluthethimide
3.
Metyrapone
4.
Adrenalektomy
b. Tindakan keperawatan
1. DP I → Perubahan konsep diri, body image sehubungan
dengan perubahan muskuloskletal,
integumen, seksual / reproduksi
Tujuan : pasien akan mengungkapkan secara verbal tentang
penerimaan dari perubahan dalam penampilan tubuhnya.
Intervensi
keperawatan
1. tanggap
terhadap privacy pasien
2. sensitif terhadap kebutuhan pasien, duduk disamping
pasien sambil listening (mendengarkan keluhan) sambil memberikan support pada
pasien
3. pelihara lingkungan yang mendukung untuk berdiskusi
tentang perubahan gambaran tubuhnya
4. diskusikan bersama pasien tentang perasaan sehubungan
dengan perubahan gambaran dirinya
5. bantu pasien dengan mengidentifikasi perkembangan kekuatan pasien dan koping
mekanisme yang digunakan untuk beradaptasi terhadap perubahan fisiknya.
6. konsul pada spesialis kesehatan mental bila
diperlukan
2. DP II Resiko tinggi
terjadinya infeksi s.d gangguan respon imun
Tujuan : pasien akan menurunkan resiko faktor terhadap
perkembangan infeksi
Intervensi
keperawatan
1. monitor
dan catat tanda dan gejala dari infeksi
2. monitor suhu tiap 4 jam
3. latih secara bergiliran bentuk dan nafas dalam tiap 2
jam pada saat istirahat
4. hindari tindakan invasif bila tidak diperlukan, misalnya chateterisasi
5. gunakan teknik steril pada saat merawat luka di
kulit, drain atau pemberian intra vena
6. ambil kultur pada luka
7. pelihara status nutrisi yang optimal
8. jangan menempatkan pasien pada kamar yang terinfeksi
3. DP III Gangguan dalam proses
berpikir s.d meningkatnya sekresi kortisol
Tujuan : pasien akan mengekspresikan emosi yang tepat
terhadap situasi dan memelihara orientasi terhadap lingkungan
Intervensi
keperawatan
1. berikan suasana yang stabil, tenang dan tidak
menimbulkan stres. Prosedur disesuaikan dengan waktu istirahat, pengunjung
dibatasi, jangan sering ganti perawat dan cegah suasana yang menimbulkan emosi
2. rencanakan perawatan bersama klien dan antisipasi
kebutuhan pasien
3. beritahu pasien agar membatasi akttivitas
4. berikan aktivitas dan permainan yang menyenangkan
5. orientasikan kembali klien pada lingkungan bila
diperlukan
6. jelaskan prosedur secara pelan dan jelas dan ulangi
bila diperlukan
4. DP IV gangguan aktivitas s. D
kelemahan otot muskuloskletal
Tujuan : pasien akan mememlihara energi yang cukup untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (ADL)
Intervensi
keperawatan
1. izinkan
pasien bergerak ke tempat yang diinginkan dengan menggunakan alat bantu (kruk,
kursi roda)
2. bantu dengan aktif latihan ditempat tidur / latihan
jalan
3. penuhi kebutuhan pasien yang memerlukan bantuan,
misalnya bersisir, ke kamar mandi, BAB
4. batasi aktifitas sesuai kemampuan pasien
5. aktivitas yang tidak kontinyu akan menyebabkan tanda
tachicardi, dyspnea, kelemahan
5. DP V Resiko
tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit s.d status nutrisi yang tidak
optimal dan atau pembuluh darah kapiler
yang mudah pecah / rapuh
Tujuan : pasien akan memelihara keutuhan kulit
Intervensi
keperawatan
1. kaji tanda
kemerahan / gangguan kulit setiap 8 jam, bila pasien istirahat total kaji tiap
4 jam
2. berikan perawatan kulit pada daerah yang tertekan,
tiap 4 jam kalau perlu
3. gunakan minyak atau lotion pada air / waktu mandi
4. gunakan bantalan / pelindung pada tumit dan sikut
5. cegah dekubitus dan beri bantalan angin
6. bantu dan dorong pasien untuk merubah posisi setiap
secara teratur
7. memelihara status nutiri yang optimal
8. hindari sabun dan sikat gigi yang keras
6. DP VI Resiko
tinggi terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit ; hipernatremia,
hipokalemia, hiperglikemia
Tujuan : pasien akan menunjukkan menurunnya faktor
resiko untuk perkembangan ketidakseimbangan elektrolit
Intervensi
keperawatan
1. monitor
nilai elektrolit tiap 4 – 8 jam, catat hasil yang abnormal dan laporkan pada
dokter
2. monitor intake
dan out put tiap 4 jam
3. periksa urine apakah ada gula / aseton tiap 24 jam
4. periksa glukosa darah tiap 8 jam, beri insulin bila
ada instruksi
5. timbang berat badan / BB tiap hari
6. hindari pemasukan cairan yang berlebihan bila pasien
mengalami hipernatremia
7. monitor EKG sehubungan dengan ketidakseimbangan
elektrolit
8. monitor tekanan darah dan nadi tiap 4 jam dan catat
perubahan yang terjadi
9. pelihara protein yang tinggi, kalium yang tinggi dan
rendah garam dalam diet
7. DP VII Resiko tinggi
terjadinya komplikasi hipertensi s.d
hipernatremia
Tujuan : pasien akan mengatakan menurunnya resiko faktor
terhadp perkembangan hipertensi
Intervensi
keperawatan
1. monitor
tekanan darah terhadap orthostatik tiap 3 jam
2. observasi tiap ada perubahan tekanan darah yang
meninggi
3. catat bila ada perubahan tekanan darah yang tinggi
dan lapor pada dokter
4. beri diuretik bila dianjurkan, monitor hiperkalemia
5. beri kalium pengganti bila dianjurkan
6. pelihara lingkungan yang tidak menimbulkan stres
8. DP VIII
kurangnya pengetahuan terhadap proses penyakit, pengobatan dan self care
Tujuan : pasien dan pasangannya akan mengungkapkan
tentang proses penyakit dan perawatan di
rumah dan perawatan lanjutan
Intervensi
keperawatan
1. jelaskan
konsep dasar tentang penyakit
2. berikan alasan terhadap perubahan fisik dan emosional
3. jelaskan nama obat, dosis, waktu, metode pemberian, side
efek dan efek toksis
4. jelaskan efek pengobatan yang tidak teratur tanpa
konsultasi dengan dokter
5. jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi bila beli
obat tanpa label
6. tekankan pentingnya perawatan lanjutan
IV. Evaluasi
1.
pasien dengan cepat dapat menerima perubahan gambaran
dirinya
2.
dapat mencegah tidak menjadi infeksi
3.
pasien tetap dapat berorientasi terhadap lingkungan dan
berperan aktif di dalam perawatan
4.
dapat memelihara pola istirahat dan aktifitas yang efektif
5.
tidak terjadi kerusakan kulit
6.
nilai elektrolit pada batas normal
7.
tanda-tanda hipertensi dapat diketahui sedini mungkin dan
diberi tindakan sebelum terlambat
8.
pasien dan pasangannya akan mendemonstrasikan dengan
kata-kata di rumah dan perawatan lanjutan
GANGGUAN PADA KELENJAR PITUITARY
ANTERIOR HYPOPITUARISM
I. Konsep Dasar
“Hypopituitarism
atau tidak adanya pengeluaran satu atau beberapa hormon dari kelenjar pituitary
anterior, gejalanya dapat berupa gabungan”.
Dapat disebabkan o/ beramacam-macam,
meliputi :
1.
Tumorhifofisis
yang berusak tropis yang normal
2.
Perubahan
pembuluh darah, trauma pada kepala, trombosis vasculer, akibatnya nekrosis
kelenjar hipofisis
3.
Infeksi, penyakit granuloma dosa.
Hipopituitari dapat merupakan gangguan
pada kelenjar pituitari sendiri, bisa juga disebabkan kekurangan rangsang
pituitary yang berada di hipotalanus.
Pada
anak-anak akan mengganggua :
Ø
Pertumbuhan dan perkembangan
Ø
Intelektual lambat
Ø
Kulit pucat
Gangguan pada Renal terjadi karena
kekurangan Calcium dalam jaringan ginjal / adanya batu ginjal yang terdiri dari
calcium-calcium asam aksolat dan calcium phosphat, hal ini mempengaruhi
konsentrasi urine dan menimbulkan gejala polturi dan polydipsi. Gangguan ada
muculus skeletal di mana pasien sering mengeluh sakit pada tulang khususnya
tulang punggung dan sendi
Kompikasi yang sering terjadi adalah :
Ø
Gagal ginjal
Ø
Pathologi patah tulang
Ø
Pancreatitis
Ø
Stupor gangguan tingkat kesadaran sebelum koma,
tidak ada respon walaupun sudah ada rangsangan kuat.
Ø
Koma
II. Pengkajian
A. Data
subjektif
1.
Riwayat timbulnya gejala penyakit
2.
Riwayat penyakit ginjal / batu ginjal
3.
Riwayat
penyakit yang berhubungan dengan pathologi faktur
4.
Pola diet makan
5.
Keluhan pasien :
a. Mudah lelah dan kelemahan otot
b. Mengantuk
c.
Anorexia, nausea, muntah
d.
Nyeri tulang
e.
Pohjuria, Polydipsi dan konstipasi
B. Data objektif
1. Neurologic; apatis, depresi, kelemahan
otot
2.
Musculoskeletal; Nyopati kerusakan otot, hyporeflex
3.
Cardio
vasaller; hypertensi, kelainan ECG, dan bradicardiz
4.
Gastrointestinal; nyeri pada lambung, kurus
5.
Renal, kehidrasi, uremia
C. Tes
Diagnostik
1.
Hipercalcemia
2.
Hipophosphtemia
3.
Hiperchloremia
4.
Serum HCO3 pas karbonat
5.
Urine phosphat dan calcium me
6.
Homoglobin rendah (anemia)
D. Diagsona
keperawatan
1. Gangguan
nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh s/d anorexia, nausea dan gastriculcer
2.
Gangguan eliminasi, kondisi s/d menurunnya fungsi
gastro intestinal.
3.
Perubahan
rasa nyaman s/d nyeri pada tulang
4.
Potensial
terjadinya pada volume cairan s/d polyuria
5.
Perubahan proses berfikir s/d depresi
6.
Potensial
terjainya injury, trauma s/d kelemahan otot
7.
Kekurangan
pengetahuan yang berhubungan dengan proses penyakit, prngobatan dan self care.
III. Rencana & Intervensi Keperawatan
A. Tindakan medik
1.
Operasi pengangkutan kelenjar
2.
Untuk gangguan keseimbangan elektrolit rehidrasi,
pembilasan Nacl dalam infus dan diuretika
3.
Obat-obatan calcium sulfat, calcium phosphat,
glucocorticoid, calsitonin, mithramycin
B. Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan :
1.
Pola
diet makan adekuat, sesuai kebutuhan tubuh
2.
Polaeliminasi kembali normal
3.
Nyeri tulang berkurang
4.
Keseimbangan cairan dapat dijaga
5.
Pasien
dapat memelihara orientasi dan dapat berintregrasi dengan lingkungan secara
legis
6.
Tidak terjadi trauma fisik
7.
Pasien dan keluarganya dapat mengerti dan mengungkapkan
dengan kata-kata mengenai peraawatan di rumah dan perawatan lanjut.
Intervensi keperawatan
1. Berikan makanan rendah dan
calcium dan tinggi phospat dan jelaskan alasan pemberian diet tersebut. Anjurkan pasien untuk merawat mulut,
timbang berat badan dan berikan banyak cairan.
2.
Monitor
tanda-tanda vital dan CPU tiap-tiap 4 jam
3.
Moitor
cairan yang masuk dan yang keluar tiap 4 jam
4.
Monitor
ECG, perubahan dalamT/& T, merupakan indikasi untuk hypercalsemia
5.
Menjaga cairan I.V. sesuai
program pengobatan
6.
Membantu
pasien menjaga keseimbangan antaraaaktivitas dan istirahat
7.
Mengajarkan
pada pasien pentingnya diet tinggi serat, banyak minum, agar-agar untuk
mencegah konstipasi kalau perlu obat laxantia
8.
Ciptakan lingkungan yang aman
9.
Kaji
tingkat kesadaran dan orientasi pasien tiap 4 jam. Menjelaskan prosedur secara
pelan dan jelas bila perlu diulang
10.
Untuk
pasien yang akan menjalani operasi :
a. Jelaskan persiapan operasi
b. Jelaskan perawatan pasca operasi
c. Kaji tanda-tanda tetani, tes serum,
calcium
11.
Observasi tanda batu ginjal :
Hematuri
IV. Evaluasi
1. Tanda
dan gejala hipercalcemia / gagal ginjal segera dikenal dan lapr pada dokter
untuk mendapatkan cara pengobatan secepatnya.
2.
Trauma fisik dapat dicegah
3.
Dapat
memelihara berat badan yang stabil
4.
Pasien
dapat berorientasi dan berintreraksi dengan lingkungan.
5.
Pasien
dan kelauarganya dapat mendemontrasikan dengan kata-kata proses penyakit,
prinsip perawatan dirumah dan perawat lanjutan.
TUMOR HIPOPYSE
I. Konsep Dasar
Masalah pada tumor hipopyse
adalah
“Adenoma Chromophabe”, hal ini bukan
karena kekurangan endokrin tetapi karena produksi lesi yang terdapat pada
daerah tersebut. Gejala sangat bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi
tumor, bisa kecil/besar tergantung pada penekanan syaraf optik, hipothalamus
struktur sistem syaraf lainnya. Bagian durameter yang tertekan oleh adenoma
akan menyebabkan sakit kepala, bila penekanan terjadi pada hiasma optik masalah
penglihatan dapat berkembang misal : Hemianopsia, kebutaan/gangguan ketajaman
penglihatan dan Photophobia. Penekanan pada hipotalmus
bisa menyebabkan :
Ø
Gangguan tidur
Ø
Gangguan dalam pengaturan suhu
Ø
Mual yang berlebihan
Ø
Tidak ada nafsu makan
Ø
Gangguan tingkat kesadaran
II. Pengkajian
A. Data subjektif
1. Riwayat timbulnya gejala
2. Keluhan pasien
a. Mengeluh sakit kepala
b. Gangguan tidur
c. Tak
ada nafsu makan dan mual
d. Gangguan penglihatan
B. Data
objektif
1. Perubahan suhu
2. Gangguan tingkat kesadaran
C. Tes
Diagnostik
1. Rogent dari kepala
2. Pemeriksaan opthamological
3. Pneumoen cephalogram
4. Carotid angiogram
D. Diagnosa
keperawatan
1. Perubahan dalam konsep diri
2. Perubahan pola tidur
3. Gangguan rasa nyaman
4. Gangguan nutrisi
5. Potensial gangguan temperatur tubuh
6. Potensial untuk mendapat luka
III. Perencanaan
dan Intervensi
A. Tindakan
medik
Pemberian
hormon glucocorticoid, thiroxine, gonadal steroid, hormon pertumbuhan untuk
anak-anak
B. Tindakan
keperawatan
DP I Perubahan
konsep diri; gambaran tubuh s/d perubahan dalam karakteristik fisik dan
perubahan fisik itu sendiri
Tujuan
: Pasien akan mengungkapkan secara
verbal mengenai perasaan dirinya dan akan berperan aktif dan berusaha
berpenampilan yang positif dimasa yang akan datang.
Intervensi keperawatan :
1.
Dorong
pasien itu untuk mengungkapkan perasaan secara verbal.
2.
Bantu
pasien dengan mengembangkan coping untuk menghadapi perubahan
3.
Beri
penguatan pada pasien bila mempunyai impact yang positif terhadap self image.
4.
Jawab
pertanyaan dan beri penjelasan tentang ketidak tahuan dan salah pengertian
mengenai diagnosa dan kemunduran yang permanen
5.
Memberikan
aktivitas yang disukai dan menyenangkan pasien.
6.
Dorong
agar pasien berpartisipasi dalam aktivitas perawatan sehari-hari.
7.
Bantu
pasien dengan mengembangkan rencana disesuaikan dengan perubahan yang permanen
ke dalam gaya hidupnya.
8.
Beri
pemantapan apabila pasien menunjukan perilaku penerimaan terhadap perubahan
dirinya.
DP II Gangguan
pola keseksualitas s/d penurunan fungsi hormonal.
Tujuan : Pasien
danpasangannya dalam waktu yang lama akan mengembangkan perencanaan untuk
kepuasan seksualnya dengan gangguan yang disebabkan karena proses penyakitnya.
Iontervensi keperawatan :
1. Selidikalah
bersama pasien dan pasangannya pola seksual yang bisa digunakan dan abagaimana
diagnosa dapat menimbulkan pengaruh pada pola seksualnya.
2. Dorong
pasien dan pasangannya untuk menyelidiki alternatif pola seksual yang akan
digunakan dengan mempertimbangkan keterbatasan karena penyakitnya.
3. Rujuk
pada orang yang lebih ahli apabila pasien memerlukannya.
4. Selidiki
bersama pasien dan pasangannya tentang alternatif untuk menjadi orang lain.
DP III Kurang
pengetahuan s/d proses penyakit, pengobatan & self care
Tujuan : Pasien
dan pasangannya akan mengungkapkan tentang proses penyakit dan perawatan
lanjutan dirumah.
Intervensi keperawatan :
1. Tekankan
pasien dan pasangannya untuk bertanggung jawab untuk pengawasan penyakit pasien
2. Berikan
konsep dasar dan konsep penyakit
3. Jelaskan
pengobatan dan nama obat, dosis, waktu dan metode dan side efek dari obat.
4. Pentingnya
perawatan dan pengobatan lanjutan.
5. Jangan
minum obat tanpa intruksi dokter.
6. Pentingnya
diskusi perasaan tentang perubahan dirinya bersama pasangannya.
IV. Evaluasi
1.
Dapat
menerima perubahan dirinya
2.
Dapat
memilih alternatif yang bisa digunakan terhadap pola perkembangan seksual.
3.
Dapat
mengungkapkan tentang proses penyakit dan perawatan lanjutan di rumah.
DIABETES MELITUS
Pengertian
1.
Suatu keadaan yang ditandai dengan hiperglikemia akibat
defisiensi atau penurunan efektivitas kerja insulin (Kamus Keperawatan, edisi
17, hal 137, EGC).
2.
Sekelompok kelainan yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah/ hiperglikemia (Brunner dan Suddart, Keperawatan Medikal
Bedah, Buku 1, hal 109, EGC).
3.
Suatu kelompok gangguan sistemik kronik yang nyata
memperlihatkan gangguan metabolisme karbohidrat sehingga didapati hiperglikemia
dan glukosuria (Kapita Selekta Kedokteran, hal 114).
4.
Suatu penyakit karena kekurangan hormon insulin
sehingga glukosa tidak dapat diolah oleh tubuh sehingga mengakibatkan glukosa
dalam darah meningkat lalu dikeluarkan dalam kemih yang berasa manis (Kamus
Kedokteran, hal 1234, EGC).
5.
Keadaan hyperglikemia menahun yang akan mengenai
seluruh sistem tubuh, dan merupakan hasil interaksi antara lingkungan dan
genetik (Metabolik Endokkrinologi, UI Press).
Diabetes Melitus adalah suatu keadaan yang menyebabkan terjadinya
hiperglikemia akibat defisiensi insulin sehingga terjadinya gangguan
metabolisme karbohidrat.
Klasifikasi/ Tipe
1. Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Melitus
(IDDM)
¨
5%-10%
penderita diabetek adalah adalah tipe 1, sel beta dan pankreas yang normalnya
menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses auto imun. Diperlukan
suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
¨
Banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, oleh
karena itu orang banyak menyebutnya dengan juvenile
onset diabetes.
¨
Ciri-cirinya:
orangnya kurus, usia < 30 tahun.
2. Tipe 2: Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM)
¨
90%-95%
penderita diabetik adalah tipe 2. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah
pembentukan insulin.
¨
Pengobatan
yang pertama adalah dengan diit dan olahraga, jika kenaikan kadar glukosa darah
menetap, suplemen dangan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan
jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia).
¨
Terjadi
paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun/ pertengahan lebih
dikenal dengan maturity onset diabetes
dan pada mereka yang obesitas.
3.
Gestasional DM
Sering terjadi pada ibu hamil (trimester II dan III).
Kriteria Diagnostik DM
1.
Kadar glukosa sewaktu (plasma vena) > 200 mg/
dl atau
2.
Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126
mg/ dl
Puasa berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir
atau
3.
Kadar glukosa plasma > 200 mg/ dl pada 2 jam
sesudah beban glukosa 75 gram
Etiologi
1.
Kelainan
sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
2.
Kelainan
plasma, seperti beredarnya antibodi anti insulin
3.
Kelainan
kerja insulin pada sel sasaran, menurunkan kadar reseptor insulin atau
kegagalan pengikatan insulin untuk membentuk second messanger (gangguan pasca
reseptor)
4.
Faktor genetik
5.
Faktor nutrisi
Makanan yang berlebihan atau kekurangan pangan
6.
Faktor stress
7.
Faktor hormon
8.
Faktor infeksi oleh virus
Manifestasi klinis
1.
Diabetes Tipe 1
·
Hiperglikemia berpuasa
·
Glukosa, diuresis osmotik, poliuria, polidipsi,
polipagia.
·
Gejala
lain termasuk keletihan dan kelemahan
·
Ketoasidosis
diabetik (DKA), menyebabkan tanda dan gejala: nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, napas bau buah, jika tidak ditangani perubahan tingkat
kesadaran, coma, kematian.
2.
Diabetes Tipe 2
·
Lambat (selama tahunan) intoleransi glukosa
progresif
·
Gejala-gejala sering kali ringan dan dapat
mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsi, luka pada kulit
yang sembuhnya lambat, infeksi vagina. Penglihatan kabur (jika kadar glukosa
sangat tinggi).
·
Komplikasi jangka panjang jika diabetik
terdeteksi selama beberapa tahun (penyakit mata, neuropati perifer, panyakit
vaskuler perifer).
Patofisiologi
Terlampir
Komplikasi
1.
Komplikasi akut
Terjadi sebagai akibat
ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa darah:
-
Hypoglikemia
-
Ketoasidosis diabetik (DKA)
-
Sindrom hiperglikemi, hiperosmolar non ketotik (HNK)
2.
Komplikasi kronis
Umumnya terjadi 10-15 tahun
setelah awitan:
-
Makroangiopati:
Pembuluh darah jantung
(koroner)
Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah otak (stroke)
-
Mikroangiopati
Retinopati dan nefropati
diabetik, hipertensi dan dislipidemia merupakan faktor penting penyulit
-
Neuropati
-
Rentan infeksi seperti; TB paru, ginggivitis, dan ISK
-
Kaki diabetik (gabungan 1 sampai 4)
Penatalaksanaan
Dasar
utama pengelolaan DM:
1.
Penyuluhan
§ Untuk perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya
§
Penyesuaian keadaan psikologis
§
Kualitas hidup lebih baik
2.
Perencanaan makanan
§ Komposisi seimbang Karbohidrat (50-60%),
protein (12-20%), dan lemak (20-30%).
§ Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, usia, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai
BB ideal.
§ Jumlah kalori untuk laki-laki 30 kkal/ Kg
BB dan untuk wanita 25 kkal/Kg BB.
§ Kalori untuk beraktivitas: 10-30% untuk
atlet dan pekerja berat sesuai dengan; kalori yang dikeluarkan, koreksi status
gizi (gemuk dikurang dan kurus ditambah)
§ Penentuan status gizi dipakai BMI IMT atau Broca
§
BMI IMT BB (Kg)
(TB(m))2
§
IMT normal wanita 18,5-23,5 Kg/ m2
§ IMT normal laki-laki
22,5-25 Kg/ m2
Broca
BB
idaman (TB-100)-10%
Status
gizi: BB kurang < 90% BBI
BB normal 90-110% BBI
BB
lebih 110-120% BBI
Gemuk > 120%
BBI
3.
Latihan jasmani
§
Teratur (3-4 X seminggu) ± 30 menit
§
Sifat CRIPE (continous, rhytmical, interval,
progressive, endufance training).
§
Sedapat
mungkin mencapai zona sasaran 75-85%
4.
Obat berkhasiat hipoglikemi
Digunakan jika gula darah tidak bisa dikontrol
setelah menerapkan pengaturan makanan dan latihan jasmani
a.
Obat hipoglikemi
oral
Sebelum menggunakannya perhatikan fungsi hati dan
ginjal, terutama untuk golongan sulfonilurea, metformin dan inhibotor glukosidase
alfa.
Sulfonilurea
Efek meningkatkan
sekresi insulin oleh sel b pankreas
Untuk BB normak dan
kurang atau BB lebih
Pada usia lanjut obat
golongan ini dihindari untuk waktu kerja yang panjang.
Ø
Biguanid
Efek mengurangi
produksi glukosa hati dan memperbaiki ambilan glukosa perifer
Untuk obat tunggal dengan klien gemuk
Komplikasi gangguan
fungsi ginjal, hati, dan hipoksemia (CVD).
Obat mual diberikan secara bersamaan atau sesudah
makan
Ø
Inhibitor glukosidase alfa (acarbase)
-
Efek
menurunkan puncak glikemik sesudah makan
-
Untuk pasien dengan BSN normal
-
Dimulai dengan dosis 2 x 50 mg setelah suapan 1 waktu
makan, jika tidak ada kelainan pada traktus GI dinaikan menjadi 3 x 100 mg
-
Pemantauan
faal hati dan ginjal secara serial
b.
Insulin
Indikasi pada DM tipe 2:
-
DKA, koma hiperosmolar dan asidosis laktat
-
Stres
berat (infeksi sistemik operasi berat)
-
BB yang menurun dengan cepat
-
Kehamilan/
DM gestasional yang tak terkendali dengan diet
-
Tak
berhasil dikelola dengan OHO dosis maksimal.
Yang harus diperhatikan:
§
Pengaturan makanan dan kegiatan jasmani (4-8
minggu)
§
Obat hipoglikemi oral (OHO)
§
Suntikan insulin sesuai indikasi
§
Jika
klien dengan dekompensasi metabolik, DM dengan stres berat, BB menurun dengan
cepat, insulin/ OHO dapat segera diberikan.
Proses penyembuhan luka
Pemulihan jaringan merupakan proses
tingkat akhir radang dan menuju penyembuhan. Dakar proses pemulihan jaringan
sama pada semua jenis luka, yaitu terjadi organisme yang menghasilkan jaringan
ikat, proses ini dapat mengalami modifikasi yaitu bergantung kepada jumlah
nekrosis, infeksi dan keadaan kesehatan pada umumnnya. Ex : keadaan gizi
Pemulihan
luka luas akibat trauma luas atau akibat nekrosis karena infeksi, maka
prosesnya yaitu luka akan terisi oleh darah, eksudat, radang dan fibris.
Fibroblasa dan dan sel endotel kapiler akan ber proliferasi dan membentuk
jaringan granulasi yaitu jaringan ikat muda yang kaya kapiler, jaringan muda
ini berwarna merah dan berbutir halus. Proses ini dimulai pada dasar luka
dan menuju keatas, mula – mula jaringan
granulasi ini penuh sel radang, limfosit, magrofag dll dan permukaannya
dilapisi pus, tetapi lambat laun sel – sel radang menghilang dan permukaan
jaringan granulasi menjadi merah berbutir halus.
Pencegahan DM
1.
Pencegahan primer
-
Upaya yang ditujukan untuk kelompok resiko tinggi yaitu
mereka yang belum menderita tapi berpotensi untuk menderita DM
2.
Pencegahan sekunder
-
Upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit
dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit.
-
Dilakukan pemeriksaan penyaring.
3.
Pencegahan tersier
-
Mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan
merehabilitasi pasien sedini mungkin sebelum kecacatan tersebt menetap
-
Aspirin dosis rendah (80-325 mg) dapat dianjurkan untuk
diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai penyulit
makroangiopati.
Dasar Data Pengkajian Klien
Data tergantung dari berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh pada fungsi organ;
1.
Aktivitas/ istirahat
Gejala : lemah, letih sulit bergerak/ berjalan,
kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur dan istirahat.
Tanda : takikardia, takipnea pada keadaan
istirahat atau dengan aktivitas, latergi/ disorientasi, koma, penurunan
kekuatan otot.
2.
Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat
hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki dengan penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia,
perubahan tekanan darah postural (hipertensi), nadi yang menurun/ tidak ada,
disritmia, krekels (DVJ), kulit panas, kering, kemerahan dan bola mata cekung.
3.
Integritas ego
Gejala : stres (tergantung pada orang lain),
masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : ansietas, peka rangsang.
4.
Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/ berulang, nyeri tekan
abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat(, urine berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah, menurun, hiperaktif
(diare).
5.
Makanan/ cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/ muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari/ minggu, haus, penggunaan diuretik.
Tanda : kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi
abdome, muntah, pembesaran tiroid, bau halitosis, bau buah (napas aseton).
6.
Neurosensori
Gejala : pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan,
kebas kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan
Tanda : disorientasi, mengantuk, latergi, stupor/
koma (tahap lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks
tendon dalam/ menurun, aktivitas kejang.
7.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/
berat)
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak
sangat berhati-hati
8.
Pernapasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen
(tergantung dari adanya infeksi/ tidak).
Tanda : lapar udara, batuk dengan/ tanpa sputum
purulen, frekuensi pernapasan,
9.
Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/
ulserasi, menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak, parastesia/ paralisis otot
termasuk otot-otot pernapasan
10.Seksualitas
Gejala : rabas vagina (cenderung
infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
11.Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : faktor resiko keluarga; DM, penyakit jantung, stroke,
hipertensi, penyembuhan yang lambat.
Pertimbangan rencana
pemulangan; mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan,
perawatan diri dan pemantauan terhadap glukosa darah.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Glukosa
darah: Meningkat 200 – 100 mg/dl atau
2.
Aseton plasma (keton ):
positif secara mencolok
3.
Asam
lemak bebas: kadar lipid dan
kolesterol meningkat
4.
Osmolalitas
serum: meningkat tetapi biasanya
kurang dari 300 mosm/l
5.
Pemriksaan elektrolit :
·
Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun.
·
Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan
selular), selanjutnya akan menurun
·
Posfor: lebih
sering menurun.
6.
Hemoglobin glikosilat:
kadarnya meningkat 2-3 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol
DM yang kurang selama empat bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya
sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat persus DKA
yang berhubungan dengan insiden (mis.ISK baru).
7.
Gas darah ateri:
biasanya menunjukkan ph rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8.
Trombosit darah:
Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositotis, hemokonsentrasi,
merupakan respon terhada stres atau infeksi.
9.
Ureum/ kreartinin: mungkin
meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal ).
10.
Amilase darah: mungkin meningkat yang meindikasikan
adanya pankreasstitis akut. Sebagai penyebab dari DKA.
11.
Insulin darah mungkin menurun / bahkan sampai
tidak ada (pada tipe satu) atau normal
sampai tinggi (tipe II) yang meingindikasikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaanya (endogen/
eksogen). Resisten insulin dapat
berkambang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi).
12.
Pemeriksaan
fungsi tyroid: peningkatan
aktifitas hormon tyroid dapat meningkatjkan glukosa darah dan kebutuhan akan
insulin.
13.
Urine
: gula dan aseton positif: berat jenis
dan osmolalitas mungkain meningkat.
14.
Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
Prioritas Keperawatan
1.
Memperbaiki
cairan/elektrolit dan keseimbangan asam basa
2.
Memperbaiki metabolisme abnormal
3.
Mengidentifikasi / membantu penanganan terhadap
penyebab/ penyakit yang mendasarinya.
4.
Mencegah komplikasi.
5.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis,
perawatan diri, dan kebutuhan pengobatannya.
Tujuan Pemulangan
1.
Homeostasis dapat dipertahankan.
2.
Faktor-faktor
penyebab/pencetus dapat dikontrol/dikoreksi.
3.
Komplikasi
dapat dicegah/dapat diminimalkan.
4.
Proses
penyakit/prognosis, kebutuhan akan perawatan diri dan pengobatannya dapat
dipahami.
Diagnosa Keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan dapat dihubungkan dengan :
diuresis osmotik, kehilangan gastrik yang berlebihan: diare dan muntah, masukan
dibatasi : mual, kacau mental.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
dihubungkan dengan penurunan masukan oral ;anoreksia, mual,lambung penuh, nyeri
abdomrn, perubahan kesadaran.
3.
Resiko tinggi terhadap infeksi dapat dihubungkan
dengan: kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada
sirkulasi.
4.
Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual
dapat dihubungkan dengan: Perubahan kimia endogen: ketidak seimbangan
glukosa/insulin dan atau elektrolit.
5.
Kelelahan dapat dihubungkan dengan penurunan produksi
energi metabolik, perubahan kimia darah, peningkatan kebutuhan energi.
6.
Ketidakberdayaan dapat dihubungkan dengan penyakit
jangka panjang/ progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
7.
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan dapat dihubungkan dengan kurang pemajanan/mengingat,
kesalahn interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Intervensi dan Rasionalisasi
Diagnosa Keperawatan I
Kekurangan volume cairan dapat dihubungkan dengan
:
- Diuresis osmotik (dari Hiperglikemia)
-
Kehilangan
gastrik berlebihan: diare, muntah.
-
Masukan dibatasi: Mual, kacau mental
Tujuan: Mendemonstrasikan hidrasi adekuat
Kriteria Hasil: - Tanda vital stabil
-Nadi perifer dapat diraba, turgor
kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu dan
kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi |
Rasional |
Mandiri :
¨
Dapatkan riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan
dengan lamanya / intensitas dari gejala seperti
Intervansi
muntah,pengeluaran urine yang Sangat berlebihan.
¨
Pantau
TTV, catat adanya perubahan TD ortostatik :
- Pola
nafas seperti adanya pernafasan kusmaul atau pernafasan yang berbau keton
- Frekwensi dan kualitas pernafasan,
penggunaan otot bantu nafas dan adanya periode apnea dan munculnya sianosis.
- Suhu,
warna kulit, atau kelembapannya
¨
Kaji
nadi perifer, pengisian kapiker, turgor kulit dan membran mukosa
¨
pantau masukan dan pengeluaran, cata BJ urine.
¨
Ukur Berat Badan setiap hari
Intervensi
¨
Pertahankan untuk memberikan cairan paling
sedikit 2500 ml per hari dalam batasan yang dapat ditoleransi jantung jika
masikan cairan melalui oral sudah dapat diberikan
¨
Tingkatkan
lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyama. Selimuti pasien dengan
selimut tipis
¨
Kaji adanya perubahan mental atau sensori
¨
Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual,
nyeri abdomen, muntah dan disensi lambung.
¨
Observasi adanya perasaan kelelahan yang
meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya
distensi pada vaskuler
Kolaborasi
Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi:
- Normal
saline dengan atau tanpa dextrosa
- Albumin,
plasma, atau dextran
Intervensi
Pasang/ pertahan kan kateter urine
tetap terpasang
Pasang selang NG dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.
Berikan bikarbonat jika pH kurang dari 7,0
Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau melalui Oral
sesuai indikasi.
Pantau pemerikasaan LAB :
HT, BUN/ kreatinin, osmolalitas darah, natrium, kalium
|
¨
Membantu
dalam memperkirakan kekurangan volume
total.tsnda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu sebelumnnya
(beberapa jam sampai beberapa hari).Adnaya
proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik yang
meningkatkan
Rasional
kehilangan air tidak kasat mata.
¨
Hipovolemia
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan tachikardia. Perkiraan berat
ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika TD sistole pasien turun lebih dari
10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk/ berdiri.
¨
Paru-paru
mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan kompensasi
alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang berbau
aseton berhubungan pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila
ketosis harus terkoreksi
¨
Koreksi
hiperglikemi dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekwensi pernafasan
mendekati normal. Tetapi peningkatan kerja pernafasan ; pernafasan dangkal,
pernafasan cepat; dan munculnya sianosis mungkin merupakan indikasi dari
kelelahan pernafasan dan atau mungkin pasien itu kehilangan kemampuannya
untuk melakukan kompensasi pada asidosis.
¨
Meskipun
demam, menggigil dan dia foresis merupakan hal umum terjadi pada proses
infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan
dari dehidrasi.
¨
Merupakan
indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
¨
Memberikan
perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan
dari terapi yang diberikan.
¨
Memberikan
hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
Rasional
¨
Mempertahankan hidrasi/ volume sirkulasi.
¨
Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap
pasien yang lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.
¨
Perubahan mental dapat berhubungan dengan
glukosa yang tinggi atau yang rendah (hiperglikemia/ hipoglikemia),
elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi cerebral dan
berkembangnya hipoksia. Penyebab yang tidak tertangani, gangguan kesadaran
dapat menjadi predisposisi aspirasi pada pasien.
¨
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah
motilitas lambung, yang seringkali akan menimbulkan muntah dan secara
potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit.
¨
Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat
mungkin sangat berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan dan GJK.
¨
Tipe
dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon
pasien secara
individual.
¨
Plasma
ekspander (pengganti) kadang dibutuhkan jika kekurangan tersebut mengancam
kehidupan atau TD sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha-usaha
rehidrasi yang telah dilakukan.
Rasional
¨
Memberikan pengukuran yang tepat/ akurat
terhadap pengukuran haluaran urine terutama jika neuropati otonom menimbulkan
gangguan kandung kemih (retensi urine/ inkontinesia). Dapat dilepas jika
pasien berada dalam keadaan stabil untuk menurunkan resiko terjadinya
infeksi.
¨
Mendekompresi
lambung dan dapat menghilangkan muntah.
¨
Diberikan dengan hati-hati untuk membantu
memperbaiki asidosis pada adanya hipotensi atau syok.
¨
Kalium harus ditambahkan pada IV untuk
mencegah hipokalemia
¨
Mengkaji tingkat hidrasi, tanda awitan
kegagalan ginjal, tanda peningkatan osmolalitas darah sehubungan dengan
adanya hiperglikemi, deuresis osmotik, hiperkalemia akibat respon asidosis.
|
Diagnosa Keperawatan II
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang dapat dihubungkan dengan :
-
Ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan
penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/
lemak)
-
Penurunan masukan oral; anoreksia, mual, lambung penuh,
nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
-
Status hipermetabolisme : pelepasan hormon stres (
misal: epineprin, kortisol dan hormon pertumbuhan ), proses infeksius.
Tujuan / kriteria hasil :
-
Mencerna
jumlah kalori / nutrien yang tepat
-
Menunjukkan tingkat energi biasanya
-
Mendemonstrasikan
berat badan stabil atau penambahan kearah rentang biasanya / yang diinginkan
dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
¨
Timbang
berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
¨
Tentukan
program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
¨
Auskultasi
bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual, muntahan makan
yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
¨
Berikan
makanan cair yang mengandung zat makanan (NUTRIEN) dan elektrolit dengan
segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan
melalui oral. Dan selanjutnya terus mengupayakan
pemberian makanan
Intervensi
yang lebih padat sesuai
dengan yang dapat ditoleransi.
¨
Identifikasi
makanan yang disukai/dikehendaki
termasuk kebutuhan etnik/kultural.
¨
Libatkan
keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi.
¨
Observasi
tanda-tanda hipoglikemia. Seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala,
pusing, sempoyongan.
Kolaborasi
¨
Lakukan
pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stiick”
Intervensi
¨
Pantau pemeriksaan LAB: glukosa darah, aseton,
pH, dan HCO3
¨
Berikan pengobatan insulin
secara teratur dengan metode IV secara intermitten atau secara kontinu
melalui alat pompa kira-kira 5-10 UI/jam sampai glukosa darah mencapai 250
mg/dl
¨
Berikan larutan glukosa
misalnya dekstrosa dan setengah saline normal
¨
Lakukan kosultasi dengan ahli diet.
¨
Berikan obat metaklopramid (reglan);
tetrasiklin
|
¨
Mengkaji pemasukan makanan
yang adekuat (termasuk abrpsi dan utilisasiny)
¨
Mengidentifikasi
kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
¨
Hiperglikemia
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan
motilitas/fungsi lambung (distensi atau ilius parallitik) yang akan
mempengaruhi pilihan intervensi. Catatan: kesulitan jangka panjang penurunan
pengosongan lambung dan motilitas usus yang rendah mengisyaratkan adanya
neuropati otonom yang mempengaruhi saluran penecernaan dan memerlukan
pengobatan secara simtomatik.
¨
Pemberian
makanan melalui aral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal
baik.
Rasional
¨
Jika makanan yang disukai pasien dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
¨
Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan
informasi pada keluarga untuk memehami kebutuhan nutrisi pasien.
Catatan:
berbagai metode bermanfaat untuk perencanaan diet meliputi pergantian daptar
menu, sisitem perhitungan kalori, indeks glikemik atau seleksi awal menu.
¨
Karena metabolisme
karbohidrat mulai terjad (gula darah akan berkembang, dan sementara tetap diberiakan
insulin maka hipoglikemia dapat terjadi. Jika pasien dalam keadaan koma,
hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperhatikan perubahan tingkat kesadaran.
Ini secara potensial dapat mengancam kehidupan yang harus dikaji dan
ditangani secara cepat melalui tindakan protokol yang direncanakan. Catatan:
DM tipe I yang telah berlangsung lama mungkin tidak akan menunjukkan
tanda-tanda hipoglikemia seperti biasanya karena respon normal terhadap gula
darah yang rendah mungkin dikurangi.
¨
Analisa di tempat tidur
terhadap gula darah lebih akurat (menunjukkan keadaan saat dilakukan
pemeriksaan ) daripada memantau gula dalam urine (reduksi urine) yang tidak
cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah dan dapat
dipengaruhi oleh ambang ginjal pasien secara individual atau adanya retensi
urine/ gagal ginjal. Catatan: beberapa penelitian telah menemukan bahwa
glukosa urine 20% berhubungan dengan gula darah antara 140-360 mg/dl
Rasional
¨
Gula darah akan menurun
perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol, dengan
pemberian insulin dosis optimal, glukosa kemudian dapat masuk ke dalam sel
dan di gunakan untuk sumber kalori. Ketika hal ini terjadi, kadar aseton akan
menurun dan asidosis dapat dikoreksi
¨
Insulin reguler memiliki
awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan
glukosa ke dalam sel. Pemberian melalui IV merupakan rute pilihan utama
karena absorpsi dari jaringan subkutan mungkin tidak menentu/ sangat lambat.
Banyak orang percaya / berpendapat bahwa metode kontinu ini merupakan cara
yang optimal untuk mempermudah transisi pada metabolisme karbohidrat dan
menurunkan insiden hipoglikemia.
¨
Larutan glukosa ditambahkan
setelah insulin dan cairan membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl. Dengan
metabolisme karbohidrat mendekati normal, perawatan harus diberikan untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia
¨
Sangat bermafaat dalam
perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien :
menjawab pertanyaan dan dapat pula membantu pasien atau orang terdekat dalam
mengembangkan perencanaan makan.
¨
Dapat bermanfaat dalam
mengatasi gejala yang berhubungan dengan neuropati otonom yang mempengaruhi
saluran cerna, yang selanjutnya meningkatkan pemasukan melalui oral dan
absorpsi zat makanan (nutrien)
|
Diagnosa keperawatan III
Risiko tinggi terhadap Infeksi
Faktor risiko meliputi: kadar
glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi
Infeksi pernepasan yang ada
sebelumnya, atau ISK.
Tujuan/kriteria hasil:
- Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- Mendemontrasikan teknik, perubahan gaya
hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
¨
Observasi tanda-tanda infeksi
dan peradangan, seperti demam kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen,
urine warna keruh atau berkabut.
¨
Tingkatkan upaya pencegahan
dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan
dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
¨
Pertahankan teknik aseptik
pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateter Folley dan
sebagainya), pemberian obat intravena dan memberikan perawatan pemeliharaan.
Lakukan pengobatan melalui IV sesuai indikasi.
¨
Pasang
kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik. Ajarkan pasien wanita untuk
membersihkan daerah perinealnya dari depan kearah belakang setelah eliminasi.
Intervensi
¨
Berikan perawatan kulit
dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan, jaga
kulit tetap kering. Linen kering dan tetap kencang (tidak berkerut).
¨
Auskultasi bunyi nafas.
¨
Posisikan
pasien pada posisi semi-fowler.
¨
Lakukan
perubahan posisi dan anjurkan pasien untuk batuk efektif/napas dalam jika
pasien sadar dan kooperatif. Lakukan penghisapan lendir pada jalan nafas
dengan menggunakan teknik steril sesuai dengan keperluannya.
¨
Berikan tisue dan tempat seputum pada tempat
yang mudah dijangkau untuk penampungan sputum atau sekret yang lainnya.
¨
Bantu
pasien untuk melakukan higiene oral.
¨
Anjurkan
untuk makan dan minum adekuat (pemasukan makanan dan cairan yang adekuat)
(kira-kira 3000 ml/hari jika tidak ada kontra indikasi).
Intervensi
Kolaborasi
¨
Lakukan pemeriksaan kultur
dan sinsitivitas sesuai dengan indikasi.
¨
Berikan
obat antibiotik yang sesuai.
|
¨
Pasien
mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomia.
¨
Mencegah
timbulnya infeksi silang (infeksi nasokomial)
¨
Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
¨
Mengurangi
risiko terjadinya infeksi saluran kemih. Pasien koma mungkin memiliki risiko
yang khusus jika terjadi retensi urie pada saat dirawat. Catatan: pasien DM
wanita lansia merupakan kelompok utama yang paling berisiko terjadi infeksi
saluran kemih/vagina.
Rasional
¨
Sirkulasi perifer bisa terganggu
yang menempatkan pasien pada peningkatan risiko terjadinya kerusakan pada
kulit/iritasikulit dan infeksi.
¨
Ronki mengindikasikan adanya
akumulasi sekret yang mungkin berhubungan dengan pneumonia/bronkitis (mungkin
sebagai pencetus dari DKA). Edema paru (bunyi krekels) mungkin sebagai akibat
dari pemberi cairang yang terlalu cepat/berlebihan atau GJK.
¨
Memberi kemudahan paru untuk
berkembang; menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
¨
Membantu
dalam memventilasikan semua daerah paru dan memobilisasi sekret. Mencegah
agar sekret tidak statis dengan terjadinya peningkatan terhadap risiko
infeksi.
¨
Mengurangi penyebaran infeksi.
¨
Menurunkan
risiko terjadinya penyakit mulut/gusi.
¨
Menurunkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Meningkatkan aliran urine untuk mencegah
urine yang statis dan membantu dalam mempertahankan pH/keasaman urine, yang
menurunkan pertumbuhan bakteri dan pengeluaran organisme dari sistem organ
tersebut.
Rasional
¨
Untuk mengidentifikasi organisme sehingga
dapat memilih/memberikan terapi antibiotik yang baik.
¨
Penanganan awal dapat membantu mencegah
timbulnya sepsis.
|
Daftar Pustaka
= Brunner &
Suddarth
¨
Brunner
& Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah.Vol.3. EGC. Jakarta
¨
Carpenito.
2002. Rencana Asuhan dan Implementasi
Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
¨
Doenges
M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3. EGC. Jakarta
¨
Guyton
& Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 9. EGC. Jakarta
¨
Huddak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Volume 2. EGC. Jakarta
¨
ISO
Indonesia. 2001. Edisi Farmakoterapi
Vol.XXXV
¨
Sarwono
W. 1999. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. FKUI. Jakarta
¨
Sylvia
A. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis
Perjalanan Penyakit. Edisi 4. EGC. Jakarta
¨
Sutisna
H. 1973. Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar